“Double date?” Jay menoleh ke Zafia. “Kamu yakin?”Jay melihat Zafia yang menganggukkan kepala sembari mengulum senyuman manis padanya.…“Pesan aja apa yang kalian mau.” Jay mempersilakan 3 lainnya memilih menu hidangan di sebuah restoran seafood pinggir jalan yang cukup besar dan ternama.Sebagai yang mengajak keluar untuk kencan, tentu saja dia yang harus bertanggung jawab membuat tamu undangannya nyaman dan terfasilitasi semuanya dengan baik.“Sini aku tuliskan semuanya.” Zafia mengambil nota pesanan dan mulai menulis apa saja yang ingin dipesan mereka.Melihat sikap Zafia, Jay tersenyum, melihat wanita itu begitu bermental dewasa dan dia membayangkan mungkin begitulah sikap seorang ibu yang baik.Alam pikir Jay mendadak melayang ke Zafia sebagai ibu dari anak-anaknya kelak. Sungguh impian yang terlalu indah, karena setelahnya Jay segera menyingkirkan impian itu.“Oke, ini aja, benar?” Zafia selesai menuliskan pesanan mereka dan menyerahkan ke pelayan yang menunggu.Sementara itu,
“Aku ….” Radeva bingung sendiri.Dia tak mengira ucapannya akan menyulut emosi personal Feinata sampai sejauh itu. Apakah dia memang sudah terlalu jauh?“Udah, Fei … jangan berpikiran seperti itu.” Zafia menyentuh punggung tangan adiknya di atas meja. “Kakak ingin kamu jadi diri sendiri, nggak perlu meniru Kakak atau orang lain, siapa pun itu.”Feinata melirik Zafia dengan pandangan curiga, penuh antisipasi. Apakah kakaknya tak mau ditiru agar Zafia tak ada duanya?“Aku setuju.” Jay turun bicara. “Lebih baik kamu jadi dirimu apa adanya, itu justru lebih menarik dan genuine.”Namun, begitu Jay sudah bicara demikian, meski sama seperti Zafia, Feinata jauh lebih bisa menerimanya.Feinata menatap Jay dengan mata berbinar-binar senang. “Iya, Kak Jay. Aku juga lebih suka jadi diriku sendiri, ogah niru orang lain siapa pun itu!”Kekuatan idola hati memang dahsyat!“Nah, Radeva, nggak boleh lagi bicara begitu, yah! Apalagi ke cewek semanis adikku ini. Oke?” Zafia memberikan senyuman ke Radeva
“Ngapain ke kelab?” sahut Radeva ketika mendengar usulan Feinata.Dengan lirikan judes, Feinata berkata ke Radeva, “Kalau kamu nggak pengen ikut, juga nggak apa-apa. Justru bagus kalau nggak ada kamu! Huh!”Feinata terang-terangan mendengus untuk Radeva.“Radeva ikut aja, yuk!” ajak Zafia.Duhai, ingin sekali Jay menjerit untuk mencegah Zafia.…Atmosfer kelab malam langsung menerpa menyapa empat orang itu ketika mereka menjejakkan kaki di sana.“Fairy Dust.” Jay membaca pelan nama kelab malam itu dan melangkah lebih masuk ke dalamnya bersama tiga lainnya.Setelah mereka memilih meja, mereka mulai memesan minuman.“Fei, jangan pesan minuman beralkohol agar kamu nggak mabuk, yah!” saran Zafia.Namun, karena tak ingin diatur-atur kakaknya seperti bocah cilik, Feinata justru bertingkah sebaliknya.“Ah, Kakak. Aku ini udah gede. Udah 20 tahun lebih! Kakak nggak perlu ngatur aku kayak aku anak kecil lagi,” sahut Feinata.Kalimat pedas Feinata untuk Zafia ternyata cukup mengejutkan Jay dan
“Kalau kalian nggak berani, lebih baik kita lekas pulang saja, yuk!” imbuh Jay.Karena tak ingin kebersamaan dengan Jay berlalu terlalu singkat, Feinata lekas menyahut, “Aku! Aku berani!”Jay tersenyum, ide liciknya memang sudah diperhitungkan akan sukses menjerat Feinata.“Radeva? Fia? Ikut?” tanya Jay sambil menatap mereka berdua.Baru saja Radeva hendak mengatakan sesuatu, Jay sudah memotong lebih dulu, “Oke, aku dan Fei aja kalau gitu, yah!”Ini memang sudah diatur Jay. Permainan ini memang diatur untuk dia dan Feinata saja.“Aku ikut.” Mendadak Zafia malah bersuara.“Aku juga!” Radeva tak mau tinggal diam sebagai penonton.Jiwa lelaki yang suka tantangan membara di dada pemuda itu.Jay menarik napas panjang. Tak apa. Dia sudah memiliki tindakan cadangan jika rencana inti kurang berhasil.“Oke!” Jay mengangguk tegas dan tangannya menekan tombol di meja untuk memanggil pelayan. “Berikan kami Zombie! Ukuran double.”Pelayan mengangguk dan pergi. Sedangkan Jay menahan seruan puasnya
“Atau kamu takut nyoba Zombie?” tanya Jay dengan sikap provokatif ke Feinata.Menambahkan senyum liciknya, Jay masih tetap terlihat memesona di mata Feinata yang memujanya.Maka, tak butuh menit berganti, tangan Feinata langsung meraih gelas Tiki berisi koktail Zombie dan meneguk untuk pertama kalinya.“Urgh!” Feinata terkejut dengan sensasi keras yang mengalir di tenggorokannya.“Kurang dua lagi, Fei.” Jay memberikan semangat di balik kelicikannya.Akhirnya, Feinata menahan rasa di tenggorokannya dan meneguk dua tegukan berikutnya.“Argh!” Feinata menggeram keras setelah berhasil menghabiskan tiga tegukan sebagai hukumannya.Kemudian, botol kembali diputar oleh Jay.“Fei!” Jay kembali berseru ketika ujung mulut botol terarah ke Feinata.Wajah Feinata menjadi tak enak.“Kok aku lagi?” tanya Feinata dengan nada penolakan.Jay berlagak tak tahu menahu.“Yah, nggak tau, Fei. Botolnya bilang gitu, kan? Aku cuma memutarnya aja, dan bisa dilihat sendiri hasilnya.” kilah Jay sambil mengangka
“Hah? Seriusan, tuh?” Feinata ikut memekik heran.Dia dan Radeva sama-sama melongo heran bercampur bingung melihat ujung mulut botol yang kini terarah ke ….“Aku lagi?” Suara Feinata bergetar.Tadi botol sudah nyaris hendak berhenti di Zafia, tapi ternyata masih bisa bergerak sangat pelan ke arah Feinata.“Kok aku lagi, sih?” Feinata memekik kesal ke Radeva. “Kamu yang benar, dong! Putar botolnya tuh yang benar!”Feinata tak sungkan lagi untuk menepuk keras lengan Radeva.“Njir! Emangnya aku dewa yang bisa menentukan hasil akhir putaran botol?” Radeva mendelik ke Feinata karena lengannya ditabok cukup keras oleh gadis itu. “Aku udah putar kencang, kamu liat sendiri, nggak sih? Kok malah bertingkah anarkis? Aneh, lu!”Dua muda-mudi itu justru mulai bertengkar, saling menyalahkan.“Hei, udah, udah!” Jay melerai kedua muda-mudi itu sebelum pertengkaran semakin menjadi-jadi.Keduanya memang sama-sama berhenti bicara meski wajah masam mereka sama-sama tak enak dilihat. Bahkan dengusan kera
“Aku percayakan adikku ke kamu.” Zafia sempat mengatakan itu pada Radeva sebelum benar-benar pergi bersama Jay.Radeva mengangguk saja dan mulai memapah Feinata keluar dan pergi ke mobilnya sendiri.“Duduk yang manis. Aku nggak tanggung kalau kamu ntar kejedot, loh!” Radeva bicara seusai memakaikan sabuk pengaman ke Feinata di sampingnya.Sedangkan Feinata, matanya masih terbuka meski 50 persen saja, belum sepenuhnya mabuk berat.“Mau ke mana?” tanyanya lirih.Radeva menoleh ke samping sambil memutar kunci mobilnya agar mesin bisa menyala. “Ke rumahmu lah! Nggak mungkin ke rumah presiden, dong!”Terdengar nyinyir, tapi itu karena Radeva cukup kesal karena dia malah diberi tanggung jawab yang berkaitan dengan orang yang membuatnya kesal.Feinata terdiam dan tak banyak bicara seperti biasanya. Dia seperti merenung sembari mobil melaju mulus di jalanan malam Jatayu.“Nah, udah nyampe. Ini kan rumahmu? Udah sesuai sama map yang dikasi kakakmu.” Radeva menghentikan mobil di depan rumah kel
“Kenapa? Kamu nggak takut, kan?” tanya Jay setelah mobil dia hentikan di area bukit pinggir kota. “Tenang aja, ada aku, kok!”Tatapan mereka saling bertaut dalam keremangan malam, hanya mendapatkan sinar dari rembulan dan bias lampu kota di bawah.Zafia menampilkan senyumannya sambil kemudian berkata, “Aku nggak takut suasana sepinya. Aku lebih takut sama kamu.”Mendengar selorohan wanita pujaannya, Jay tertawa ringan.“Kenapa harus takut sama aku?” Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak perlu ada jawabannya.Sekaligus tak perlu ditanyakan, tapi Jay suka bermain kata dengan Zafia.Sedikit memiringkan kepalanya tanpa memudarkan senyuman di wajah cantiknya, Zafia menjawab, “Aku patut takut, dong, ama orang yang bisa mengatur botol sedemikian rupa macam itu boneka marionette-nya.”Sebuah sindiran yang disampaikan secara halus dan sopan, berbalut pujian secara samar pula. Inilah yang disukai Jay dari Zafia. Wanita itu mampu menyampaikan kalimatnya dengan kesan misterius dan menaikkan adren
“Eh?!” Jay tak siap dengan kecupan Phoenix.Wanita itu bergerak sangat cepat sampai Jay tak berhasil menghindar. Ini benar-benar di luar dugaan Jay.Sedangkan Zafia di samping Jay hanya bisa membelalakkan mata selama sekian detik, tak bisa melakukan apa-apa.“Maafkan sikapku, Nyonya.” Phoenix memberikan salam soja dengan menangkupkan dua tangan di depan tubuh ke Zafia.Dia menggunakan bahasa internasional agar Zafia paham apa yang diucapkannya.Karena sudah begitu, Zafia tersenyum sambil menanggapinya menggunakan bahasa internasional juga, “Tidak mengapa, Nona Phoenix. Tak perlu meminta maaf.”Setelah itu, Jay dan rombongan kecilnya naik ke jet pribadinya. Tak berapa lama kemudian, pintu pesawat pun mulai ditutup dan bergerak di landasan pacu.“Hong’er … kamu menyukainya, bukan?” tanya Dragon di samping putrinya.Phoenix menoleh cepat ke ayahnya, cukup terkejut dengan penilaian Dragon.“Ayah, kecupan tadi itu … bukan mengenai perasaan, tapi … itu memang sudah menjadi perjanjian yang k
“Kamu dengar aku, Rabbit? Ikutlah aku ke Astronesia dan menjadi bawahanku!” ulang Jay tanpa menjeda tatapannya ke Rabbit.Mata Rabbit terus tertuju pada Jay dengan tatapan kosong. Di sanalah Jay sedang menggempur kesadaran Rabbit, mengikis logika wanita itu menggunakan sebuah ajian kuat yang dia pelajari dari Atin.Ajian yang mampu membuat orang tunduk dan takluk sepenuhnya. Ajian yang bisa mengambil alih kesadaran orang lain.“Ikut Jay … ke Astronesia … menjadi bawahan … Jay.” Setelah beberapa menit yang terasa sangat panjang bagi mereka bertiga, akhirnya muncullah ucapan tersebut dari Rabbit.Jay tersenyum, lega karena ajiannya berhasil. Tidak sia-sia dia mengorbankan energi kanuragannya sebanyak 50 persen lebih hanya untuk bisa melancarkan ajian ilusi perenggut kesadaran tersebut.Sedangkan Phoenix, dia mengerutkan kening, raut wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan atas apa yang dia saksikan di depan mata.“Apa-apaan adikku? Kenapa dia begitu?” tanya Pheonix ke Jay.Ketika lengan J
“Membawa Rabbit ke Astronesia?” Dragon sampai menaikkan kedua alisnya tinggi-tinggi.Pria paruh baya itu tidak menyangka bahwa hal yang diminta darinya dari Jay adalah salah satu putrinya yang kebetulan sedang dihukum.“Benar, Tuan Dragon. Itu pun jika Anda berkenan.” Jay menatap lurus ke mata Dragon.Bahkan Phoenix saja sampai membelalakkan matanya ketika mendengarnya. Berani sekali Jay meminta sesuatu sejauh itu!“Tuan Jay, bukankah permintaan Anda terlalu berlebihan? Kenapa Anda menginginkan anak saya yang itu untuk Anda bawa ke negara Anda?” tanya Dragon sembari menyipitkan matanya.Nada suaranya rendah dan berat, dengan membawa sekilas raut wajah curiga.Supaya tidak menimbulkan asumsi liar dari Dragon, maka Jay lekas mengatakan alasannya. “Tuan Dragon, saya tidak bermaksud ingin menyakiti atau berbuat hal yang sekiranya berlawanan dengan norma. Saya hanya ingin menjadikan dia salah satu anak buah saya. Itu pun jika Anda memperbolehkan.”Mendengar penjelasan dari Jay, Dragon diam
“Jay!” Zafia terkejut ketika tubuhnya diangkat sang suami dan mulai direbahkan di kasur besar nan mewah di sana.Jay bergerak cekatan melucuti celana jins istrinya, beserta kain segitiga mungil berwarna putih, dan menikmati pemandangan luar biasa indah yang tergolek pasrah di atas ranjang.Mata Zafia basah dengan mulut terbuka sedikit, menimbulkan sensasi birahi tersendiri untuk Jay.“Fi … kamu keterlaluan godain aku kayak gitu.” Jay mulai mengurai semua lapisan pakaiannya sendiri dan menjatuhkan secara sembarangan di lantai.Dia sudah tak sabar ingin menjadikan Zafia miliknya, utuh dan sempurna.“Hi hi! Aku ingin belajar menggoda kamu, Jay.” Zafia tersenyum binal sambil menggigit jarinya. Mata mengerling nakal ke Jay. "Gimana? Apakah udah lulus?"Yang membuat jantung Jay serasa digedor palu Thor, ketika Zafia membuka kedua kakinya dan memperlihatkan keutuhan dari surga dunia pada Jay, meski kemudian dia merayapkan tangan untuk menutupi lembah suburnya, menaikkan rasa penasaran Jay.“
“Zafia?” Betapa terkejutnya Jay ketika mendengar nama istrinya disebutkan.Karena Dragon menghargai Jay, maka Zafia tentu saja diizinkan masuk ke ruangan.“Silakan, Nona.” Pelayan membungkuk, mempersilakan Zafia masuk.Ketika Jay melihat kedatangan istrinya yang dirindukan, dia langsung maju. “Fi ….” Kemudian dia memeluk erat Zafia.Sebenarnya Zafia sudah bersiap untuk bertempur mati-matian andaikan memang diharuskan jika dia dipersulit bertemu Jay.“Jay ….” Zafia membalas pelukan erat suaminya. Matanya terpejam dengan pelupuknya basah oleh air mata.Dia lega, sangat lega karena ternyata Jay baik-baik saja, tidak terluka ataupun tersandera.Setelah pelukan itu diurai satu sama lain, Jay memperkenalkan Zafia. “Tuan Dragon, Phoenix, perkenalkan … ini istriku, Zafia.”Ada kilat keterkejutan di mata Phoenix, meski setelah itu reda dengan cepat.“Wah, selamat datang kepada Nyonya Jay.” Dragon menyambut disertai senyuman.Atas kuasa Dragon, Jay dan Zafia diberikan kamar tamu yang layak. Bag
“Ayah!” jerit Phoenix.Sayang sekali, Phoenix terlalu jauh untuk menjangkau ayahnya.Burfhh!Sebuah sapuan energi kuat melanda tubuh Tiger, menyebabkan dia terpental cukup jauh ke belakang. Ternyata itu Jay yang menghantamkan energi kanuragannya ke Tiger.“Buhaahh!” Tiger berteriak kaget.Brakk!Tiger jatuh dengan kedua lutut terlebih dahulu mendarat ke lantai dengan keras.“Arrghhh!” Tiger meraung kesakitan disertai bunyi retakan renyah di bagian kedua lututnya.Di saat dia sedang dalam kondisi paling lemah karena belum pulihnya energi tenaga dalam dia, justru mendapatkan tragedi pada lututnya.“Hui’er!” seru Dragon pada putranya dengan mata melebar.Dia lekas mendekat ke Tiger dengan raut wajah cemas. Putra tercinta mengalami keretakan tulang di kedua lutut, akan sesakit apa itu?“Arrghhh! Sialan kalian semua! Jek, awas saja kamu! Akan kubuat NeoTech milikmu hancur! Arghhh! Kultivasiku! Dantianku pecah! Arghhh!” Tiger berteriak-teriak penuh amarah.Dia menatap nyalang ke Jay yang be
Jay paham dan menebaskan telapak tangannya di udara, seakan memutus sesuatu.Swuung!Dari atas, tiba-tiba saja muncul sebuah jaring yang jatuh di atas Tiger, sedangkan Phoenix sudah menyingkir.“Apa maksudmu ini?” Tiger marah karena sadar bahwa itu jaring khusus pelemah tenaga dalam.Ini sama halnya dengan jarum yang diterima Jay sebelumnya, hanya saja kekuatan pelemahannya lebih kuat sehingga Tiger yang sudah kalah dominasi, semakin tak berdaya.“Kamu harus menerima hukuman mati, Tiger!” seru Phoenix.Meski Tiger merupakan half brother dia, tapi apa yang sudah dilakukan Tiger sudah terlalu jauh untuk bisa dimaafkan.Sementara, Rabbit yang sedang bertarung melawan Jay, melihat kakak tercintanya terkena jaring pelemah tenaga dalam. “Kakak!” serunya.Rabbit menembakkan energinya untuk bisa terlepas dari dominasi Jay. Dia bermaksud ingin menolong kakaknya.“Argh!” Rabbit berteriak ketika mendadak saja kakinya terjerat sesuatu. “Sialan!”Dia berteriak ketika menyadari bahwa ada tali energ
Rabbit mendekat dan ikut berbicara, “Ayah, jangan salahkan kami. Jangan bilang kami kejam karena meracuni Ayah, yah! Ini semua karena kebodohan Ayah sendiri. Sudah jelas Kak Tiger lebih hebat dan lebih mampu mengurus organisasimu, tapi Ayah justru melimpahkan kuasa penerus ke wanita sialan itu.”Dengan lancarnya, Rabbit mengakui dosanya di depan Dragon.“Ayah, jangan khawatir, kalau kamu kesepian di alam baka, aku akan mengirim si sialan anak jalang itu untuk menemanimu.” Kemudian Tiger terkekeh.Dia benar-benar menyampaikan semua kejahatannya di hadapan Dragon, bahkan tersirat mengenai rencana hendak membunuh Phoenix pula. Sedangkan Rabbit tertawa kecil di sebelah kakaknya.Yang mengejutkan, mendadak saja mereka saling tatap dan kemudian berciuman mesra seakan itu bukan hal aneh lagi bagi mereka. Tiger mndekap erat pinggang adiknya.Sedangkan Rabbit mengalungkan lengannya ke leher kakaknya dengan sikap manja agresifnya.“Kamu sepertinya sudah melupakan kakakmu ini, bermain dengan bud
“Satu hal penting lainnya, Tuan Dragon … bahwa Anda patut waspada terhadap putra Anda, Tiger.” Jay tidak menahan diri dari menyampaikan informasi ini.Mata Dragon menyala akan keterkejutan. Mana pernah dia menyangka bahwa dia diminta waspada pada salah satu anaknya?!“Tuan Jay dari Astronesia, bukankah Anda sudah keterlaluan, hanya karena Tiger menindasmu?” Suara berat Dragon keluar disertai wajah curiganya.“Ayah, aku sudah melihat memorinya ketika dia menguping pembicaraan Tiger dengan pelayanku yang berkhianat.Kemudian, Phoenix menceritakan apa yang dia dengar dari berbagi ingatan dengan Jay. Raut wajah Dragon semakin terkejut atas apa yang dituturkan putrinya.Rasanya Dragon tidak ingin percaya tapi ketika putrinya ini sudah meyakini sesuatu hal, tak ada alasan baginya untuk menyangsikannya. Phoenix merupakan orang yang paling teliti dan bisa diandalkan dari semua orang di sekelilingnya. Itulah kenapa Dragon memilih Phoenix menjadi penerusnya.Dragon mengembuskan napas panjang se