Home / Fiksi Remaja / The Good Antagonist / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of The Good Antagonist: Chapter 21 - Chapter 30

40 Chapters

Chapter 21 - Elisa ngambek

Sudah tiga hari Elisa menjauhi Samudra. Elisa masih marah tentang kejadian waktu itu di kamar Samudra. Setiap berpapasan di lorong apartemen Elisa selalu berlari menjauhi Samudra."Elisa." panggil Samudra mengejar Elisa tapi kalah cepat karena perempuan itu langsung masuk ke dalam apartemennya.Ketika mereka berpapasan di lift. Elisa langsung menekan tombol lift agar segera menutup pintunya.Hari ini Elisa berangkat lebih pagi untuk menghindari Samudra. Terlihat kelas masih sepi hanya beberapa orang yang ada di kelas Lova pun belum datang. Elisa menelungkupkan tangannya di atas meja. Elisa mengantuk ia mau tidur dulu sebentar. Suara bising menandakan kelas sudah mulai ramai, tidur Elisa pun terganggu. Elisa merentangkan tangannya karena pegal, ia melihat ke samping bukan wajah Lova yang ia liat melainkan wajah orang yang sedang ia jauhi. "Ngapain lo di sini? " tanya Elisa dengan nada yang tak ramah. "Duduk" balas Samudra "Maksud gue ngapain lo duduk di kursi Lova." Elisa kesal deng
Read more

Chapter 22 - Rasa Sabun?

Saat ini Elisa dan Samudra baru saja menyelesaikan hukuman mereka yaitu hormat di tiang bendera sampai jam istirahat. Mereka sedang berjalan menuju kelas. Tadinya mereka mau ke kantin tapi Elisa ingat ia membawa bekal jadi ia ke kelas dulu untuk mengambilnya. Elisa sudah menyuruh Samudra untuk pergi duluan ke kantin tapi pemuda itu tidak mau malah ia ingin mengikuti Elisa pergi ke kelas.Di perjalanan Elisa melihat Lova sedang bersembunyi di dinding dekat tangga karena penasaran Elisa pun menghampirinya, dinding itu tepat berada di samping kelasnya. Samudra yang melihat Elisa menghampiri temannya, ia pun memilih berjalan menuju kelas. Di depan kelas ada teman-temannya."Lova" panggil Elisa sambil memegang bahu Lova. "Astaga naga." latah Lova."Hahaha kaget ya maap." Elisa tertawa melihat Lova yang terkejut. "Ih Lisa ngagetin aja kirain siapa." sahut Lova sambil memegang dadanya karena terkejut. "Lagi ngapain lo di sini? " curiga Eliss"Gak ngapa-ngapain." Lova memalingkan wajahnya
Read more

Chapter 23 - Para Cabe

Elisa sedang memainkan ponselnya di dalam kelas. Kelas sudah mulai sepi karena bel pulang sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Elisa sedang menunggu Lova yang sedang ke toilet. Namun sudah sepuluh menit perempuan itu tak kunjung datang. Elisa menelpon Lova, ternyata perempuan itu tidak membawa ponselnya. Elisa pun membereskan alat tulis Lova lalu memasukkannya ke dalam tas Lova. Elisa berjalan menuju toilet yang dekat dengan kelasnya. Di perjalanan ia bertemu dengan Samudra dkk. "Mau kemana? " tanya Samudra"Mau ke toilet." ujar Elisa"Itu tas Lova? " ucap Sean melihat Elisa memegang tas Lova"Iya gue mau nyusul tuh bocah ke toilet dari tadi gue tungguin kok gak balik-balik." khawatir Elisa. Biasanya Lova jika ke toilet tidak selama ini. Pikiran buruk mulai muncul di kepala Elisa."Gue ikut." ujar Sean. Melihat Elisa yang khawatir membuat Sean juga khawatir."Lo mau ikut ke dalam." ujar Elisa."Gue tunggu di luar." jawab Sean cepat sebelum Elisa salah paham. Mana mungkin ia mas
Read more

Chapter 24 - Ada ketampanan

Elisa dan Lova baru saja keluar dari toilet. Elisa menuntun Lova untuk berjalan takut sahabatnya ini tiba-tiba pingsan. Mereka berjalan di lorong terlihat Samudra dkk di depan sana. Sekolah mulai sepi hanya terlihat beberapa siswa yang masih berkeliaran di area sekolah. Terlihat di arah sana Elisa bersama Lova yang terlihat tidak baik-baik saja, karena khawatir Sean langsung mendekati mereka yang lain juga berjalan mendekati Elisa dan Lova."Pipi lo kenapa? " setibanya di sana Sean langsung bertanya. Sebab terlihat pipi Lova merah bahkan ada bekas cap lima jari di sana yang terlihat kontras dengan pipi putih Lova."Gapapa." ucap Lova. Lova senang melihat crushnya mengkhawatirkannya ternyata ada hikmah di balik ini semua. Setidaknya dengan kejadian ini membuat Lova tau bahwa Sean mengkhawatirkannya."Di tampar siapa? " "Di tampar sama para cabe." bukan Lova yang menjawab melainkan Elisa."Para cabe siapa? " tanya Dewa penasaran karena ia tidak tau siapa yang di maksud oleh Elisa."Man
Read more

Chapter 25 - Bertemu Elisa asli

Elisa melihat sekitar, pemandangan di sini sangat indah. Air terjun yang jernih dan menyejukkan, taman dengan hamparan bunga lavender yang sangat cantik, dan langit yang biru dengan awan yang menghiasinya terlihat sangat indah. Elisa tidak tau ia sekarang sedang berada di mana. Tiba-tiba ada yang memegang bahunya, Elisa pun menoleh terlihat gadis cantik dengan gaun putih. Elisa mengenali gadis itu, ia adalah Elisa Fredella Revalista pemilik asli tubuh ini. Melihat Elisa yang mengenalinya ia pun akan berbicara namun tak ia duga gadis itu menamparnya. Plak"Anjir kenapa lo nampar gue.""Itu tamparan dari Mira gue cuman perantara, Salah lo sendiri mau-mau aja jadi selingkuhan. Asal lo tau gue di tampar di hadapan banyak orang." "Ck nyebelin harusnya gue gak milih jiwa lo buat masuk ke tubuh gue.""Eh harusnya lo bersyukur milih gue. Gue bisa nyelesain masalah lo.""Iya-iya makasih kak Elisa yang cantik.""Nah gitu dong eh btw lo udah tau belum kalau ini dunia novel? ""Ya gue udah tau
Read more

Chapter 26 - Balikan?

Samudra yang mendengar itu mengepalkan tangannya. 'Gak akan gue biarin Elisa balikan sama Atlas.' ucap Samudra dalam hati sambil menatap tajam Atlas. Samudra yang akan menghampiri Elisa tidak jadi karena guru yang di tunggu sudah datang. Sepanjang jam pelajaran Samudra tidak bisa fokus karena memikirkan ucapan Elisa. Untuk apa Elisa meminta bertemu dengan Atlas sepulang sekolah. Tumben sekali Elisa tidak menyapanya. Apakah Elisa ingin balikan dengan Atlas? memikirkan itu membuat Samudra marah. Samudra terus menatap Elisa yang sedang fokus mendengarkan guru. Tatapan Samudra terlihat oleh Atlas teman sebangkunya. "Ngapain lo ngeliatin Elisa kayak gitu?" tanya Atlas "Bukan urusan lo." tekan Samudra "Santai bro masih pagi udah marah aja." ledek Atlas. Atlas tahu pasti Samudra saat ini sedang gelisah karena ucapannya tadi. "Lo bakal nemuin Elisa pas pulang? " "Iya kapan lagi Elisa ngajakin gue ketemuan gak kerasa udah lama banget dia ngehindar dari gue." Atlas rasa semenjak E
Read more

Chapter 27 - Gak akan nolak

Tak tahan dengan pemandangan itu Samudra menghampiri mereka lalu menarik tangan Elisa agar pelukan mereka terlepas. "Ananta" kaget ElisaFlashback onElisa baru saja sampai di taman belakang sekolah tempat ini cukup sepi karena ada rumor yang mengatakan bahwa di sini angker mengingat itu membuat Elisa merinding. Meski begitu nyatanya taman ini cukup asri dan sejuk karena banyak pohon yang di tanam di sini. Di kejauhan terlihat Atlas yang sedang duduk di bangku yang ada di dekat pohon sambil memainkan ponselnya. Elisa pun menghampirinya lalu duduk di sebelah Atlas. Menyadari ada yang duduk di sebelahnya Atlas mengalihkan pandangannya dari ponsel. Terlihat Elisa yang sedang menatapnya. Dengan jarak yang begitu dekat entah mengapa jantung Atlas berdebar kencang. Apakah ia akan balikan dengan Elisa? "Atlas" panggil Elisa. Mendengar suara Elisa membuyarkan lamunannya."Lo udah gak marah sama gue? " tanya Atlas dengan nada penuh penyesalan. "Gak.""Gue gak salah dengarkan? " tanya Atlas
Read more

Chapter 28 - Basket

Tak terasa telah seminggu berlalu, hubungan Samudra dan Elisa yang telah resmi pacaran. Kini kedua manusia itu sulit di pisahkan lebih tepatnya Samudra yang terus menempel kepada Elisa seperti lem. Pemandangan itu di lihat oleh semua murid. Mereka merasa iri karena idola mereka telah mempunyai kekasih. Setiap hari rasanya seperti hari patah hati. Meski begitu beberapa dari mereka menyukai couple goals itu. Mereka memandang Samudra dan Elisa yang baru saja tiba di sekolah terlihat Samudra yang melepaskan helm Elisa lalu merapihkan rambut Elisa dengan menunduk karena Elisa yang tingginya sebatas dadanya. Pemandangan itu membuat mereka gigit jari saking gemasnya. "Aduh masih pagi loh udah ada pemandangan yang bikin iri.""Gemes banget deh sama couple goals kita.""Pengen deh di posisi Elisa.""Halah palingan itu Elisa maksa sama Samudra buat ngelakuin itu.""Iya paling Elisa yang gatel."Begitulah omongan para murid ada yang suka dan ada yang iri. Samudra dan Elisa berjalan dengan berpe
Read more

Chapter 29 - Dia kembali

Kantin terlihat ramai seperti biasanya. Elisa saat ini sedang menunggu makanannya tiba. Ia sedang berbincang dengan Lova menghiraukan enam pemuda yang menyimak perbincangan mereka. Tiba-tiba Dewa menggebrak meja cukup keras membuat banyak orang terkejut. Brak"Anjir bikin gue jantungan aja." ucap Stevan sambil mengelus dadanya. "Kenapa sih lo? " kesal Rafli"Dengerin guys ada berita hot. " ujar Dewa"Apaan? " kepo Elisa"Dia kembali." "Siapa? " tanya Samudra"Kebiasaan nih kalau ngomong suka gak jelas." Kesal Lova"Itu musuh si Atlas sama Samudra yang suka ngajak ribut." "Arthur Sky Nicolas? " tanya Atlas memastikan. "Iya dia baru aja sekolah tadi katanya hukuman skornya udah habis." "Bukannya dia di Drop out ya? " tanya Rafli"Katanya gak jadi karena kurangnya bukti." "Bukti? Bukannya udah jelas ya kan ada rekaman CCTV." ucap Samudra"CCTV nya gak membuktikan bahwa itu Arthur soalnya pelaku pakai jaket hitam dan topi jadi gak keliatan wajahnya.""Kalian ngomongin apa sih gue g
Read more

Chapter 30 - Cedera

Elisa baru saja di pakaikan penyangga bahu karena ia mengalami cedera pada bahunya untung saja tidak ada yang serius, namun untuk berjaga-jaga Elisa harus menginap dulu sehari di rumah sakit. "Kalau begitu saya permisi dulu besok saya akan datang lagi kesini untuk mengecek kondisi kamu. " ucap dokter. "Iya dok." ujar Elisa. Dokter pun meninggalkan ruang inap Elisa. Kini tersisa Lova dan Samudra. "Lo pulang aja biar gue yang nemenin Elisa." ujar Samudra. "Gak bisa aku aja yang nemenin Lisa." sahut Lova"Gue pacarnya Elisa aman sama gue.""Aku sahabatnya Lisa lebih aman sama aku kalau sama kamu bahaya.""Bahaya apa nya? ""Takut kamu macam-macam sama Lisa apalagi Lisa lagi sakit.""Gue gak akan ngelakuin itu.""Udah kalian malah ribut Ananta aku sama Lova aja ya." bujuk Elisa"Tapi aku pengen nemenin kamu." ucap Samudra"Besok kan bisa kamu datang lagi ke sini.""Oke tapi kalau ada apa-apa telepon aku ya.""Iya"Samudra pun pamit. Tak lama setelah itu ada yang mengetuk pintu ternyat
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status