All Chapters of Jodoh Salah Tarik 2: JERAT CINTA TEMAN KAKAKKU: Chapter 91 - Chapter 100

157 Chapters

Bab 90. Apa yang Terjadi?

Sesaat sebelumnya. “Dua jam dua puluh lima menit,” suara Daisy terdengar dingin seperti es, memecah keheningan. Kayla yang baru saja membawa kue itu ke hadapannya langsung merasa seolah-olah dirinya seorang terdakwa di ruang sidang. Tatapan tajam Daisy menghujam tepat ke arahnya.“Apa… terlalu lama, Nek?” tanya Kayla dengan hati-hati, berusaha menyembunyikan kegugupannya di balik senyum kecil.“Tidak juga,” jawab Daisy singkat, namun nada tajamnya sudah cukup membuat Kayla menjadi sedikit gemetar. “Tapi aku ingin mencobanya, apakah ini cukup enak untuk lidahku atau tidak.”Kayla tersenyum canggung, lalu meletakkan piring kue di meja di hadapan Daisy. Dalam hati, dia terus menyemangati dirinya sendiri. “Sabarlah, Kayla. Kamu pasti bisa melewati ini.” Bahkan untuk menghela napas saja, rasanya dia tidak mampu.Saat kue itu masuk ke dalam mulut Daisy, ada perasaan gugup yang langsung menyergap Kayla, bukan karena dia tidak bisa membuat makanan ini, hanya saja, seperti yang dikatakan oleh
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 91. Kamu Tetap Tinggal

Kayla merasa hatinya bergemuruh. Tatapan tajam William membuat dirinya sadar bahwa ia tidak bisa terus menyembunyikan semuanya. Namun, mengungkapkan apa yang ia rasakan sekarang juga tidak mungkin. Apalagi, pelayan yang masih membersihkan serpihan piring pecah di ruang ini membuat suasana semakin kikuk.“Tunggu sebentar. Aku akan membawa kue itu untuk kita,” ujar Kayla sambil beranjak dari kursinya. Ia mengambil wadah di kabinet atas, lalu mulai menyusun clove roll cheese yang tersisa ke dalam kotak makanan itu. Setelah selesai, ia mendapati William masih berdiri dengan tatapan yang tak beralih sedikit pun darinya.“Kamu menatapku seperti itu, sedikit menyeramkan, tahu,” canda Kayla, berusaha mencairkan suasana dengan senyuman tipis. Berusaha menutupi rasa gugupnya beberapa waktu sebelumnya.Namun, William tidak tertawa. Ia tetap diam, membiarkan sorot matanya berbicara. “Kita bicara di kamarmu saja,” ujar Kayla akhirnya, suaranya lembut namun tegas.Tanpa banyak bicara, William seger
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Bab 92. Pilihan William

Kayla merasa tubuhnya menegang seketika saat tatapan tajam Walter Drake jatuh padanya. Tatapan itu seperti elang yang siap menyambar mangsanya, dingin, tajam, dan tanpa ampun. Ia merasa dirinya terkuliti di hadapan pria tua itu. Walter berdiri tegak dengan postur penuh wibawa, tangannya diselipkan ke saku celana, sementara ekspresinya seperti ukiran batu yang tak berperasaan. Kal iini benar-benar wajah asli yang keluar.Kayla menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya meski jantungnya berdetak sekeras gemuruh. Ia berkata pada dirinya sendiri untuk tetap tenang. Namun, sebelum sempat menyusun kata-kata, suara berat dan tegas William lebih dulu memenuhi ruangan.“Cukup, Kakek.” Nada suara William dingin, penuh ketegasan. Ia berdiri lebih tegak, jelas memperlihatkan dirinya sebagai tameng yang kokoh di hadapan Kayla. “Aku tidak peduli siapa yang datang hari ini, aku tidak pernah membuat janji itu. Jadi, aku tidak akan ikut campur dalam urusan ini.”Tatapan Walter berubah tajam
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 93. Rumah William

Rumah yang mereka tuju tidaklah besar atau megah, tetapi begitu tiba di sana, Kayla langsung merasakan suasana yang hangat dan menenangkan. Halaman luas dengan rerumputan hijau dan pohon-pohon rindang menyambut mereka, seolah-olah memberikan ruang untuk bernapas setelah perjalanan panjang.Seorang pelayan wanita paruh baya keluar dari pintu depan, membungkuk hormat kepada mereka. “Selamat datang, Tuan dan Nyonya,” sapanya ramah. Senyumnya tulus, membuat Kayla merasa dihargai. Pelayan itu dengan sigap mengambil barang-barang mereka dari sopir dan membawanya masuk ke dalam rumah.William meraih tangan Kayla, membimbingnya masuk. “Ayo, aku ingin menunjukkan sesuatu,” katanya singkat, tetapi nada suaranya membuat Kayla merasa ada sesuatu yang istimewa menanti.Mereka lalu memasuki sebuah ruangan yang memiliki atmosfer tenang dan elegan. Begitu pintu terbuka, aroma kayu dan bau mint menyambut mereka. Ruangan itu adalah perpustakaan mini William, sekaligus tempat kerjanya. Rak-rak buku tert
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 94. Pilihan dan Tekanan

Suasana makan siang di rumah ini terasa hangat dan nyaman. Ruangan makan itu tidak terlalu besar, tapi cukup untuk menciptakan kesan intim dengan pencahayaan alami dari jendela besar di samping meja. Aroma makanan yang masih tersisa di udara membuat suasana terasa lebih hidup.Kayla tampak makan dengan lahap. Kali ini, wajahnya terlihat jauh lebih santai dibandingkan sebelumnya. William duduk di seberangnya, mengamati setiap gerakan Kayla dengan senyuman tipis yang jarang terlihat di wajahnya. Meskipun bibirnya tersenyum, pikirannya tidak sepenuhnya hadir di ruangan itu. Sebagian dari dirinya masih tertinggal di kediaman sang kakek, mengingat percakapan tajam dan sikap dingin yang telah mereka terima.Selesai menyantap makanannya, Kayla menatap William yang terlihat melamun. Ia sudah mulai memahami pria itu dengan baik—William adalah seseorang yang layaknya permukaan air yang tenang. Meski tampak datar, ia menyimpan arus yang sulit diprediksi di dalamnya. Hari ini, arus itu terlihat je
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 95. Tekanan Baru

Kayla duduk di ruang tengah, memandangi layar televisi yang bahkan tidak dinyalakan. Suasana rumah terasa terlalu sepi, membuatnya sedikit gelisah. Ini adalah hari pertama William pergi ke kantornya setelah mereka tiba di Amerika. Pikirannya melayang pada percakapan terakhirnya dengan William pagi ini. “Kay, nanti kalau perlu kemana-mana minta antar dengan Frank saja.” William berkata datar sambil mengenakan pakaiannya. Kayla sedikit terkejut, pasalnya Frank adalah sopir pribadi William yang selama dua hari ini selalu mengantarkan mereka kemana-mana. “Frank bukannya harus di kantor bersama Kak Will? Nanti akan repot kalau dia mesti bolak-balik, lagian juga aku bisa naik taksi saja kalau mau pergi.” Kayla menjawab santai. “Tidak, nanti Frank akan ada di sini, aku bisa pergi ke kantor sendiri atau bisa dengan Gabriel.” William berkata dengan tenang. “Kak Will, apa aku boleh tanya?” tanya Kayla lagi dengan sedikit rasa penasaran. William mengangguk sebagai isyarat untuk Kayla melan
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 96. Pembicaraan yang Tajam

Keduanya sudah duduk di ruang keluarga. Suasana nampak terasa hening dan mencekam. Namun, Kayla berusaha untuk tetap tenang, walaupun hatinya mulai merasakan resah dengan apa yang akan disampaikan oleh sang Nenek.Kayla masih diam.“Aku yakin kamu bukan orang bodoh yang tidak mengerti maksud dari perkataanku.” Daisy berkata dengan nada dingin.Kayla mengulas senyum simpul di wajahnya tetap tenang dan berkata, “Baik, Nek, kalau begitu silakan sampaikan, biar aku mencoba untuk mengerti.” “Apa kamu tahu dengan latar belakang William sebelum dia menikah denganmu?” Daisy kembali berkata dengan nada datar dan tatapan tajam.Kayla diam sejenak sebelum akhirnya kembali bicara, “Aku cukup dekat dengan keluarga Kak William di Indonesia. Baik Mama Risda maupun Papa Anthony keduanya adalah sahabat kedua orang tuaku, tapi sejujurnya … aku juga baru tahu kalau Kak Will ternyata masih memiliki keluarga dari Papa Anthony setelah kami menikah.” Kayla tetap menjaga suaranya tetap stabil.“Lalu kamu per
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 97. Pemikiran Kayla

Setelah Daisy pergi dari rumah, Kayla masih duduk termenung di sofa. Ruangan itu terasa hening, seolah-olah menyerap kegelisahannya. Pikirannya bercampur aduk. Wajah dingin dan ucapan tajam nenek William terus terngiang-ngiang di kepalanya. Kayla menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, tapi kegelisahan tetap bertahan. “Nyonya,” suara lembut Rose, pelayan paruh baya, membuyarkan lamunannya. Wanita itu membawa baki berisi secangkir teh hangat dan beberapa camilan. “Apa Nyonya Besar sudah pulang?” tanyanya dengan nada sopan namun sedikit heran. Kayla tersentak kecil sebelum mengangguk. “Oh, iya. Nenek baru saja pulang. Bibi bawa saja kembali itu ke dapur. Nanti kita keluar, oke?” ujarnya dengan senyum tipis yang dipaksakan. Rose tampak ragu sejenak sebelum akhirnya mengangguk. “Baik, Nyonya,” jawabnya singkat, lalu berjalan kembali ke dapur. Kayla kembali menghela napas. Pertemuan dengan Nenek William tadi benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Ada sesuatu yang aneh. Ca
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 98. Apa Ini Benar?

Sesampainya di rumah, Kayla langsung tenggelam dalam aktivitas di dapur. Aroma rempah-rempah mulai memenuhi ruangan, memberikan suasana hangat dan nyaman. Dibantu oleh Rose, mereka bekerja sama dengan cekatan. Kehadiran Rose membuat pekerjaan Kayla terasa lebih ringan, sesuatu yang cukup ia syukuri di tengah kepenatan hari ini. Kayla tetap mempertahankan kebiasaan yang sering ia lakukan saat masih di Indonesia, yaitu menyiapkan makanan sesuai daftar menu yang sudah direncanakannya. Setiap bahan ditimbang dengan cermat, setiap langkah dilakukan dengan hati-hati. Rose memerhatikan nyonya mudanya itu dengan penuh kekaguman. Dalam diam, dia memperhatikan bagaimana Kayla menata semua bahan dengan rapi, memotong sayuran dengan teknik yang presisi, dan memastikan semuanya sesuai standar yang dia tetapkan. “Nyonya sangat teliti,” gumam Rose pelan, hampir tidak terdengar. Kayla yang sedang sibuk mengaduk sup di atas kompor menoleh. “Bibi, kenapa melihatku seperti itu?” tanyanya sambil tersen
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 99. Lama Tak Berjumpa

“Bagaimana, Bos? Sudah memberikan laporan pada istrimu?” Suara Gabriel terdengar sesaat setelah William memutuskan sambungan teleponnya.William hanya melihat ke arah Gabriel dengan tatapan datarnya. “Tidak perlu ikut campur!” Gabriel terkekeh mendengarnya, lalu sesaat berikutnya wajahnya terlihat sangat serius. “Jadi, malam ini kamu yakin akan mewakili Tuan Besar Drake untuk bertemu mereka?” Helaan napas berat terdengar dari William, tatapan matanya menjadi sangat tajam ke arah depan. “Ya, lagipula aku tidak sendiri, kan?” Ucapan William terdengar pasti lalu melirik ke arah Gabriel.“Tentu saja aku menemanimu, aku juga sudah menyiapkan semua bentuk kesepakatan tertulisnya di sini.” Gabriel menunjukkan file yang dia bawa ke ruangan William saat ini.“Baguslah, letakkan saja di sana. Aku akan memeriksanya kembali. Dan katakan pada sekretarisku di luar sana kalau malam ini aku ada agenda bertemu dengan mereka, kalau dia mau pulang silakan saja.” William berkata dengan nada penekanan.
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status