Semua Bab Dibuang Suami Setelah Menikah: Bab 21 - Bab 30

85 Bab

21 : Tuduhan Gila!

Pukul lima petang, deru mobil terdengar di pinggir jalan rumah Dara. Gadis itu mengintip dari kaca buram di jendelanya. Ia lantas membuka pintu saat mengetahui siapa orang yang turun dengan terburu-buru dari mobil.“Maaf, Dara,” serunya saat sudah berada dekat dengan Dara yang berdiri di ambang pintu.“Tidak masalah, Pak. Lea aman bersama saya.”“Sungguh, ini tidak seharusnya terjadi. Mana ada terlambat selama tiga jam? Ini gila,” umpatnya lirih tidak mau Lea mendengarnya.“Dia sedang makan. Mari masuk.” Aaron melangkahkan kaki masuk ke dalam hunian wanita muda itu.Sama halnya dengan Lea, seraut wajah pria itu tampak biasa. Sejujurnya Dara malu, tetapi kenapa? Ini memang kehidupan yang sedang dia jalani bukan?“Bapak bisa temani Lea makan,” tawar Aaron.“Tidak, Dara. Ini sudah cukup merepotkanmu.”“Saya tidak merasa begitu, Pak.”“Berhenti memanggilku bapak, Dara. Aku tidak setua itu,” katanya dengan sunggingan senyum guna mencairkan situasi yang terasa begitu formal dan kaku.Dara p
Baca selengkapnya

22 : Kabur

“A! Bajingan kamu! Laki-laki nggak guna!” teriak Dara murka. Ia lepaskan kekecewaan, lara, luka yang sudah terlanjur mengoyak seluruh tubuhnya. Secara mental dan juga fisiknya. Dia lelah dan ingin menyerah sekarang juga.Gadis berambut panjang itu berhasil kabur dari amukan sang suami yang kian menggila. Raka menendang, menampar bahkan memukul berulangkali tubuh Dara tanpa ampun. Ia lontarkan kata-kata yang membuat harga diri Dara hancur.Wanita murahan!Wanita gatel!Wanita nggak guna!Kepalanya berdenyut jika mengingat itu semua, ini juga diakibatkan oleh benturan, tetapi bukan itu yang membuatnya menangis.Aku mencinta baru sekali, Tuhan. Lantas kenapa Kau datangkan pria seperti itu? Tidak adakah makluk lain selain dia? Kenapa aku begitu dibuat yakin dengan perjuangannya? Kemudian aku dibuang begitu saja? Batinnya terus berkesinambung.“Nggak ada gunanya lo teriak," sergah seseorang yang Dara tidak sadari keberadaannya sebelum itu.Ia tolehkan kepala beserta tubuhnya. Mencari tahu
Baca selengkapnya

23 : Titik Terang Pertama

Sejenak Dara membiarkan tubuhnya mematung di tempatnya sekarang. Melamun juga tidak membuat onar sekitar seperti berteriak yang ia lakukan barusan bukan?"Mungkin kau punya rekomendasi cerita romantis?" celetuk Dara. Setelah keheningan merajai tempat tersebut."Hubungan Terlarang karya Pena D. Dia hebat buat cerita dengan ending yang bikin geram dan sukses membuat pembaca salah tebak mulu. Gue suka stalking sosmed dia. Tapi nggak tahu dia cewek apa cowok. Soalnya dia juga nulis genre fantasi. Hanya Pena D yang aku baca semua karyanya.""Pena D?"Dara hampir tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Nama penanya ternyata dikenal orang? Sungguh, suasana hatinya menjadi jauh dan sangat jauh lebih tenang. Bisa dikatakan bahwa saat ini dia bahagia.Dia menulis selama lima tahun dan ternyata ada yang membaca karyanya sejauh ini? Dara kira tidak ada yang mau mengikuti karyanya. Mereka yang mampir kebanyakan tidak mau mengikuti akun sosial medianya. Akan tetapi, diam-diam mereka menguntitnya?
Baca selengkapnya

24 : Ciuman Panas

"Dara percaya sama aku. Kalau aku nggak cinta sama kamu, kenapa aku harus rela keluar dan memulai segalanya dari awal? Dari nol bersama kamu, Dara? Aku bukan tidak maumenyentuhmu. Aku— aku merasa belum pantas menyentuhmu.""Karena kedok! Semua kamu lakukan hanya demi menutupi penyimpangan yang ada dalam dirimu," terang Dara. Wajahnya datar dan dingin. Suaranya pun terdengar hambar. Benar-benar dia sudah berada dititik terpasrah dalam hidupnya.Dara justru mendapatkan tamparan yang cukup keras. Padahal dia hanya memberikan pernyataan yang dia pikirkan saja. Dara bukan cenayang, Dara bukan paranormal yang bisa membaca pikiran orang ataupun mengerti sebuah ungkapan itu adalah kebohongan atau kejujuran.Semua kepercayaannya telah hilang, sejak terakhir kali Dara ditolak secara mentah-mentah. Ternyata dia merendah pun masih bisa direndahkan. Bukankah itu memalukan, menyedihkan, dan apa pun itu sebutannya yang jelas Dara hilang respect."Dara! Kenapa kamu punya pikiran seperti itu?! Jika ak
Baca selengkapnya

25 : Ingkar

“Kamu tidak boleh pergi ke sana lagi, Mas. Bahaya. Lagian berapa, sih uang yang mereka pinjam?”“Banyak, Dara. Lima juta. Bisa untuk bayar kontrakan kita selama lima bulan, kan?”Dara mengerutkan dahinya. "Lima juta? Dapat dari mana kamu uang sebanyak itu, Mas? Selama ini gaji kamu nggak sebanyak itu. Atau emang kamu nggak pernah ngasih ke aku karena kamu lebih mentingin teman gilamu itu?”Entah berapa sebenarnya gaji Raka yang jelas Dara selalu menerima uang dengan jumlah yang sama beberapa bulan terakhir. Lima ratus ribu. Sebelumnya dia bahkan tidak pernah mencicipi uang Raka."Aku— aku menang taruhan kapan hari. Aku pikir aku bisa percaya sama dia. Ternyata tidak," lirih Raka.Haruskah kali ini Dara percaya? Sungguh, dia tidak tahu. Dara menatap manik mata suaminya. Memilih untuk percaya agar tidak merusak suasana bahagia yang baru saja dia dapatkan setelah pertengkaran hebat yang terjadi."Baiklah, hati-hati. Aku akan memasak untukmu, jangan pulang terlambat, jangan makan di luar.
Baca selengkapnya

26 : Satu Fakta

Setelah pulang dari mengajar, Dara menyempatkan diri untuk mampir ke minimarket yang selalu dia lewati. Memarkir sepeda, berjalan mendekati pintu kaca lantas mendorongnya ke dalam.“Dara?” gadis bermata besar dengan bola mata hitam besar itu menoleh.“Aaron? Kamu di sini? Di mana Lea?” dara celingukan mencari keberadaan bocah cilik yang tadi tampak loyo di sekolah.“Di rumah. Dia istirahat, katanya tidak mood keluar rumah.” Dara tergelak.“Ya, itu terlihat sekali tadi pagi,” jawab dara.Mereka melangkah beriringan menyusuri lorong demi lorong di minimarket mencari barang yng diperlukan. Aaron terus saja membuntuti langkah Dara.“Kenapa banyak sekali beli mie?” tanya Aaron.“Jga-jaga pas lagi malas masak.”“Bolehaku bawakan keranjangmu?”“Ah— tidak perlu. Aku bisa lakukan sendiri. Kenapa— kenapa kamu mengikutiku?”“Ehm— tidak. kebetulan aku juga mau beli mie. Ibu Lea titip mie tadi,” jelas Aaron yang disambut anggukan kepala oleh Dara.Lagi, gadis itu berjalan ke arah rak-rak buah dan
Baca selengkapnya

27 : Dirudapaksa

Setibanya di rumah, Dara mencoba untuk tetap bersikap dengan tenang. Ia memasak apa yang ingin dia sajikan pada suaminya. Mencoba abai dengan ingkarnya janji pra itu. Jarum jam masih menunjukkan pukul tiga sore. Setidaknya ada waktu tiga jam sampai Raka pulang jika dia tidak terlambat dan memenuhi apa yang dia ucapkan sebelumnya— lagi. Semoga saja, Dara ingin bertanya dengan tenang.Di tengah aktivitasnya justru dia merasakan ada sesuatu yang mengalir dari area kewanitaannya. Gadis itu segera pergi ke kamar mandi, benar saja— Dara mendapatkan tamu yang tidak diundang untuk bulan ini.“Sial! Akh! Kenapa datang saat seperti ini sih? Gila! Lama-lama aku jadi perawan tua!” gerutunya. Siapa yang tidak kesal dia sudah menantikan hari ini, bahkan ia juga sudah mengatakan ‘ya’ pada suaminya. Tadinya dia sudah siap jika daranya akan dibobol oleh sang suami. Nyatanya, gagal total semuanya.Beberapa waktu berlalu. Semua makanan telah siap berjejer rapi di atas meja. Aroma yang lezat menyeruak me
Baca selengkapnya

28 : Pengganggu

“Ha— hai,” balas Dara terbata-bata. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama dirinya menelepon laki-laki selain suaminya sendiri.“Dara? Akhirnya kamu telfon juga, kamu baik-baik saja ‘kan?” Aaron terdengar cemas. Pasalnya pria itu tahu, terakhir kali mereka bertemu gadis itu tampak lesu dan sama sekali tidak bersemangat.“Ba— baik. Aku— aku ingin mengundangmu makan malam, bisa?” ucap Dara, ia masih sangat kaku. Sangat berbeda saat dia harus berbicara dengan Aaron ketika bertatap muka.“Tentu saja bisa. Aku akan datang ke rumahmu. Suamimu ada ‘kan?”“Tidak! Bukan di rumah, tapi di taman Kencana Wangi. Kalau kamu tidak tahu sebaiknya aku batalkan saja,” kata Dara.“Aku tahu! Tenang saja, aku tahu kok. Tunggu, di sana, ya. Sepuluh menit lagi aku sampai,” sergah Aaron. Dia akan datang meski dia harus mencari di mana taman itu berada.“Terima kasih.” Setelah itu Dara mematikan panggilannya dan tersenyum tipis, bukan senyum karena senang. Lagi-lagi dia mentertawakan dirinya sendiri. Dia me
Baca selengkapnya

29 : Mengejutkan

Aaron menatap Dara yang menunjukkan perubahan wajahnya. Dari kesal ke sedih dan mungkin merasa bersalah, entahlah mimik wajah gadis itu tidak bisa ditebak. Dara terlihat sangat menyedihkan. Nasibnya benar-benar tidak mujur."Dara? Kamu baik-baik saja?" Aaron mencekal bahu Dara. Membuat wanita itu tersadar dari lamunannya. Dara menatap muka Aaron dan mengangguk. Dia kembali menjadi wanita yang pendiam."Kita cari tempat lain atau mau tetap di sini?"Dara hanya mengangguk, dia menurut saja. Akhirnya Aaron hanya mengajaknya kembali duduk pada kursi yang sebelumnya Dara tempati. Menarik pergelangan tangan Dara dengan perlahan."Maaf, aku menghubungimu. Aaron, aku minta maaf. Kamu boleh pergi. Tidak seharusnya aku meneleponmu," sesal Dara. Suaranya lirih dan sangat lemah. Kali ini, Dara merasa kehidupannya memang tidak memberikan dia teman walau hanya satu.Sekian banyak penghuni penjuru dunia, kenapa ketika Dara mendapatkan seseorang yang bisa dijadikan teman justru seolah tidak ada yang
Baca selengkapnya

30 : Makan Malam Bersama

“Kalau begitu— Leanor?” sorot mata Dara terlihat jelas menampilkan kebingungan.Aaron tersenyum tipis dengan tertunduk, lalu mengangkat wajah lagi menatap Dara. “Aku sudahduga, pasti banyak yang menduga kalau bocah itu anakku. Tapi— dia keponakanku, Dara. ibunya adalah saudara kandungku,” tutur Aaron.Ah— aku tahu sekarang. Pantas saja mereka terlihat aneh saat berbincang, batin Dara.Sungguh, dia kira makhluk paling menyedihkan adalah dirinya. Akan tetapi, masih ada orang yang jauh memiliki luka yang menyakitkan. Dara masih ada harapan untuk menikmati hidup sekalipun itu pahit. Dia masih bisa mengobati rindu pada suaminya. Dia juga masih bisa melihat ketampanan Raka yang selalu terlihat setelah mandi. Namun, Aaron? Sampai kapanpun dia tidak akan bisa mengobati rindu pada sang istri yang telah pergi.Dara merasakan sakit dan perih yang dialami oleh Aaron. Dia juga merindukan sosok yang tidak pernah dia temui. Kedua orang tuanya, Dara tidak pernah tahu apakah dirinya masih memiliki oran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status