Home / Romansa / Jatuh Cinta Pada Chef Duda / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jatuh Cinta Pada Chef Duda: Chapter 31 - Chapter 40

53 Chapters

Chef - 31

Sudah dua bulan Renata dan Arjuna menjalin hubungan. Selama dua bulan itu juga hubungan mereka semakin romantis, tanpa ada gangguan lagi dari Dara. Wanita itu kini memilih untuk pindah magang dari Marabella Hotel ke hotel yang lain. Ayah Dara marah besar karena perjodohan anaknya dengan Arjuna batal.Semakin lama menjalin hubungan, semakin banyak kebiasaan dari Arjuna yang baru Renata ketahui. Pria itu terkadang romantis, tapi kadang-kadang juga sangat menyebalkan. Romantis, pria itu suka sekali menghujaninya dengan perhatian-perhatian kecil. Bisa sangat menyebalkan jika pria itu sedang ada maunya sebenarnya maunya Arjuna cuma satu, olahraga tubuh. Bila sudah begini, dia akan mengeluarkan banyak alasan supaya Renata tidak menolak. Anggap aja ini sebagai latihan, sebelum kita melakukan malam pertama nanti. Antara kesal dan ingin tertawa, jika Renata mendengar alasan basi itu dari mulut manis Arjuna."Sayang.." panggil Renata kepada Arjuna saat mereka sedang makan siang
Read more

Chef - 32

"Cukup panggil saya Om, karena saya bukan papa kamu," potong pria itu dengan nada dingin, sambil melirik Renata tajam."Baik, Om." Renata menghela napas panjang sebelum melanjutkan, "Saya tidak tahu apa yang terjadi antara Om sama Arjuna. Tapi, saya mohon, Om jangan pernah melarang Arjuna untuk melakukan apa yang disukainya."Ayah Arjuna mendengus lalu bangkit dari duduknya. "Anak itu memang tidak tahu diuntung. Saya menjodohkannya dengan Dara, karena wanita itu lebih baik dari kamu."Pada detik selanjutnya kedua mata mereka bertemu. Tersirat amarah dari cara pandang pria itu dan Renata akan berbohong bila dia berkata dia tidak bergetar takut. Tapi, Renata tidak datang ke sini untuk merasakan takut, dia datang ke sini demi Arjuna, demi masa depan mereka."Seharusnya, Om tidak boleh berbicara seperti itu. Karena saya merasa harga diri saya direndahkan jika Om membandingkan-bandingkan saya dengan Dara. Itu tidak benar, Om.""Lalu, mau kamu apa?"
Read more

Chef - 33

Tak ada yang lebih indah dan lebih membahagiakan selain mendengar bahwa ayahnya menyadari tindakannya selama ini. Arjuna salut kepada ayahnya, bahkan pria itu tidak segan meminta maaf dan mengakui keegoisannya. Arjuna juga salut kepada Renata yang dapat membuat ayahnya luluh. Entah apa yang dikatakan oleh Renata, sehingga pria tua keras kepala itu bisa luluh."Kamu bilang apa aja sama Papa?" tanya Arjuna yang kini sedang menyetir mobil untuk pulang ke rumah. Seperti biasa, pria itu selalu meminta Renata untuk tidur di rumahnya dengan modus 'saya nggak akan minta kamu main'."Kamu nggak boleh tahu saya sama Papa ngomong apa aja.“Rahasia," kekeh Renata yang dibalas dengan raut wajah kecewa dari Arjuna."Oh, jadi mau main rahasia sama calon suami kamu?""Calon?" Renata berusaha menggoda Arjuna dengan pura-pura tidak tahu. "Calon apa?""Calon suami," balas Arjuna singkat."Kapan kamu pernah bilang kita mau nikah?"Arjuna men
Read more

Chef - 34

Seperti biasa, matahari tidak bisa menelusup masuk ke dalam kamar Arjuna. Semua jendela tertutup rapat oleh gorden tebal, karena Arjuna sangat tidak menyukai matahari pagi yang membuatnya silau terbangun. Hanya ada jam weker yang berada di atas nakas dan benda itulah yang selalu setia berbunyi setiap jam setengah tujuh pagi.Ketika benda itu kembali berbunyi, Renata membuka kedua matanya secara perlahan. Dia mengambil satu-dua detik untuk mengumpulkan energi dan memfokuskan diri. Lalu, dia meraih jam weker yang masih terus berbunyi dan mematikan benda tersebut.Mata Renata langsung menelusuri sekitar, melihat ke arah sofa yang menjadi tempat tidur Arjuna. Ternyata, pria itu sudah tak ada di sana. Entah ke mana perginya. Renata dengan malas beranjak dari tempat tidur, berhenti di samping ranjang untuk mengikat rambutnya yang terurai secara asal sebelum berjalan keluar kamar."Bi, Arjuna mana?" tanya Renata kepada Bi lyah yang sedang sibuk membereskan rumah.
Read more

Chef - 35

“Aww!" Renata meringis kesakitan, masih mengusap lututnya yang berdarah karena terbentur aspal sementara mencoba berdiri.Ia tidak mau menghadapi Dara dalam posisi yang tidak menguntungkan sepert ini. Wanita itu terlihat gila, entah apalagi yang akan dilakukannya jika Renata masih tersungkur di tanah."Dasar jalang!!!" teriak Dara, begitu keras sehingga Renata terkejut.Kedua matanya mengeras, menyiratkan amarah yang membuat Renata sedikit panik. Renata melihat sekelilingnya dan tak menemukan apa-apa. Tidak ada siapa-siapa, sunyi, bahkan untuk jika dia berteriak meminta tolong pun, mungkin tidak akan ada yang datang. Renata merasa takut, panik dan gelisah, bahkan telanjang karena kemeja Arjuna yang dikenakannya hanya menutupi sedikit paha atasnya.Rapuh - ya, itulah yang Renata rasakan. Rapuh dan kecil. Dengan perasaan tak menentu, Renata berusaha mundur sedikit demi sedikit. Tetapi, Dara langsung saja merendahkan tubuhnya dan berjongkok di hadapan
Read more

Chef - 36

Renata tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Renata tahu dia bukan jalang, kata-kata kasar Dara seharusnya tidak mempengaruhinya.Di tidak merebut Arjuna dari siapa-siapa. Arjuna memilihnya lebih dulu, Arjuna mencintainya, begitu juga dengan Renata. Bahkan Arjuna menjelaskan hubungannya dengan Dara, yang tak lebih dari sekadar keinginan dua orangtua untuk mempersatukan anak-anak mereka."Ayah Dara dan Papa sudah berteman sejak lama. Tapi, saya nggak tahu kalau Dara itu anak teman Papa."Saat Renata memasukkan kunci ke lubang pintu rumahnya, diamerasakan keanehan tersebut. Rumahnya tak terkunci! Dan matanya menangkap sepasang sepatu yang tidak dikenalinya.Renata tak sekalipun merasakan takut seperti yang kini dirasakannya. Perasaan panik menjalarinya. Sebut saja Renata paranoid, tapi dia membayangkan Dara sedang menunggunya di dalam, bersiap-siap kembali menghajarnya. Tetapi itu tidak mungkin, ia menggeleng keras pada dirinya sendiri, Dara tidak ta
Read more

Chef - 37

Tangan Renata yang masih memegang kenop pintu terus saja bergetar. Dadanya kembali sakit dan air matanya terus saja mengalir. Apa yang sudah dilakukannya benar-benar di luar kendali. Renata tidak tahu apakah yang dilakukannya ini benar ataukah salah. Bibirnya berkata ingin berpisah tetapi hatinya berkata tidak. Renata bukan lemah ataupun pesimis, dia hanya berpikir inilah yang harus dilakukannya. Renata tidak ingin jika hidupnya terancam oleh Dara. Mungkin, dia kejiwaannya terguncang, mungkin trauma karena perlakuan Dara-lah yang mendorongnya mengucapkan perpisahan, tapi Renata masih bersikukuh bahwa apa yang dilakukannya adalah yang terbaik.Benarkah itu yang terbaik? Mengorbankan perasaan mereka berdua hanya karena dia takut pada Dara? Membiarkan Arjuna terluka dan Dara menang?"Kak.." panggil Renita lembut saat melihat kakaknya yang masih terpaku berdiri dengan air mata yang belum usai.Renata menoleh ke arah adiknya, kemudian berjalan maju dan memeluk Renita
Read more

Chef - 38

Selama satu minggu penuh, Renata tidak bekerja dan memilih untuk istirahat sejenak. Dia juga menyembuhkan lukanya dengan bantuan Renita, dan tentu saja menyembuhkan hatinya yang terluka karena perlakuannya sendiri terhadap Arjuna. Selama seminggu itu, Renata menggunakan seluruh waktunya untuk memulihkan diri - fisik dan jiwanya, mental dan raganya.Pagi ini, seperti biasa, Renata pergi bekerja dengan semangat yang sama. Fakta bahwa dia akan bertemu dengan Arjuna sebenarnya cukup membuatnya gentar, tapi Renata berusaha menepis pemikiran tersebut. Selama seminggu ini, dia menghindari Arjuna, tidak ingin membuka pintu untuk pria itu, tidak menjawab panggilan Arjuna ataupun membalas pesannya. Renata membutuhkan waktu dan dia masih bimbang. Renata tidak ingin bertemu dengan Arjuna sementara kebimbangan masih menggelayuti dirinya."Good morning, guys," sapa Renata seperti biasa.Seluruh karyawan langsung menoleh ke arah Renata dan tersenyum. Imelda yang masih terkejut
Read more

Chef - 39

Sepanjang perjalanan menuju dapur, Renata tak henti-hentinya meremas dadanya yang sedang berdebar hebat. Sikap Arjuna membuatnya melayang seketika dan salah tingkah. Kenapa sih, dia tidak pernah kebal dari Arjuna? Kenapa hanya diperlukan usaha yang begitu sedikit untuk membuat Renata kalang kabut?Apa yang harus aku lakukan?Kelebatan mimpi itu membayang di benaknya. Belum lagi rasa sakit yang masih tersisa di tubuhnya, ingatan akan betapa ganas dan kejamnya Dara. Sedikit banyak itu kembali membuat Renata tertekan.Apa yang harus dia lakukan? Renata masih belum bisa menemukan jawabannya.Sesampainya di dapur, Renata langsung bekerja seperti biasa. Bekerja bisa menjadi pengalih perhatiannya. Tak lama kemudian, Imelda dayang dan berdiri di sampingnya seraya menyunggingkan senyum tidak jelas.“Ciee…” kata Imelda dengan nada menggoda."Apaan sih, Del? Nggak jelas lo," balas Renata yang sedang sibuk memotong daun bawang."Benar ya
Read more

Chef - 40

Seperti yang telah dijanjikan dan diinginkan oleh Arjuna, sepulang kerja, mereka bercinta untuk melepaskan rindu dan gairah yang cukup lama tak terlampiaskan. Berkali-kali juga terdengar erangan Arjuna dan Renata yang seolah saling bersahutan. Arjuna tidak menyangka bahwa Renata masih terasa begitu nikmat, seperti saat mereka pertama kali bercinta, bahkan mungkin lebih enak. Begitupun dengan Renata, baginya Arjuna masih hebat dalam bercinta. Dalam kamus pria itu, seolah tidak ada kata lelah di dalamnya. Lagi dan lagi, pria itu seolah tidak bisa dipuaskan.Pagi ini ketika terbangun, Renata melihat Arjuna yang masih tertidur sembari memeluk tubuhnya. Pria itu terlihat lebih seksi dengan wajah bantal, kelelahan menggurati wajahnya - tapi wajar saja, mereka baru tidur menjelang pagi.Renata yang sudah bangun tidak bisa lagi memejamkan mata, jadi dia memutuskan untuk menatap wajah Arjuna yang tak pernah puas dipandangnya sambil memainkan bulu-bulu kasar yang kembali tumbuh
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status