Home / Romansa / RANTAI CINTA MAFIA KEJAM / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of RANTAI CINTA MAFIA KEJAM: Chapter 81 - Chapter 90

124 Chapters

Liniero telah tiba

Malam itu terasa lebih pekat, seolah-olah alam pun mendukung kekelaman yang semakin mengikat antara Jia dan Revandro. Mereka berdiri di sana, hanya ada mereka berdua dan dunia yang mulai runtuh di sekitar mereka, dengan ancaman yang kian mendekat. Tatapan Revandro tajam, seolah mengukur setiap reaksi Jia, setiap gerakan yang bisa menunjukkan kelemahan. Jia, di sisi lain, merasakan semakin jelas betapa dirinya terperangkap dalam jaringan yang tak terurai.“Kenapa kau begitu percaya diri?” tanya Jia, suaranya terdengar lebih dingin daripada yang ia harapkan. Ia berbalik, menatap Revandro dengan wajah yang mencoba keras untuk menyembunyikan segala gejolak dalam dirinya. “Apakah karena kau merasa bisa mengendalikan segalanya? Bahkan aku?”“Tidak, Jia. Aku hanya percaya bahwa kau adalah bagian dari hidupku yang tak akan bisa diambil orang lain, apapun yang terjadi.”Jia merasa perasaan yang tak bisa ia kendalikan mulai menggerogoti dirinya. Ia membenci kenyataan itu—bahwa meskipun ia ing
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Pertempuran dimulai

Langkah-langkah berat terdengar dari luar, menggetarkan dinding mansion yang sudah terlalu sering dipenuhi ketegangan ini. Suara pertempuran di kejauhan semakin jelas, menandakan bahwa para pasukan Liniero sudah mulai bergerak. Mata Jia berkilat, seakan menyadari bahwa ini bukan hanya ancaman bagi dirinya, tapi juga bagi semua yang ada di sekitarnya.Revandro tetap berdiri di belakangnya, tatapannya penuh dengan kekuatan dan keputusan yang tak bisa dibantah. "Mereka datang, Jia," suaranya menggema dalam keheningan yang semakin menebal. "Dan kita akan menghadapinya bersama."Jia menatapnya tajam, meskipun hatinya bergejolak. "Kita?" tanyanya, matanya penuh pertanyaan dan ketegasan. "Kau tidak bisa memaksa aku untuk ikut dalam ini. Aku bukan bagian dari dunia gelapmu."Revandro tertawa pelan, tidak tertawa dengan kebahagiaan, melainkan seperti seseorang yang telah terperangkap dalam permainan yang lebih besar dari yang bisa mereka bayangkan. "Kau sudah lama menjadi bagian darinya, Ji
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Meski dunia harus terbakar

Jia menggenggam senjatanya lebih erat, menatap sosok Revandro yang kini berdiri berhadapan dengan Liniero. Dia bisa merasakan kepahitan dan kemarahan membara di setiap tatapan mereka. Liniero menyeringai sinis, tatapannya tajam bak pisau yang menusuk langsung ke dalam hati Revandro, seolah menantang dan mengejek, sementara Revandro hanya merespon dengan senyum tipis yang dingin.Jia bisa melihat betapa mudahnya kedua pria itu saling membenci. Tapi di balik itu semua, ada sesuatu yang lebih dari sekadar persaingan; ada sejarah kelam yang menghubungkan mereka, suatu perasaan yang tak bisa terurai hanya dalam pertempuran ini.“Berakhir di sini, Revandro. Akhir dari kekuasaanmu dan semua yang kau anggap milikmu,” ucap Liniero dengan suara yang tenang, namun setiap kata penuh ancaman. "Dan perempuan itu…”—matanya mengarah tajam pada Jia—“hanyalah salah satu pion yang kau gunakan, bukan? Gadis ini tidak lebih dari korban permainan kotormu."Jia tersentak, merasa darahnya mendidih mendengar
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

selalu berpikir sederhana

Revandro masih memeluk Jia erat, seolah takut kehilangan lagi. Jia terdiam di dalam pelukan itu, tenggelam dalam kehangatan yang nyaris terasa asing namun begitu nyata. Sebagian hatinya ingin mempercayai kata-kata Revandro, ingin meyakini bahwa apa yang mereka miliki lebih dari sekadar obsesi atau permainan kekuasaan. Namun, suara kecil dalam dirinya terus mengingatkan akan bahaya yang selalu mengikuti pria ini.Setelah beberapa saat, Jia perlahan melepaskan diri dari pelukan Revandro, menatapnya dengan tatapan penuh arti. “Jika kau benar-benar ingin melindungiku, maka buktikan. Jangan hanya dengan kata-kata, Revandro,” katanya dengan nada tegas namun lembut.Revandro tersenyum tipis, menunduk sedikit seakan menghormati keinginan Jia. “Baiklah,” katanya pelan namun penuh janji, seolah kata-katanya adalah sumpah yang tak akan pernah ia langgar.Keduanya terdiam sejenak, hingga ketukan pintu pelan memecah keheningan. Salah satu pelayan masuk dengan ekspresi gugup, menyampaikan pesan bah
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bagai tikus terpojok

Suasana tegang merayap dalam gelap. Jia merasa desakan tangan Revandro di genggamannya, seolah itu satu-satunya tali yang menahannya untuk tetap berani. Tapi, ketika suara tawa dingin Liniero semakin mendekat, ia tahu tidak bisa bergantung pada siapa pun selain dirinya sendiri.“Liniero!” suara Revandro menggema dalam ruang kosong, tegas dan memotong kesunyian. “Jika kau pikir mengancam Jia akan menghancurkanku, kau salah besar.”Liniero hanya tertawa pelan. “Salah besar, ya? Lalu kenapa kau membawanya ke sini, kalau bukan karena dia kelemahanmu?”Revandro menelan ludah, wajahnya menunjukkan ketegangan yang hampir tak terlihat, namun Jia menyadarinya. Di saat seperti ini, ia tahu ada sesuatu yang sedang terjadi di balik kediaman Revandro—sebuah keraguan kecil yang Liniero coba gunakan untuk menyerangnya.Liniero bergerak maju dari bayang-bayang, dan seberkas cahaya redup dari jendela pecah membuat wajahnya tampak semakin menyeramkan. Ia berdiri dengan tangan terlipat, sebuah seringai
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Kelemahan pribadi

Jia menurunkan senjatanya, napasnya masih tersengal-sengal setelah ketegangan yang baru saja terjadi. Namun, meskipun fisiknya lelah, ada perasaan bangga yang membuncah di dalam dadanya. Ia melirik ke arah Revandro, yang masih menatapnya dengan tatapan penuh kekaguman, seolah menyadari bahwa Jia bukan lagi wanita yang sama seperti saat mereka pertama kali bertemu.Revandro berjalan mendekatinya, dan tanpa berkata apa-apa, ia mengulurkan tangan, menyentuh wajah Jia dengan lembut. “Kau luar biasa,” bisiknya, suaranya rendah namun penuh ketulusan. Ada sesuatu di matanya yang sejenak membuat Jia lupa pada bahaya yang mengintai mereka, pada Liniero yang mungkin kembali untuk membalas dendam.Jia menepis tangan Revandro dengan pelan, namun tidak bisa menyembunyikan sedikit senyum yang muncul di sudut bibirnya. “Jangan kira aku melakukan ini untukmu,” ucapnya, mencoba mempertahankan sikap dinginnya meskipun dalam hati ia tahu kata-katanya tak sepenuhnya benar.Revandro hanya terkekeh, senyu
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Aku tahu kau kuat

Malam itu terasa semakin sunyi setelah Darius pergi. Revandro dan Jia masih berdiri di ruangan, saling bertukar pandang dalam diam, merasakan ketegangan yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. Ada kekhawatiran di mata Revandro yang tak bisa disembunyikan, sementara Jia menunjukkan keteguhan yang tak tergoyahkan."Aku tidak tahu apakah harus memujimu atau khawatir padamu," ujar Revandro akhirnya, suaranya terdengar sedikit lelah namun penuh kasih. "Kau bahkan lebih keras kepala dari yang kubayangkan."Jia tersenyum tipis, mengangkat bahunya. "Sudah kukatakan, aku bukan seseorang yang mudah menyerah. Apalagi kalau itu berarti melindungi apa yang penting bagiku."Revandro mendekat, kedua tangannya memegang wajah Jia dengan lembut. Ia menatap dalam-dalam ke matanya, mencari keyakinan yang semakin kokoh di sana. "Aku serius, Jia. Jika keadaan semakin sulit, aku ingin kau tetap aman. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sesuatu terjadi padamu."Jia meraih tangan Revandro yang men
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Mencari celah

Jia dan Revandro berdiri dalam keheningan, atmosfer di ruangan itu tegang dengan ancaman yang baru saja dilontarkan. Semua yang terjadi dalam beberapa detik terakhir seolah menciptakan lonjakan adrenalin, namun ada ketenangan yang muncul setelahnya. Jia merasa perasaan asing menghantamnya—perasaan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Tidak hanya amarah terhadap ancaman pria itu, tetapi juga keteguhan hati yang baru tumbuh dalam dirinya.Revandro memandangnya, tatapannya penuh perhitungan. "Kau tahu, Jia... aku tidak ingin melibatkanmu dalam hal ini. Tapi kita tidak bisa mundur. Ini sudah lebih dari sekadar permainan."Jia mengangkat wajahnya, menatapnya dengan mata yang penuh kebanggaan dan tekad. "Aku tidak mundur, Revandro. Aku sudah cukup jauh terlibat. Jika mereka ingin menyerangmu, mereka harus melawan kita. Aku tidak akan biarkan mereka merusak apa yang kita bangun."Revandro tersenyum tipis, sesuatu yang lebih lembut kali ini, meski di balik senyuman itu ada keseriusan yang
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Siapa yang berkuasa di sini?

Di luar, malam semakin larut, namun ketegangan di dalam ruangan masih terasa pekat. Jia dan Revandro bergerak cepat, seolah ada sesuatu yang melesat di antara mereka, sesuatu yang lebih besar daripada sekadar pertemuan ini. Rencana mereka sudah diatur dengan rapi, namun masih ada satu hal yang menggantung di udara: bagaimana menghadapinya jika musuh benar-benar menyerang."Jia," suara Revandro terdengar di belakangnya saat mereka berjalan menuju pintu utama mansion, "Kita akan menghadapi mereka dengan cara kita sendiri. Kita tak akan bermain aman."Jia berhenti sejenak, menatap Revandro dengan ekspresi serius, namun ada kekuatan dalam tatapannya. "Aku tahu, dan aku siap. Tapi ingat, kita harus memastikan kita tetap di depan mereka. Tak ada ruang untuk kesalahan."Revandro tersenyum, namun ada sesuatu yang lebih dalam pada senyumnya itu. "Kamu selalu membuatku terkesan, Jia."Namun, sebelum mereka dapat melangkah lebih jauh, sebuah suara datang dari pintu belakang, membuat mereka berh
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Tidak ada jalan mundur

Jia merasakan atmosfer di ruangan itu semakin tebal dengan ketegangan yang tak terucapkan. Setiap detik terasa semakin mendesak, dan meskipun mereka sedang duduk di sekitar meja yang sama, dia bisa merasakan jarak yang semakin besar antara dirinya, Revandro, dan Agatha. Setiap gerakan mereka seakan berirama dengan sebuah permainan catur yang rumit—di mana setiap langkah harus dipikirkan dengan hati-hati, dan setiap pengkhianatan bisa datang dari tempat yang paling tidak terduga.Agatha, yang sedari tadi berdiri diam, akhirnya memecah keheningan itu. "Aku tahu apa yang kalian pikirkan. Kalian menganggap aku terlalu ambisius atau mungkin tidak cukup dapat dipercaya. Tapi ini bukan tentang kalian, atau aku. Ini tentang bertahan hidup. Ini tentang memastikan kita tidak menjadi sasaran berikutnya."Jia menatap Agatha dengan tajam, tetapi tidak berkata-kata. Ia sudah cukup mendengar kata-kata manis yang keluar dari bibir wanita itu. Namun, ada sesuatu dalam nada Agatha yang membuatnya berhe
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status