Semua Bab Suami Pengganti Yang Membenciku: Bab 101 - Bab 110

142 Bab

Bab 101 Kedatangan Seorang Wanita

“Mami! Mami!” teriak Ashley ketika langkahnya memasuki pekarangan villa. Akira tengah berada di dapur, mendengar suara putrinya memanggil, segera melangkah terburu-buru keluar rumah. “Ash?” Akira menghentikan langkahnya di depan pintu, lalu merendahkan tubuhnya serta merentangkan kedua tangannya. Ashley berhambur memeluk tubuh Akira, untuk menyalurkan rasa rindunya setelah beberapa hari ini tidak bertemu dengan sang ibu. “Ash rindu mami, mami sudah sembuh?” Ashley mengurai pelukannya, kedua tangan masih berada di bahu Akira. Matanya menatap lekat wajah ibunya. “Mami sudah sembuh, sayang. Bagaimana kabar putri cantik mami?” Akira membelai lembut rambut panjang Ashley. “Ash senang bisa bertemu mami, tapi Ash sedih Daddy dan Oma tidak ikut kesini,” Ashley terlihat murung. Dari sudut matanya, Akira bisa melihat kehadiran Argi yang mulai mendekat. “Mami sudah membuatkan Ash makanan favoritmu. Ayo kita masuk, Ash pasti kangen masakan mami, bukan?” Akira menggendong tubuh Ashley menu
Baca selengkapnya

Bab 102 Permintaan Hartono

Ruth berjalan menuju pintu gerbang untuk melihat keberadaan tamu.“Siapa kamu?” Ruth memandang pada gadis berkulit sawo matang itu dengan penasaran.“Maaf, Bu. Saya Mona putri pak Hartono. Saya hanya ingin menyampaikan surat ini pada mas Alex. Namun sepertinya saya salah alamat,” jelas gadis itu sembari menunduk.Alex? Tentu Ruth mengerti maksud ucapan gadis itu. Alex adalah nama yang dipakai putranya saat dirinya hilang ingatan.“Masuklah dulu. Apa kamu datang dari kampung?” Ruth meminta Dewa untuk membuka lebih lebar pintu gerbang.Sedikitnya Ruth sudah mengetahui tentang cerita Anggara yang ditolong oleh pria tua bernama Hartono.“Tapi Bu, saya harus mencari rumah mas Alex,” Mona menolak untuk masuk, karena dia masih mengira salah alamat.“Alex yang kamu maksud adalah Anggara. Dia putraku.”Mona terhenyak untuk beberapa saat, “Maafkan saya Bu, saya belum tahu nama asli mas Alex,” ucap Mona dengan rasa bersalah.“Tidak masalah, masuklah!”Ruth membawa Mona memasuki rumahnya.Mona di
Baca selengkapnya

Bab 103 Hasrat Kerinduan

Anggara membawa ibunya untuk menjauh, dia tidak ingin Mona mendengar ucapan mereka. “Ma, aku tahu. Aku tak mungkin menikahi Mona. Aku masih memiliki istri. Tapi aku tak bisa mengabaikan permintaan pak Har. Aku sangat berhutang budi pada beliau. Mungkin kita bisa menolongnya dengan cara lain,” ujar Anggara menjawab pertanyaan Ruth. “Syukurlah Ang, mama kira kamu akan menikahi gadis itu. Tentu kita akan membantu Mona, kasihan hidupnya sendirian. Mungkin nanti kamu bisa memberikan pekerjaan di kantor barumu. Dan carikan tempat tinggal untuknya.” Ruth menghela nafas lega. “Mama tidak perlu khawatir, aku akan mengurusnya.” Anggara menepuk pundak Ruth lalu segera melangkah menaiki tangga menuju kamarnya. Setelah membersihkan diri, Anggara berbaring di atas kasur untuk sejenak melepas penat setelah seharian bekerja. Matanya menatap pada langit-langit kamar. Wangi khas putrinya masih terasa di indra penciumannya, membuat Anggara merasa rindu pada Ashley. Mendadak terlintas di pikiran A
Baca selengkapnya

Bab 104 Kehadiran Ashley

“Mas, kita tidak bisa melakukannya! Aku tidak mau!” teriak Akira mencoba melawan. Namun kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan Argi.Argi mendorong pintu kamarnya dengan satu kaki, lalu melanjutkan langkah menuju ranjang. Meletakkan tubuh Akira di bawah kendalinya. Melupakan pintu kamar yang masih belum tertutup rapat.Jiwa kelelakiannya sudah tidak bisa ditahan lagi.Tubuh atletis Argi kini mengungkung Akira, bahkan tangan Akira yang tadinya menekan dada sang suami, sudah berhasil diambil alih. Argi mengunci kedua tangan Akira di atas kepala.Mata Argi menatap liar wajah Akira dengan penuh nafsu.“Aku harus mendapatkan apa yang aku mau!” suara Argi terdengar berat. Wajahnya semakin condong ke depan, bibirnya sudah terbuka hendak meraup bibir ranum istrinya. Namun Akira dengan cepat membuang wajahnya ke samping untuk menghindari ciuman yang tak diinginkannya.“Mas aku belum siap, aku masih dalam masa nifas,” ucap Akira lirih, hendak menyadarkan suaminya. Namun Argi seakan sengaja m
Baca selengkapnya

Bab 105 Rasa Sesal Mendalam

Akira menatap nanar ke arah putrinya yang terbaring lemah. Tangan kecil Ashley terus menggenggam tangan Akira, terasa panas. Dia memutuskan untuk mengompres dahi Ashley, karena sedari tadi mencari keberadaan obat penurun panas, dia tidak menemukannya. Ashley memang jarang sakit, sehingga selama ini Akira tidak pernah menyetok obat-obatan. Tanpa Rumi, Akira merasa sendiri. Ingin hati meminta bantuan Argi, namun semenjak kejadian semalam, Akira merasa enggan untuk menemui suaminya. “Daddy.. Mami..” lenguh Ashley dalam tidurnya. Membuat hati Akira teriris mendengarnya. “Mami di sini sayang, Ash cepat sembuh,” Akira terus mengecek tubuh putrinya. Namun hingga sejam berlalu, demam tak kunjung turun. Tak ada cara lain selain meminta tolong pada orang yang berada di dekatnya. “Tunggu sebentar sayang, mami mau nyari obat untuk Ash,” Akira melepas genggaman putrinya lalu segera beranjak keluar kamar. Meskipun hatinya masih ragu, namun putrinya harus mendapatkan pertolongan. Akira meraih
Baca selengkapnya

Bab 106 Noda Merah di Leher

Argi terbangun merasakan gerakan seseorang pada bagian sensitifnya. “Ssshhhh..” desahan keluar dari bibirnya, merasakan miliknya begitu dimanjakan. Matanya kembali terpejam. Tangannya terulur meremas rambut panjang Clara yang berada di bawah.Pikirannya membayangkan wajah cantik Akira. Meskipun dia sadar bahwa yang bermain bersamanya semalaman bukanlah istrinya, melainkan sekretarisnya sendiri.Namun apa dikata, hasrat sudah diujung tanduk. Akira menolak, tentu dia akan menggunakan wanita seperti Clara untuk menuntaskan hasratnya.Clara bangkit dari posisinya dan bersiap memulai permainan inti.“Tunggu, kau melupakan pengaman!” ucap Argi sembari menahan pinggang Clara.“Kita tidak memerlukannya, sayang. Semalam kita melakukannya tanpa pengaman,” jawab Clara, lalu hendak meraup bibir Argi. Namun tubuhnya didorong menjauh.Wajah Clara mengerut bingung melihat Argi bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.“Sayang, permainan kita belum mulai. Mau kemana?” teriak Clara merasa tida
Baca selengkapnya

Bab 107 Bawa Aku Bersamamu!

“Apa yang membuatmu sedih, Akira? Apa dia menyakitimu?” suara Anggara terdengar serak. Membuka mata dan kembali menatap wajah Akira yang terlihat sedih. “Aku baik-baik saja mas, hanya aku merasa sedih dengan kondisi Ash.” Tentu jawaban itu benar. Mana ada ibu yang kuat melihat putrinya sakit? Namun alasan Akira tak hanya itu, hubungan yang terjalin antara dirinya dan Argi telah membuat hidupnya tertekan. Anggara pun merasakan hal yang sama, meskipun jawaban Akira masuk akal, namun mengapa dalam hatinya ada hal lain yang terjadi? “Ash akan sembuh, percayalah! Jangan terlalu khawatir, bukankah dokter tadi mengatakan jika hanya demam biasa?” Akira mengangguk seraya menampilkan senyum yang terlihat kaku. Lalu segera memutar langkahnya. Namun belum sempat melangkah, tangan Anggara kembali menahannya. “Jika ada hal yang ingin kamu ceritakan, maka katakanlah! Aku akan mendengarkan, aku akan membantumu sebisaku, Akira.” Akira masih bergeming dengan posisi memunggungi Anggara. Namun kin
Baca selengkapnya

Bab 108 Tidur Bertiga?

“Aku ingin hidup bersamamu, mas Aang. Bawa aku bersamamu!” Akira mengulangi ucapannya lagi. Raut wajah Anggara masih sama, matanya melebar dengan dahi mengerut. Tentu penuturan Akira membuatnya sangat terkejut.“Apa kamu yakin ingin ikut bersamaku?” suara Anggara terdengar lembut, namun terdengar sedikit tidak percaya.Akira mengangguk, ini merupakan keinginan hatinya yang terdalam. Keinginan yang sudah muncul sejak Akira mengetahui jika Anggara masih hidup.“Ikutlah bersamaku!” Anggara meraih tangan Akira, menuntunnya kembali menuju kamar putrinya.Sesampainya di kamar, Anggara melepas genggamannya. Lalu menggendong tubuh Ashley.“Tolong bawa obat Ash!” pintanya.Namun ketika Akira hendak mengemas baju putrinya, justru Anggara melarang.“Jangan bawa apapun dari rumah ini, aku akan membelikannya dengan yang baru.”Akira menuruti perintah Anggara, hanya membawa tas kecil berisi obat, ponsel dan dompet.Anggara segera melangkah keluar, diikuti oleh Akira yang berjalan di sisinya. Dia t
Baca selengkapnya

Bab 109 Rindu yang Terobati

Seharian ini Argi berada di kantor, dia sengaja menyibukkan diri agar pikiran buruknya tentang penolakan Akira tidak mengganggu harinya. “Bos, sudah jam tujuh. Apa aku boleh pulang sekarang? Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan,” ucap Bayu yang kini berdiri di depan meja atasannya. Argi melirik ke jam yang melingkar di pergelangan tangan. Lalu menatap ke arah Bayu. “Pulanglah!” jawab singkat Argi. Bayu menunduk hormat, lalu segera memutar tubuhnya untuk keluar dari ruangan. Namun langkahnya terhenti ketika Argi kembali memanggilnya. “Bagaimana hasil kerja sama kita dengan perusahaan AA? Apa ada kabar dari mereka?” Bayu kembali memutar tubuhnya menghadap Argi, lalu menjawab, “kerja sama kita berjalan dengan baik, dan perbulan ini AA akan memberikan keuntungan sesuai dengan kesepakatan.” “Maksudku, aku ingin mengadakan pertemuan ulang. Aku masih ingin bertemu langsung dengan pemiliknya. Apa kau bisa mengaturnya? Hubungi Taufan dan pastikan jika pertemuan kedua nanti dihadiri pe
Baca selengkapnya

Bab 110 Pelukan

Akira merasakan debaran di hatinya, hingga membuatnya sulit untuk memejamkan mata. Beberapa menit berlalu, mendengar dengkuran halus dari putrinya dia yakin jika Ashley sudah tidur nyenyak.Perlahan Akira melepaskan genggaman Ashley, menatap sejenak ke arah Anggara yang ternyata juga sudah memejamkan mata. Lalu segera beranjak, namun suara Anggara menahan langkahnya.“Sayang, mau kemana?” Deg, apa Akira tidak salah dengar? Akira kembali menoleh ke belakang, melihat Anggara yang kini sudah dalam posisi duduk. Ternyata Anggara belum tidur.“Aku tidur di kamar sebelah saja mas,” jawabnya tanpa menoleh ke belakang. Akira segera melanjutkan langkahnya. Tanpa dia sadari Anggara pun mengikutinya.Hati Akira semakin berdebar, mendengar langkah Anggara dari belakang. Namun dia tetap meraih knop pintu, dan sebelum berhasil membukanya, Anggara kembali melayangkan pertanyaan.“Akira, bolehkan kita berbicara sebentar?”“Maaf mas, aku hanya tak ingin membuatmu tak nyaman. Mungkin mas merasa risih
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status