Home / Fiksi Remaja / About Me: Alshameyzea / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of About Me: Alshameyzea : Chapter 111 - Chapter 120

143 Chapters

Bab 38. Kehangatan di Ujung Hari

"Kadang, kelelahan hari yang panjang digantikan oleh kehangatan yang sederhana dalam kebersamaan yang tulus."•••Aku melemparkan tasku ke sofa panjang di ruang tamu dengan gerakan lelah. Tubuhku terasa berat setelah hampir seharian bertemu dengan Arshaka. Namun, yang lebih melelahkan adalah pertanyaan Aline yang terus-menerus menjejali pikiranku. Dia tidak berhenti bertanya tentang apa yang terjadi antara aku dan Arshaka, apa yang Arshaka katakan, bagaimana reaksiku, dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan itu semakin membuatku pusing.Aline duduk di sampingku, matanya penuh harapan akan jawaban yang belum kuterima. Dia terus menatapku, seolah setiap detik yang berlalu tanpa jawaban semakin menambah rasa penasarannya.Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diriku. “Aline, udah deh, nggak usah lebay. Orang dia bahas program OSIS,” ujarku akhirnya, dengan nada yang lebih datar dari biasanya. Aku menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, berharap bisa mengurangi ketegangan yang ada
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 38. Kehangatan di Ujung Hari (Part 2)

Aku berdiri perlahan dari kasur, merasakan bagaimana berat tubuhku berpindah ke kaki yang sempat lelah setelah seharian penuh di sekolah. Pikiranku masih berputar, membayangkan suasana aula tadi—begitu tegang dan penuh pro dan kontra. Namun kini, setelah semuanya berlalu, ada sesuatu yang melonggarkan di dalam dada. Ada perasaan lega yang pelan-pelan menyapu kelelahan, menggantinya dengan secercah kepuasan. Setidaknya, kami berhasil mencapai tujuan kami hari ini. Aku tersenyum kecil, memutar kembali memori tentang Arshaka yang dengan penuh ketenangan memimpin sosialisasi itu. Matahari sore mengintip dari sela-sela tirai jendelaku, menciptakan bayangan panjang di lantai kayu yang kusam. Aku berniat keluar kamar untuk menghirup udara segar, ketika suara Aline terdengar dari balik pintu."Al! Coba lihat aku. Pantes nggak?" serunya, penuh antusias.Aku menoleh, dan tanpa bisa menahan diri, mulutku terbuka sedikit karena terkejut. Di depan mataku berdiri Aline, yang biasanya tampil dengan
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 39. Pola Cinta dan Seragam

"Cinta bukan hanya tentang perasaan, tetapi tentang bagaimana kita membiarkan pola-pola kecil dalam tindakan kita berbicara lebih keras dari kata-kata." -Alshameyzea Afsheena ...Hari ini adalah hari pertama pelaksanaan program OSIS, dan suasana di SMAN Cendana berubah total. Aku berdiri di lorong, mengamati transformasi yang terjadi di sekelilingku.Pemandangan yang dulunya terasa membosankan kini menenangkan hati. Melihat para siswi yang mengenakan kerudung memberikan ketenangan tersendiri, apalagi dengan Aline di sampingku, penampilannya yang baru menambah kebahagiaan di hati. Aku tersenyum, menikmati kedamaian pagi ini.Aku melirik jam tangan—masih pukul enam pagi, tapi tampaknya hampir semua siswa sudah tiba. Aku mengagumi sikap mereka yang berubah drastis, mungkin karena efek dari sosialisasi kemarin mengenai program kedisiplinan. Mereka tampak antusias melaksanakan peraturan baru, terutama karena iming-iming beasiswa yang ditawarkan Arshaka. Tawaran itu bukan main-main, men
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 39. Pola Cinta dan Seragam (Part 2)

Arshaka melangkah maju, diikuti oleh Keenan. Mereka saling menatap tajam, seolah siap bertarung. Tangannya mengepal, menandakan ketegangan yang hampir tidak bisa ditahan lagi. Aku menghela napas panjang dan segera menghampiri mereka, berdiri di samping Keenan. "Keenan," ucapku lembut, mencoba menenangkan situasi. Aku menatap matanya, memberi isyarat agar dia berhenti. Perlahan, Keenan mundur selangkah, tangannya masih mengepal, tapi tatapannya mulai melunak saat aku berbicara. "Ayo, masuk kelas," ajakku, berusaha mengalihkan perhatian Keenan dari ketegangan yang semakin memuncak. Keenan akhirnya mengangguk, meskipun terlihat masih kesal. Aku memberi isyarat kepada Aline, yang langsung mengangguk setuju. Begitu juga dengan Abhi, Nevan, dan Kafka, mereka mulai melangkah menuju kelas XI IPA 2. Saat aku melangkah ke dalam kelas, pikiranku terus berputar, mencoba mencari cara untuk menasihati Keenan dan teman-temannya tanpa memicu kemarahan mereka. Aku tahu bahwa meskipun Arshaka t
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 40. Luka dan Cahaya yang Membisu

"Kadang, cahaya yang paling tenang menyinari luka yang paling dalam, mengungkapkan kisah yang tak terucapkan." -Alshameyzea Afsheena ...Semenjak kejadian di taman sekolah itu, suasana di SMAN Cendana kini terasa lebih hidup dan semangat. Hari ini adalah hari puncak dari serangkaian lomba kelas meeting yang telah berlangsung sejak seminggu lalu. Lapangan SMAN Cendana dipenuhi oleh para siswa yang mengenakan pakaian olahraga mereka, menanti dengan antusias babak final dari kompetisi yang akan menentukan juara akhir. Tujuh bulan telah berlalu begitu saja, dan program-program OSIS di bawah kepemimpinan Arshaka berjalan dengan sukses, membawa perubahan nyata di sekolah. Siswa-siswa yang sebelumnya sering bolos kini lebih disiplin, dan mereka yang biasanya datang terlambat kini berusaha keras untuk tiba lebih awal sebelum bel sekolah berbunyi. Dan..penampilan Keenan dan teman-temannya yang kini rapi mengikuti aturan baru ini, membuatku merasa takjub sama mereka.Terutama pada Keenan,
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 40. Luka dan Cahaya yang Membisu (Part 2)

Tanpa berpikir panjang, aku masuk ke kelasnya, nihil, tidak ada siapapun disana. Aku bertanya-tanya, 'kemana dia?' Aku semakin khawatir, 'UKS?' Aku segera pergi ke UKS yang terletak di ujung kelas XI IPS 2 di lantai 2. Kebetulan, di sekolah kami, setiap tingkat kelas ada UKS nya, dan letaknya sama-sama di ujung kelas.Aku berlari dengan napas yang tersengal, ketika langkahku sampai di depan pintu UKS, aku memelankan suaraku, berusaha tidak mau mengganggu seseorang yang ada di dalam ruangan itu. Benar, Arshaka ada di dalam, dia duduk di kursi dan sedang berusaha mengobati luka yang ada di telapak kakinya.Aku meringis melihat darah mengalir dari luka di kaki Arshaka. Tanpa sadar, aku mendekatinya, dan kehadiranku membuatnya terkejut. Arshaka mengangkat alis, tatapannya bingung dan penuh tanya. Aku menyadari bahwa dia kesulitan memberi obat pada lukanya, jadi aku merebut botol obat merah dari tangannya. Dengan gerakan lembut namun pasti, aku jongkok di depannya dan berkata pelan, "Ak
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 41. Hening di Antara Tangisan

"Air mata adalah bahasa hati yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang benar-benar peduli." -Alshameyzea Afsheena •••Hari itu, segalanya terasa berjalan terlalu cepat. Kelas berlangsung seperti biasa, meski pikiranku tidak sepenuhnya fokus. Aku tahu, hari ini akan ada rapat OSIS yang sudah tertunda beberapa hari karena berbagai kegiatan sekolah, mulai dari perkemahan hingga class meeting. Tapi entah kenapa, sejak pagi ada perasaan gelisah yang menyusup tanpa diundang. Mungkin ini hanya perasaanku saja, atau mungkin memang ada sesuatu yang akan terjadi.Ruangan OSIS yang biasanya ramai kini terasa lebih sunyi. Hanya deretan meja, kursi, dan layar laptop di depanku yang menampilkan draft proposal kegiatan MPLS. Aku duduk di sudut ruangan, jauh dari pusat perhatian, namun pikiranku terus berputar-putar tentang proposal yang sudah ku buat semalam suntuk. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya—apakah aku sudah mengikuti semua arahan Arshaka? Apakah ada yang terlewat? Keringat dingin mul
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 41. Hening di Antara Tangisan (Part 2)

Aku tidak tahan lagi. Air mataku jatuh, tanpa bisa ku tahan. Kenapa dia begitu kasar? Aku hanya ingin membantu, tapi kenapa rasanya seperti aku telah melakukan kesalahan besar?Arshaka tampaknya tidak peduli dengan tangisku. "Kalau lo nggak bisa ngerjain tugas ini, bilang dari awal! Gue bisa kasih ke pengurus lain!" bentak dia, kalimatnya bagai pisau yang menancap di dadaku. "Lo mending ngundurin diri deh dari OSIS!"Deg! Jantungku serasa berhenti mendengar kata-kata itu. 'Ngundurin diri? Segitu berantakankah hasil kerjaanku?'Air mataku mengalir lebih deras, kepalaku tertunduk dalam rasa malu dan putus asa. Apa yang harus aku lakukan? Semua usahaku terasa sia-sia.Rey, yang dari tadi menahan diri, akhirnya berdiri dan mencoba membelaku. "Shaka, lo keterlaluan. Lo nggak boleh ngomong gitu ke Alsha."Tapi Arshaka tidak peduli. Dengan wajah yang memerah karena marah, dia melangkah keluar dari ruangan tanpa menoleh lagi. Semua mata tertuju padaku, dan dalam hening yang menyakitkan itu, a
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 42. Gelang di Tengah Malam

"Kadang, sebuah benda kecil bisa membawa lebih banyak makna daripada yang terlihat di mata." -Alshameyzea Afsheena ...Aku dan Aline melangkah cepat, langkah kaki kami menggemakan ketegangan di lobi rumah sakit yang steril dan sunyi. Di sana, di balik meja resepsionis yang bersih dan teratur, seorang petugas perempuan sedang memeriksa layar komputernya dengan tatapan serius. Aku menghela napas dalam-dalam sebelum akhirnya menghampirinya."Permisi, mbak, mau tanya, ada pasien baru yang mengalami kecelakaan beberapa jam yang lalu? Usianya sekitar anak SMA," tanyaku, mencoba tetap tenang.Sebelum petugas itu sempat menjawab, suara Aline memecah suasana. "Rey!" serunya, membuat kami semua menoleh.Aku segera mengucapkan terima kasih pada petugas itu, lalu berlari menghampiri Rey, disusul oleh Aline."Rey, gimana keadaan dia?" tanyaku, suara penuh kekhawatiran.Rey hanya diam sejenak, menatapku dengan tatapan penuh rasa iba. Namun, sebelum dia sempat menjawab, sosok dokter muncul di sam
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Bab 42. Gelang di Tengah Malam (Part 2)

Aku hanya bisa menunduk, tidak berani menatapnya."Lo sendiri udah tau kalau gue udah kecewa banget sama lo, dan lo masih berani-beraninya dateng kesini?" dia melanjutkan, nada suaranya semakin tajam.Aku merasa hatiku semakin berat. Perlahan, aku berbalik hendak pergi dari ruangan. Namun, kalimatnya menghentikan langkahku."Lo yakin, kalau lo itu manusia?" suaranya menggema di ruangan kecil itu.Aku tetap diam, tatapanku tertuju pada pintu di depanku. "Gue nggak butuh sikap baik lo yang cuma buat gue melayang terus lo jatuhin gitu aja," lanjutnya dengan penuh amarah.Kata-katanya terasa seperti tusukan. Aku bingung, mencoba mencerna maksudnya."Mending lo jauhin gue, deh, Sha. Gak usah temuin gue lagi,""Sebelum gue tambah benci sama lo!"Kata-kata itu menusuk hatiku, membuatku menunduk sambil berusaha keras untuk menahan air mata yang sudah hampir jatuh. Kalimat terakhirnya terus bergaung dalam kepalaku, seolah membelah malam yang dingin ini dengan kejam.'Semoga cepat sembuh, Shak
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status