“Eh?” Zafia termangu sejenak ketika mendengar ucapan Jay baru saja.Apakah Jay sedang melamarnya menjadi kekasih? Atau ….“Aku hanya bercanda, Fia,” jawab Jay dengan nada santai, mencoba mencairkan ketegangan. “Kita kan bukan lagi anak SMA yang suka main-main dengan cinta. Lagipula, aku lebih suka aksi nyata daripada sekadar kata-kata manis.”Jay tersenyum tipis, menahan gejolak di dalam dirinya. Dia tahu betul situasinya bisa jadi canggung jika dia tidak mengalihkan suasana dengan sedikit kelakar.Zafia tertawa kecil, namun sorot matanya tak lepas dari Jay. Dia bisa merasakan getaran yang tersembunyi di balik sikap Jay yang terlihat santai. “Oh, jadi kamu lebih suka aksi, ya? Menarik.”Jay mengangguk sembari memberikan tatapan dengan senyuman jahil. “Ya, karena bagiku … tindakan lebih bisa menunjukkan apa yang sebenarnya kurasakan. Tapi tentu aja, aku nggak mau buru-buru. Semuanya butuh waktu, ya kan?”Dengan begitu, suasana antara mereka tetap ringan dan akrab, tanpa memaksa percaka
Read more