All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal: Chapter 331 - Chapter 340

470 Chapters

331. Menuntut Kejujuran

Dokter Amira menutup alat pemeriksaannya dengan hati-hati, lalu mengambil catatan medis Lila. Ia tersenyum tipis, mencoba meredakan kecemasan yang tergambar jelas di wajah Lila dan Sean.“Tenang, tidak ada masalah serius,” ujar Dokter Amira pelan. “Hanya saja, Lila mengalami anemia ringan. Ini cukup umum terjadi, terutama setelah persalinan caesar sebelumnya.”Sean menghela napas lega, tetapi tetap menatap dokter dengan penuh perhatian. “Apa yang harus kami lakukan, Dok?”“Yang terpenting adalah mengatur pola makan. Lila perlu mengonsumsi lebih banyak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah tanpa lemak, hati ayam, sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, serta kacang-kacangan. Lengkapi dengan vitamin C agar penyerapan zat besi lebih optimal.” Dokter Amira menuliskan beberapa catatan di kertas resep.“Apakah ini akan memengaruhi program hamil nanti?” tanya Lila, suaranya pelan.“Tidak, asalkan anemia ini teratasi sebelum kehamilan. Jika dibiarkan, bisa membuat Lila cepat lelah
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

332. Adik dari Tante

Tampaknya Lila harus bersabar untuk mendapat jawaban dari Sean, karena suaminya itu mengatakan akan membicarakan hal tersebut di rumah. Lila tidak memaksa karena mereka sedang dalam perjalanan.Setibanya di rumah, Sean dan Lila harus menghadapi Sekar yang terlihat sangat antusias untuk mengetahui hasil pemeriksaan Lila. Perempuan paruh baya itu sudah tidak sabar untuk menimang cucu keduanya.“Bagaimana hasil pemeriksaannya tadi?” tanya Sekar sambil menuntun Lila menuju ke ruang keluarga. Dia mengabaikan Sean yang berjalan di belakang mereka.Lila menoleh ke belakang, seolah meminta bantuan sang suami untuk memberikan penjelasan. Meskipun bukan masalah yang sulit diatasi, tetapi Lila tidak ingin membuat ibu mertuanya kecewa jika mengetahui dirinya mengalami anemia dan harus menunda program kehamilannya sementara waktu.“Semua baik-baik saja, Ma. Hanya mungkin karena saat ini Lila masih banyak pekerjaan yang menumpuk, karena Nadya sebentar lagi akan cuti melahirkan, jadi kami memutuskan
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

333. Alasan Sean

Setelah Brilian tertidur pulas, napasnya teratur dan wajah kecilnya terlihat damai, Lila tetap duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah dinding. Tanpa sadar, air matanya menetes, mengalir perlahan di pipinya. Ia mengusap cepat, seolah ingin menghapus rasa sakit yang tak bisa dihindari.Dengan langkah pelan, Lila meninggalkan kamar Brilian, hatinya penuh sesak. Ia berdiri di sudut ruang keluarga, menahan isak yang ingin pecah.Sean merapikan selimut Brilian, memastikan anaknya tidur dengan nyaman. Lalu dia menyusul Lila, menemukan istrinya berdiri membelakangi pintu. Tanpa berkata apa pun, Sean mendekat dan memeluk Lila dari belakang, merapatkan tubuhnya, mencoba menjadi pelindung dari rasa sakit yang tak terlihat.Lila menggigil pelan, lalu perlahan membalikkan tubuhnya. Wajahnya basah oleh air mata. Ia menatap mata Sean, penuh luka yang tak bisa diucapkan. Tanpa bisa ditahan lagi, Lila menumpahkan seluruh kesedihannya dalam pelukan Sean, menangis sesenggukan.Sean memeluk erat,
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

334. Sebelum Semuanya Menjadi Lebih Buruk

Di kamar kosnya, Delisa mondar-mandir dengan gelisah. Tangannya terus menggenggam ponselnya, Delisa ingin menghubungi ibunya tetapi ternyata beberapa hari terakhir ponsel selalu dibawa bapaknya, sehingga dia tidak bisa berkeluh kesah atas masalah yang sedang dia hadapi saat ini.Hati Delisa berdebar kencang, bukan karena antusiasme, tetapi karena rasa panik yang mulai merayap."Bodoh... Kenapa aku tadi begitu ceroboh?" gumamnya sambil menjatuhkan diri ke tempat tidur.Matanya menatap langit-langit dengan kosong, sementara pikirannya terus berputar pada kejadian sore tadi.Ia tidak berpikir panjang ketika ingin ikut serta saat Lila dan Sean pergi bersama. Rasa cemburu dan iri yang selama ini ia pendam membuatnya kehilangan akal. Selama ini, ia bisa bertindak mendekati Sean tanpa sepengetahuan Lila, dan Sean pun memilih diam.Tetapi tadi … tadi ia hampir merusak semuanya.Delisa mengepalkan tangannya. Selama ini, ia selalu merasa bahwa ia lebih pantas berada di sisi Sean dibandingkan Li
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

335. Masalah Serius

Delisa merasa tidak nyaman saat Nadya menghampiri kubikelnya. Perut besar wanita itu tak mengurangi langkahnya yang mantap, penuh percaya diri.Senyum lebar terpasang di wajah Nadya, tapi Delisa tahu itu bukan senyum ramah. Itu senyum yang dibuat-buat.“Hai, Delisa,” sapa Nadya dengan nada ringan, terlalu ringan.Delisa menatapnya dengan waspada. Nadya bukan hanya sahabat kakaknya, tetapi juga orang kepercayaannya. Jika Nadya mendatanginya secara langsung seperti ini, pasti ada sesuatu.Sebelum Delisa sempat menjawab, ponselnya bergetar berkali-kali. Notifikasi beruntun memenuhi layar. Ia melirik Nadya sekilas, lalu menurunkan pandangannya ke ponsel.Pesan dari Nadya.Delisa menatap Nadya dengan ekspresi bingung. Untuk apa Nadya mengirim pesan jika mereka sedang berhadapan?Rasa penasaran mengalahkan kewaspadaannya. Dengan sedikit ragu, Delisa membuka pesan itu. Matanya membeliak lebar menatap isi pesan.Beberapa foto wajah seorang perempuan penuh luka, lebam di pipi, bibir pecah, dan
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

336. Keputusan Lila

Rangga menekan pulpen di atas kertas, menandatangani pernyataan medis dengan tangan gemetar. Ia memberi izin rumah sakit untuk melakukan tindakan operasi caesar pada Nadya.Napas Rangga terlihat berat, dadanya naik turun menahan emosi yang berkecamuk. Bukan hanya marah tetapi ada rasa khawatir yang mendalam. Di ruang operasi istri dan anaknya sedang berjuang hidup.Di hadapannya, Sean dan Lila berdiri dalam diam. Sean memasukkan tangan ke dalam saku, sementara Lila menatap kosong ke lantai.“Aku akan menempuh jalur hukum,” suara Rangga terdengar tegas, nyaris bergetar menahan amarah. “Delisa harus bertanggung jawab atas semua ini.”Sean mengalihkan pandangannya ke Lila, menunggu reaksi istrinya. Lila mengangkat wajahnya, matanya terlihat basah. Namun, ia tidak menangis.Perlahan, ia mengangguk. “Aku tidak akan menghalangi,” katanya pelan, hampir berbisik. “Lakukan apa yang seharusnya kamu lakukan.”Wajah Rangga tetap tegang, tetapi ia mengangguk kecil, menerima jawaban itu.Suasana di
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

337. Datang Lebih Cepat

Lila duduk di kursi tunggu rumah sakit, ponselnya masih di tangan. Berulang kali ia mencoba menghubungi Delisa, tapi tidak ada jawaban. Ia kembali menekan nomor adiknya, menunggu nada sambung yang semakin lama semakin membuatnya frustrasi.Sean yang duduk di sampingnya memperhatikannya dengan cermat. “Mungkin saat ini dia sedang ketakutan,” ucap Sean pelan. “Dia pasti tahu kalau kita mencarinya.”Lila mendesah, menekan dahinya dengan ujung jari. “Aku hanya ingin dia menyerahkan diri, Sean. Menghindar seperti ini hanya akan memperburuk segalanya. Jika dia menyerahkan diri dan mempertanggungjawabkan perbuatannya, mungkin itu bisa meringankan hukumannya di pengadilan nanti.”Sean mengangguk. “Aku sudah bicara dengan Cyrus. Dia sudah membuat laporan ke polisi. Saat ini, status Delisa masih dalam tahap pencarian, tapi mengingat kondisi Nadya yang harus melahirkan lebih cepat akibat kejadian ini, kemungkinan polisi akan segera mengeluarkan surat perintah penangkapan.”Lila menatap suaminya,
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

338. Menyisakan Sesal

Delisa terisak, tubuhnya gemetar saat salah satu polisi mendekat untuk membacakan kasus yang membelitnya hingga harus berurusan dengan hukum.“Ini tidak benar! Dia dulu yang mulai, aku tidak bermaksud melukai siapa pun!” Suara Delisa bergetar, terdengar penuh kepanikan.Inayah yang berdiri di sampingnya tampak pucat, matanya membelalak tidak percaya. “Kalian pasti salah paham! Lisa anak baik, dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu,” ucap Inayah mencoba membela putri bungsunya.“Bu, Pak, tolong katakan pada mereka! Aku tidak bersalah!” Delisa memohon, wajahnya basah oleh air mata.Inayah segera berbalik menatap Waluya. “Pak, cepat telepon Lila! Suruh dia bicara dengan suaminya. Mereka pasti bisa menyelesaikan ini!” desak Inayah panik.Waluya menghela napas berat. Matanya menatap polisi-polisi yang berdiri tegap di depan rumah mereka, lalu kembali menatap istrinya. “Sudah malam, Bu. Aku nggak mau ganggu waktu istirahat Lila dan Sean. Besok pagi saja.”“Bak!” Inayah berseru frustras
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

339. Menghadapi Orang Tua

Pagi itu, Waluya dan Inayah tiba di rumah Sean dan Lila dengan wajah penuh harap. Waluya dan Inayah sudah dipersilakan masuk oleh pelayan. Dan kini keduanya duduk manis di ruang tamu menantikan kedatangan anak dan menantunya.Waluya berusaha tetap tenang, meski hatinya dipenuhi gemuruh memikirkan nasib putri bungsunya. Sementara itu, Inayah menggenggam tangannya erat erat, menyalurkan rasa cemas yang sejak tadi malam enggan sirna.Setelah menunggu beberapa saat, tampak Sean dan Lila datang beriringan. Sean tampak sudah rapi dengan setelan jasnya dan juga tas kerja yang dibawakan oleh Lila,Sebelum Waluya sempat berbicara, Lila menoleh ke Sean. "Sayang, bukankah kamu harus segera ke kantor. Semalam kau bilang ada rapat penting dengan klien yang nggak bisa ditunda."Sean tampak ragu. Dia tahu kedatangan Waluya dan Inayah pasti berhubungan dengan Delisa. Namun, tatapan tegas Lila membuatnya menghela napas pelan. Sean tahu, Lila ingin menyelesaikan masalah Delisa tanpa melibatkan dirinya.
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

340. Sikap Tegas Lila

"Selama ini Delisa tidak bekerja dengan baik di kantor. Mungkin karena dia menganggap bekerja sama keluarga sendiri maka dia sering bertindak sesuka hatinya," ucap Lila akhirnya. "Saya sudah berulang kali menasihatinya, memperingatkan agar dia lebih profesional. Tapi dia selalu mengabaikannya."Inayah menatap Lila dengan tidak percaya. "Maksudmu apa, Lil? Bukannya Delisa bekerja dengan baik?"Lila tersenyum kecil, tetapi ada kelelahan di matanya. "Tidak seperti itu sebenarnya, Bu. Dia sering terlambat, sering membolos dengan alasan yang tidak jelas. Bahkan, beberapa kali aku mendengar keluhan dari rekan-rekannya karena sikapnya yang tidak menghargai orang lain. Laporan yang harusnya dia kerjakan tidak pernah beres, dan ini mengganggu kinerja perusahaan."Waluya mengerutkan kening. "Kenapa kamu tidak pernah bilang?"“Saya pikir, Lisa akan memperbaiki dirinya. Pak. Tetapi ternyata semakin ke sini, dia semakin sulit di atur. Bahkan sampai sekarang dia tidak punya tabungan, uangnya habis
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
PREV
1
...
3233343536
...
47
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status