Home / Fiksi Remaja / The Good Antagonist / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of The Good Antagonist: Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

Chapter 11 - Murid baru

Hari ini Elisa bangun lebih pagi karena ia tidak mau kesiangan lagi, apalagi hari ini adalah hari senin yang dimana semua sekolah mengadakan upacara bendera. Elisa sudah siap dengan seragam yang membalut tubuhnya. Ia pun memasukan buku ke dalam tas sesuai jadwal pelajaran. Elisa menuju ke dapur, ia akan memasak untung saja kemarin ia sudah belanja membeli kebutuhan pokok dan camilan. Terlihat kulkas yang kosong kini sudah penuh dengan berbagai makanan. Elisa sudah mengambil bahan-bahan lalu mulai memasak, ia berencana membuat nasi goreng seafood. Elisa yang asli mungkin tidak bisa memasak untung saja Elisa yang sekarang bisa memasak karena ia merupakan anak kos yang harus serba bisa. Mengingat masa lalunya Elisa jadi merindukan ayah dan bundanya, di sini ia tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua karena kedua orang tua Elisa yang asli sudah tiada. Semoga ayah dan bunda tidak berlarut dalam kesedihan setelah kepergiannya. Masakan Elisa kini sudah jadi ia menuangkan nasi goreng sea
Read more

Chapter 12 - Pertengkaran

'Dia kan protagonis wanita kok udah pindah lagi belum juga setahun apa alur ceritanya mulai berubah ya semenjak kedatangan gue' pikir Elisa dalam hati. Murid baru itu pun duduk di bangku yang kosong dan pelajaran pun di mulai. Sepanjang jam pelajaran Elisa tidak bisa fokus karena terus memikirkan alur cerita yang berubah. Mengapa Mira kembali begitu cepat? apakah Elisa melakukan kesalahan? bagaimana jika alur bukannya berubah melainkan bergerak cepat? jika begitu apakah kematian nya semakin dekat? memikirkan semua itu membuat Elisa pusing, Elisa terus menghembuskan nafasnya untuk menenangkan pikirannya yang kacau. Lova daritadi memperhatikan Elisa, ia melihat Elisa seperti banyak pikiran liat saja daritadi gadis itu terus menghembuskan nafasnya. Tak tahan dengan rasa penasarannya Lova pun bertanya pada Elisa."Lisa kamu kenapa? " tanya Lova"Gapapa." jawab singkat Elisa"Bohong kamu lagi mikirin sesuatu ya? ""Iya gue lagi mikirin sesuatu.""Mikirin apa? ""Masalah sepele kok lo gaus
Read more

Chapter 13 - Es yang mencair

Elisa mulai memakan bekalnya sambil melamun, tiba-tiba terdengar suara kursi di sampingnya berdenyit. Elisa menoleh ke samping terlihat seseorang duduk di kursi Lova. "Ananta" ucap Elisa"Masih sakit? " ujar Samudra"Iya masih sakit ini juga susah makan soalnya linu.""Sini gue kompres."Samudra mengompres pipi Elisa menggunakan es batu yang sudah di balut handuk. Jarak di antara mereka sangat dekat. Elisa memandang Samudra lekat. 'Ananta perhatian banget jadi makin sayang deh' batin Elisa. Dengan jarak sedekat ini Elisa merasa jantungnya terus berdetak kencang. apakah Samudra bisa mendengar suara detak jantungnya di jarak yang sedekat ini? Elisa harap Samudra tidak bisa mendengarnya."Udah mendingan? " ucapan Samudra membuyarkan lamunannya."Iya.""Kenapa lo tadi bilang gitu ke Mira? ""Bilang apa?maksud lo gue yang bilang selingkuhan Atlas? " tanya balik Elisa."Hm""Gue cuman bilang kebenarannya aja daripada Mira dengar dari Atlas mending gue yang bilang duluan sekalian minta maaf
Read more

Chapter 14 - Minus poin

Tak terasa sudah seminggu semenjak kedatangan Mira, hari-hari yang Elisa lewati sangat menyebalkan. Di mulai dari Aiza yang selalu mengganggunya, dia menggunakan berbagai cara agar Elisa di benci oleh semua orang. Aiza juga selalu mendekati Samudra dengan bantuan Mira, tapi pemuda itu tidak peduli dan mengabaikannya. Para fans fanatik Samudra juga selalu mengganggunya lebih tepatnya membully karena sang pujaan hati mereka semakin dekat dengan Elisa. Untung saja bullyan mereka tak parah jadi Elisa masih bisa melawannya. Namun anehnya hari ini mereka tidak mengganggunya, sepertinya mereka merencanakan sesuatu atau mereka kapok karena Elisa terus membuat mereka babak belur. Entahlah Elisa malas memikirkan itu. Elisa baru saja keluar dari toilet tadinya ia ingin menahan saja panggilan alam ini karena sebentar lagi jam pulang, namun karena sudah tak tahan ia pun berlari secepat kilat ke toilet. Kini Elisa sedang berjalan di lorong, langkahnya terhenti ketika melihat Samudra yang sedang di
Read more

Chapter 15 - Makin dekat

Elisa dan Samudra sudah sampai di gedung apartemen. Kini mereka sedang berjalan menuju unit apartemen. Sesampainya di unit apartemennya, mereka pun berpisah. Elisa memasuki unit apartemennya dan mulai menyalakan semua lampu. Namun di bagian ruang tamu lampunya mati. Elisa mengambil lampu cadangan dan menggeserkan kursi, karena gelap ia pun membuka pintu apartemennya. Elisa menaiki kursi itu, karena masih tidak sampai ia pun berjinjit. Elisa berusaha menggapai lampu itu, tidak di duga kursi itu bergoyang Elisa pun jatuh. Elisa memejamkan matanya bersiap merasakan sakit hantaman lantai, setelah beberapa detik Elisa tidak merasakan sakit malahan ia merasakan ada yang memegang pinggangnya. Elisa pun membuka mata. "Ananta" "Ck ceroboh." "Hehe makasih Ananta." Samudra pun menurunkan Elisa dari gendongannya. Untung saja Samudra datang tepat waktu kalau tidak mungkin entah apa yang terjadi kepada Elisa. Samudra mendengar suara berisik di unit apartemen Elisa jadi ia memutuskan untuk
Read more

Chapter 16 - Bully

Hari ini sepertinya hari sial bagi Elisa. Elisa yang baru saja keluar dari toilet di seret oleh Mira dkk menuju taman belakang sekolah. Elisa tentu saja tidak diam ia terus meronta agar mereka melepaskannya namun tetap saja cukup susah karena mereka memegang tangannya sangat erat. "Ngapain lo bawa gue ke sini? " ucap Elisa "Kita mau kasih pelajaran buat kamu." ucap Mira "Iya lo itu gatel dekat-dekat gang Asterioz terus." ujar Aiza "Kalian juga kan dekat mereka." ucap Elisa. Apakah mereka tak sadar mereka yang gatel terus ingin dekat dengan gang Asterioz. Mereka bahkan seperti jailangkung datang tak di undang pulang tak di antar. "Tapi mereka lebih nyaman sama kamu." ucap Fara cemberut ia sangat iri kepada Elisa. "Jelaslah semua orang pasti nyaman sama gue." angkuh Elisa ia berucap sambil mengibaskan rambutnya. "Kita gak terima." ucap Mira dengan wajah yang memerah seperti ia kesal atau marah. "Itu artinya mereka gak suka sama lo." ujar Elisa sambil menatap Mira dari atas sampa
Read more

Chapter 17 - Olahraga

Semenjak kejadian itu mereka sudah tidak membully atau mengganggu Elisa lagi karena mereka takut dengan ancaman Samudra yang tidak pernah bercanda dengan perkataannya. Samudra juga jadi selalu mengikuti Elisa kemana pun ia pergi. Elisa merasa Samudra mengkhawatirkannya. Itu membuat Elisa merasa sangat senang karena bisa dekat terus dengan sang crush. Hari yang cerah sangat cocok untuk melakukan aktifitas di luar kelas. Saat ini kelas mereka sedang bersiap untuk olahraga. Semua murid kelas XI IPA-1 sudah berkumpul di lapangan lalu mulai melakukan pemanasan yang di pimpin oleh sang ketua kelas. Para siswi melakukan pemanasan dengan malas karena mereka sangat tidak suka berolahraga apalagi cuaca yang cerah membuat beberapa siswi merasa kepanasan dan takut make up mereka luntur. Pemanasan telah selesai di lakukan. "Baik anak-anak untuk pelajaran olahraga hari ini mari kita mulai dengan lari 10 putaran ." ucap pak Danu "Pak masa sepuluh keliling yang bener aja." ucap Mira tidak terima.
Read more

Chapter 18 - Hari Duka

"Gue harus pergi." ucap Samudra. Setelah menerima telepon dari seseorang. Hal itu membuat Elisa bertanya-tanya siapa yang menelepon Samudra sehingga membuatnya panik."Kemana? " tanya Elisa"Rumah sakit.""Gue ikut." begitu mendengar kata rumah sakit Elisa langsung teringat tentang bunda Layla."Ya" Samudra tidak melarang Elisa untuk ikut dengannya.Elisa dan Samudra pun izin ke piket untuk pergi ke rumah sakit. Meski cukup susah tapi akhirnya mereka di izinkan. Setelah mendapatkan izin mereka pun pergi ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit mereka segera ke ruang IGD di sana terlihat ayah Samudra dan selingkuhannya. Melihat itu Samudra tidak bisa menahan amarahnya ia menarik kerah kemeja ayahnya. "Lo apain bunda bangsat." Marah Samudra sambil mencengkram kuat kerah kemeja ayahnya."Samudra jaga sikap kamu saya ini orang tua kamu." ucap Bima-ayah Samudra. Berusaha melepas tangan Samudra dari kerahnya. Namun cukup susah entah mengapa tenaga Samudra jauh lebih kuat mungkin karena m
Read more

Chapter 19 - Sakit

Sudah seminggu setelah kepergian bunda Layla. Elisa selalu menghibur Samudra namun tetap saja pemuda itu masih sedih.Elisa membuka gorden apartemennya terlihat matahari yang mulai muncul di ufuk timur. Cuaca pagi ini sangat cerah Elisa berniat mengajak Samudra untuk jogging. Elisa membersihkan terlebih dahulu apartemennya setelah itu ia mulai mandi. Elisa sudah siap dengan training serta baju crop putih tak lupa jaket dengan warna senada dan juga sepatu putihnya. Tak lupa ia mengikat semua rambutnya lalu memakai topi.Elisa berjalan menuju apartemen Samudra. Sesampainya di sana ia berdiri di pintu apartemen Samudra lalu memencet belnya. Namun tidak ada suara yang muncul Elisa pun mengetuk pintu.tok.. tok.. Elisa mengetuk pintu itu. Namun sudah lima menit tidak ada sahutan, melihat hal itu Elisa mulai gelisah pikirannya mulai memikirkan yang tidak-tidak .'Apa Ananta bunuh diri ya, gak mungkin sih ngaco pikiran gue. Apa mungkin ia makan obat lalu overdosis atau mabok minum alkohol, A
Read more

Chapter 20 - Salah paham

"Omaygat mata gue ternodai." ujar Dewa sambil menutup matanya. "Gue gak nyangka kalian ngelakuin itu." Sahut Stevan "Ternyata lo gak gay." celetuk Sean "Kalian mainnya terlalu jauh." seloroh Rafli "Samudra apa yang lo lakuin." marah Atlas "Kenapa lo gak terima? " jawab Samudra sambil tersenyum miring "Brengsek lo." Atlas sakit hati melihat pemandangan yang membuat hatinya panas. Ia tidak menyangka dengan kejadian ini. "Gue sama Elisa sama-sama mau kok disini gak ada unsur pemaksaan." Samudra berbicara begitu ia tahu mereka semua salah paham melihatnya dengan Elisa dalam keadaan tidur dalam kasur yang sama. Apalagi Samudra tidak memakai baju semakin membuat mereka berpikir kemana-mana."Ini gak seperti yang kalian pikirkan." ucap Elisa "Maksud lo gimana? " tanya Dewa "Kalian salah paham." sanggah Elisa. Elisa berniat bangun dari kasur untuk menjelaskan semuanya bagaimana mungkin ia menjelaskan dengan kondisi yang masih berbaring di kasur apalagi tangan Samudra yang masih en
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status