Pagi sudah merekah dengan sinar matahari yang hangat menembus jendela, menunjuk angka tujuh tepat. Dania bangun lebih dulu dari suaminya, dan kini dia sudah berada di dapur, mengenakan gaun rumah sederhana namun elegan.Bau harum kopi dan roti panggang memenuhi udara saat ia dengan cekatan menyiapkan sarapan untuk Mark, yang sebentar lagi akan berangkat kerja.Mark, yang baru saja mengenakan setelan jas abu-abunya, berjalan pelan menuju dapur. Langkahnya terdengar ringan di lantai kayu, hingga akhirnya ia tiba di belakang Dania, memandangi punggung istrinya yang sibuk mengurus sarapan.Dia tersenyum tipis, rasa syukur karena memiliki istri seperti Dania terlintas di benaknya.“Sudah membaik, hm?” tanya Mark dengan suara lembut.Dania menoleh, bibirnya mengulas senyum hangat yang mampu meredakan kekhawatiran di hati Mark. “Ya. Sudah. Lagi pula, itu kan hanya mimpi saja. Aku tak ingin terlalu mengingatnya, Mark,” jawabnya, suaranya terdengar lebih ringan, seolah mimpi buruk yang sempat
Baca selengkapnya