Xavier menoleh tajam ke arah saudara sepupunya, tatapan dingin menerpa Jeremy yang sudah melangkah pergi menjauh dari hadapannya. Kedua tangannya mengepal erat sehingga membuat urat-urat di tangan tampak menegang. Semakin tegang, napas pria itu semakin memburu. Xavier merasa benar-benar terprovokasi dengan ucapan Jeremy. Jeremy, di sisi lain, menatap Xavier dengan wajah penuh kepuasan, seakan mengejeknya. Memang, karena Jeremy telah berhasil membuat Xavier terganggu hingga. "Bajingan!" geram Xavier, keningnya menyatu penuh kemarahan. Suaranya serak oleh amarah, wajahnya merah padam, memikirkannya saja membuatnya lebih gusar. Jeremy berlalu pergi tanpa menoleh, meninggalkan ruangan dengan langkah entengnya. Selesai diinterogasi, pria itu dikembalikan ke dalam selnya. Xavier merasakan amarah menyala di dadanya, membuat napasnya semakin memburu dan rahangnya mengeras. Sungguh tak ia sangka, Jeremy berani berkata seperti itu padanya meski pria itu sudah dipenjara. "Tenang, Tuan. Ki
Read more