Home / Romansa / RANTAI CINTA MAFIA KEJAM / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of RANTAI CINTA MAFIA KEJAM: Chapter 101 - Chapter 110

124 Chapters

Kepercayaan dari musuh

Arvell membawa Jia kembali ke ranjang, dengan hati-hati menaruh tubuhnya yang ringkih ke atas permukaan lembut itu. Ia duduk di sampingnya, mengamati dengan seksama setiap gerakan Jia, seolah dia sedang berusaha membaca pikiran wanita itu.Jia yang merasa lemah hanya bisa memandangnya, matanya yang penuh kebingungan memandang pria yang sejak awal telah menolongnya, namun seakan juga menjerumuskannya ke dalam dunia yang lebih gelap. Tidak ada yang benar-benar bisa ia percayai sekarang. Hatinya kacau, dan meskipun tubuhnya sudah kelelahan, pikirannya terus berputar, mencari jawaban yang tidak pernah datang.Arvell menatapnya dengan tatapan yang sulit terbaca. "Apa yang kamu inginkan, Jia?" ujarnya dengan suara rendah, tapi penuh ketegasan. "Mengapa kamu melawan setiap hal yang aku lakukan untukmu?"Jia menarik napas, memaksakan dirinya untuk duduk lebih tegak meski tubuhnya terasa sangat lemah. Dengan suara serak yang sulit keluar, ia berusaha berkata, "Aku tidak tahu apa yang kau ingi
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Keraguan yang merusak segalanya

Jia melangkah dengan hati yang gelisah, menapaki jalan yang semakin jauh dari Arvell dan semakin dekat dengan kenyataan yang harus ia hadapi. Perasaan campur aduk terus menghantui pikirannya, namun ada satu hal yang tak bisa ia pungkiri: entah bagaimana, ia tahu bahwa ia tidak bisa melarikan diri begitu saja.Semakin ia berjalan, semakin berat langkahnya. Setiap detik yang berlalu terasa seperti beban yang semakin menumpuk di pundaknya. Tubuhnya lelah, namun lebih dari itu, hatinya terasa hampa. Ia merasa seolah sedang berjalan di antara dua dunia—satu yang penuh dengan kebebasan, dan satu yang penuh dengan pria bernama Revandro yang entah bagaimana bisa menariknya kembali.Ketika ia sampai di depan pintu mansion Revandro, ia berhenti sejenak. Sebuah napas berat keluar dari bibirnya, dan ia memejamkan matanya, mencoba merasakan keberanian yang sudah lama hilang. Akhirnya, tanpa banyak berpikir, ia mengetuk pintu besar yang membatasi dirinya dengan dunia luar, dunia yang sepertinya tak
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Kegilaan Jia

Malam itu, angin bertiup lembut, membawa aroma dingin yang menusuk ke dalam mansion besar milik Revandro. Suasana terasa sepi, hanya terdengar suara langkah kaki Jia yang menggema di lorong panjang saat ia berjalan menuju ruang tamu. Tidak ada cahaya yang menyinari jalanan di luar, kecuali lampu-lampu redup yang tergantung di sepanjang jalan masuk mansion. Keheningan ini terasa menekan, seolah-olah malam ini ada sesuatu yang akan terjadi—sesuatu yang tak bisa ia hindari.Jia berhenti di hadapan jendela besar yang menghadap ke halaman depan, matanya terfokus pada mobil hitam yang terparkir di sana. Beberapa saat lalu, ia mendengar suara mesin mobil yang mulai hidup, dan sekarang, mobil itu perlahan bergerak menuju pintu keluar mansion. Revandro.Revandro, pria yang telah lama mengikatnya dalam lingkaran tak berujung, pria yang selalu ia coba hindari, tapi selalu menariknya kembali dengan cara yang tak terduga. Malam ini, dia akan pergi. Jia tahu itu.Tanpa memberi kesempatan untuk ber
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Memastikannya baik-baik saja

Hanya tatapan dalam yang terasa menembus hingga ke hati Jia. Seolah-olah pria itu ingin mengatakan sesuatu yang penting, namun memilih untuk tetap diam. Mobil hitam itu mulai melaju pelan meninggalkan mansion, meninggalkan Jia yang masih terpaku di tempatnya.Jia menghela napas panjang, mencoba meredakan kekacauan di dalam dirinya. Ia ingin mengejarnya, bertanya apa yang sebenarnya terjadi, tetapi sesuatu menahannya. Perasaan aneh yang bercampur antara rasa takut dan penasaran. Malam itu, ia merasa ada sesuatu yang lebih besar sedang dimainkan, dan ia hanyalah salah satu bidaknya.Beberapa saat berlalu, keheningan kembali menguasai mansion. Jia memutuskan untuk tidak diam saja. Dia berjalan perlahan menyusuri lorong-lorong besar menuju perpustakaan, ruangan yang biasanya menyimpan berbagai dokumen dan buku penting milik Revandro. Jika ada sesuatu yang disembunyikan pria itu, mungkin jawabannya ada di sana.Ketika Jia membuka pintu perpustakaan, aroma buku tua dan kayu memenuhi udara.
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Datang disaat yang tepat

Malam itu terasa lebih tenang meskipun hati Jia masih terasa berat. Dia dan Arvell duduk di ruang tamu, suasana hening namun tidak mengintimidasi. Arvell tidak mendesak Jia untuk bicara, hanya menemaninya. Kadang, diam adalah bahasa paling tulus yang bisa menghubungkan dua hati yang terluka.Ketika akhirnya Jia bersandar pada sofa dengan kepala menengadah, dia menarik napas panjang. "Arvell...," panggilnya pelan, suaranya serak karena tangis."Hm?" Arvell menoleh, menunggu kata-kata yang mungkin sulit keluar."Kenapa kau selalu datang di saat yang tepat?" tanya Jia. Matanya masih bengkak, tapi sorot matanya mulai mencari sesuatu yang nyata, sesuatu yang bisa dipercaya.Arvell tersenyum kecil, tangannya bermain dengan cangkir kopi di hadapannya. "Mungkin itu takdir, atau mungkin aku hanya seseorang yang tidak bisa berpaling saat tahu kau sedang terluka," jawabnya dengan nada lembut namun tegas.Jia tertawa kecil, walau terdengar getir. "Kedengarannya seperti sesuatu yang dikatakan pria
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Masa depannya yang tidak jelas

Langkah Jia terasa berat, bukan karena kelelahan fisik, melainkan karena kekacauan emosinya. Suara napasnya yang terengah-engah menggema di lorong besar itu. Ia mencoba mengabaikan tatapan dingin yang seolah terus mengikuti dari belakang, seakan Revandro belum benar-benar menyerah meskipun tidak lagi mengejarnya.Saat Jia akhirnya mencapai sudut terpencil di luar mansion, angin malam yang dingin menerpa wajahnya. Namun, dingin itu tidak bisa menenangkan hatinya yang berkecamuk. Dengan gemetar, Jia merogoh ponsel di sakunya, berharap mencari sesuatu yang bisa membuat pikirannya lebih tenang. Tapi pandangannya kabur oleh air mata yang tak terbendung lagi."Jia," suara itu memanggil, lembut namun cukup tajam untuk membuatnya berhenti.Ia menoleh, dan di sana, berdiri Arvell dengan wajah yang sarat kekhawatiran. Sejak kapan dia ada di sini? Jia tidak tahu. Tapi kehadirannya, entah bagaimana, membuat Jia sedikit merasa lebih aman."Arvell," Jia hampir berbisik, suaranya pecah. "Aku lelah
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Siapa yang akan dipilih?

Keesokan harinya, Jia bangun dengan perasaan yang tidak menentu. Semalam, ia memutuskan untuk membatasi interaksi dengan siapa pun, termasuk Revandro dan Arvell. Ia butuh waktu untuk menenangkan diri, tetapi dunia tampaknya tidak memberinya kemewahan itu.Ponselnya terus bergetar sejak pagi—pesan dari Revandro yang bertanya di mana ia berada dan dari Arvell yang hanya mengatakan ingin bertemu untuk bicara. Jia memutuskan untuk mengabaikan semuanya. Namun, firasat aneh mulai menghantui pikirannya ketika ia keluar rumah untuk berjalan-jalan di taman dekat apartemennya.Di sisi lain kota, Revandro duduk di ruang kantornya yang megah, tetapi suasana hati pria itu jauh dari kata damai. Ia baru saja menerima laporan bahwa Arvell menemui salah satu mantan anggotanya, mencoba menggali informasi tentang masa lalu Jia."Dia benar-benar mencoba melawan," gumam Revandro dengan suara dingin, melempar dokumen itu ke meja."Anda ingin saya menangani ini?" tanya salah satu anak buahnya.Revandro ber
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Pusat masalah

Beberapa hari berlalu, Jia berusaha menjauhkan dirinya dari Revandro maupun Arvell. Ia menyibukkan diri dengan rutinitas, berharap bisa melupakan kekacauan yang melibatkan dua pria itu. Namun, bayangan mereka terus menghantui pikirannya.Di sisi lain, Revandro semakin gencar memantau pergerakan Arvell. Obsesi Revandro terhadap Jia mendorongnya untuk bertindak lebih jauh. Ia tidak akan membiarkan siapa pun, terutama Arvell, mendekati wanita itu.Malam itu, sebuah ketegangan baru memuncak.Di sebuah ruangan gelap di salah satu properti Revandro, Arvell kembali muncul tanpa undangan. Kedatangannya jelas memancing amarah. Revandro duduk dengan tenang, tetapi tatapannya seperti bara api yang siap menyala kapan saja.“Aku sudah bilang untuk tidak melibatkan dirimu lagi, Arvell,” ujar Revandro tajam.Arvell tersenyum dingin. “Lucu, kau selalu merasa memiliki hak atas Jia. Padahal, kau bahkan tidak pernah memberinya kebebasan untuk memilih.”“Dan kau pikir kau lebih baik dariku?” balas Revand
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Alasan keduanya bertarung

Malam itu, Jia kembali ke apartemennya dengan langkah berat. Sepanjang jalan, kata-kata Revandro dan Arvell terus terngiang di benaknya. Ia merasa lelah, tidak hanya secara fisik tetapi juga emosional. Setiap kali ia mencoba menjauh dari kehidupan gelap yang membelitnya, masalah baru selalu muncul.Di sisi lain, Revandro dan Arvell tidak tinggal diam. Setelah kepergian Jia dari kafe, keduanya memutuskan untuk berbicara, meski ketegangan masih terasa.“Kau tahu ini semakin berbahaya,” kata Arvell sambil menyilangkan tangan di dada. “Rian bukan hanya ancaman bagimu, tapi juga bagiku.”Revandro menatapnya tajam. “Dan apa rencanamu? Menyingkirkannya dengan metode brutal seperti biasanya?”“Jika itu diperlukan,” balas Arvell dingin. “Kau mungkin ingin bermain bersih, Revandro, tapi dunia ini tidak memaafkan kelemahan. Terutama jika menyangkut Jia.”Revandro mendekat, matanya penuh amarah. “Aku tidak akan membiarkan siapapun, termasuk kau, menyeretnya lebih jauh ke dalam konflik ini. Dia bu
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Batasan

Ketegangan di ruangan itu terasa mencekam. Jia memandangi Revandro yang duduk dengan wajah serius, lalu beralih ke pintu yang terus diketuk keras oleh Arvell. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan, tapi yang jelas, ia merasa terkepung.“Buka pintunya, Jia,” suara Arvell terdengar lebih keras. “Aku tidak punya waktu untuk permainan ini.”Revandro mendengus pelan, lalu berdiri. Tatapannya dingin, penuh amarah yang ditahan. “Kalau dia berani masuk tanpa izin, aku pastikan dia menyesal.”“Jangan membuat keributan,” Jia akhirnya bersuara, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meskipun hatinya penuh kecemasan. “Kalian berdua… sudah cukup mengacaukan hidupku.”Revandro berhenti melangkah, menatap Jia dengan pandangan yang sulit dibaca. “Aku hanya ingin melindungimu, Jia.”“Melindungiku?” Jia tertawa sinis. “Dari apa? Dari siapa? Dari Arvell? Atau dari dirimu sendiri, Revandro?”Pintu mendadak terbuka keras, memperlihatkan Arvell yang masuk dengan langkah cepat. Pandangannya langsung tertuju
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status