Langkah Jia terasa berat, bukan karena kelelahan fisik, melainkan karena kekacauan emosinya. Suara napasnya yang terengah-engah menggema di lorong besar itu. Ia mencoba mengabaikan tatapan dingin yang seolah terus mengikuti dari belakang, seakan Revandro belum benar-benar menyerah meskipun tidak lagi mengejarnya.Saat Jia akhirnya mencapai sudut terpencil di luar mansion, angin malam yang dingin menerpa wajahnya. Namun, dingin itu tidak bisa menenangkan hatinya yang berkecamuk. Dengan gemetar, Jia merogoh ponsel di sakunya, berharap mencari sesuatu yang bisa membuat pikirannya lebih tenang. Tapi pandangannya kabur oleh air mata yang tak terbendung lagi."Jia," suara itu memanggil, lembut namun cukup tajam untuk membuatnya berhenti.Ia menoleh, dan di sana, berdiri Arvell dengan wajah yang sarat kekhawatiran. Sejak kapan dia ada di sini? Jia tidak tahu. Tapi kehadirannya, entah bagaimana, membuat Jia sedikit merasa lebih aman."Arvell," Jia hampir berbisik, suaranya pecah. "Aku lelah
Last Updated : 2024-11-26 Read more