Home / Romansa / Wanita Yang Menginginkan Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Wanita Yang Menginginkan Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

362 Chapters

Bekas Sejuta Umat

“Oh iya, kalau kamu ngapain di sini? Siapa yang sakit? Istri?” Kiano bertanya balik.“Bukan,” jawab Bian sambil tersenyum kikuk.“Jadi siapa?”Bian terbatuk-batuk kecil sambil berdeham. Dan Kiano terus memerhatikannya. “Kamu mau minum nggak, Bi? Aku kasihan ngeliat kamu batuk-batuk kayak gitu. Yang, ada air mineral yang masih segel nggak?” tanya Kiano pada Adizty. Tadi mereka memang membeli dua botol.“Ada, Pi, ini.” Adizty menjawab sambil mengeluarkan air mineral dari dalam tas lantas memberikannya pada Kiano.“Ini, Bi, coba kamu minum dulu.” Kiano memberikan botol air pada Bian. Lelaki itu lalu meneguknya sampai tersisa setengah botol.“Gimana, Bi? Udah tenang?”Bian mengangguk pelan. “Makasih.”“Iyaa… slow, Broo… Oh iya, tadi kamu belum jawab siapa yang sakit?” tanya Kiano lagi.“Gladys,” jawab Bian akhirnya dengan lidah kelu.“Gladys?” ulang Kiano kaget. “Maksudnya Gladys yang script writer itu? Yang bekasan Darrel?”“Iya,” jawab Bian pahit. “Yang temannya Giselle,” tukasnya menam
Read more

Perempuan Hebat

Ternyata Bian tidak pulang malam itu. Dan dia tidak memberi kabar apa pun. Tatiana memang sudah menduga sebelumnya. Mungkin saja saat ini dia sedang menemani Gladys di apartemennya. Menjaga perempuan itu dari malam hingga pagi. Tatiana memiringkan badan, melirik ke sisi kanannya. Di sebelah itu biasanya Bian tidur. Tapi sekarang tidak ada siapa pun. Hanya ada permukaan kasur yang kosong dan dingin. Sama seperti hari-hari sebelumnya.Masih berbaring, Tatiana menjangkau ponsel yang dia letakkan di atas nakas. Mungkin dia perlu distraksi dan lari sejenak dari kehidupan nyata. Tatiana tidak memiliki banyak teman di media sosial. Dia hanya akan menggonfirmasi orang-orang yang dia kenal. Tapi Tatiana bukanlah golongan anti social.Menggulirkan jari, Tatiana melihat unggahan para temannya yang lewat di feed sosmednya. Semua memamerkan kebahagiaan. Rata-rata menunjukkan kemesraan bersama pasangan. Entah itu pasangan sah atau pun milik orang lain. Seperti Bian dan Gladys.Iseng-iseng Tatiana
Read more

Impass

Bian keluar dari ruangan dokter dengan tubuh lunglai. Cukup lama dia berada di sana dengan lelaki yang menangani Gladys itu. Mereka membicarakan kondisi kesehatan Gladys. Dokter menerangkan pada Bian dengan sejelas dan sedetail mungkin. Dari A sampai Z. Dari mayor hingga minor. Dari makro hingga mikro. Dan fakta yang diketahui Bian setelah itu membuatnya sakit sendiri. “Itu nggak mungkin, Dok,” bantah Bian setelah dokter menjelaskan padanya hasil diagnosa penyakit Gladys.“Maaf, Pak Bian, tapi memang begitu faktanya. Sabar ya, Pak.”Bian menggeleng-gelengkan kepala, menolak menerima kebenaran yang baru saja dia dengar. Vonis dokter atas penyakit Gladys membuat hatinya tersayat-sayat. Lelaki itu kemudian masuk ke ruang rawat Gladys. Sang kekasih melempar senyum hampa padanya dengan wajah yang pucat. Bian mencoba membalas senyuman itu, tapi bibirnya begitu berat untuk digerakkan.“Bi, kapan kita pulang?”“Belum hari ini ya, Dys, dokter belum kasih izin soalnya.”“Jadi kapan dong? Aku
Read more

Panggil Aku 'Mama'

Tatiana menjauhkan handphone dari telinga lantas melihat ke layar. Ternyata panggilan sudah terputus secara sepihak. Bian mematikannya tiba-tiba. Aneh.Tatiana lalu menyimpan kembali ponselnya. Dia tidak ambil pusing kenapa Bian bersikap begitu padanya. Tatiana sudah terbiasa dengan tingkahnya yang absurd, aneh, atau apa pun namanya.“Bian yang telfon,” ujarnya sebelum Rei bertanya.“Kemajuan nih kayaknya,” sindir Rei lalu tertawa. Tatiana ikut tertawa seraya merenungi tindakan Bian barusan. Untuk apa Bian sok-sok perhatian gitu padanya? Biasanya mau Tatiana sampai jungkir balik sekali pun dia tidak akan peduli. Karena di matanya yang terlihat hanya Gladys, Gladys, dan Gladys.“Gimana keadaan Gladys?” celetuk Rei kemudian setelah menyimpan tawanya kembali.Tatiana mengedikkan bahu. “Aku nggak tau.”“Mungkin masih belum sehat kali ya?” Rei mengira-ngira sendiri.“Entahlah, Rei. Mau udah sehat atau belum hasilnya akan sama aja. Ya tetap saja si Bian nggak akan berubah. Iya kan?”“Jad
Read more

Kinda Possessive

“Aunty Tia!” Lala menyongsong Tatiana yang baru saja turun dari mobil Rei.Tatiana tersenyum dan balas menyapa. “Lala sudah mandi?” tanyanya melihat rambut panjang anak itu yang setengah basah.“Sudah, Nty.” Lala menggandeng tangan Tatiana, mengajaknya masuk ke dalam rumah.“La... Aunty bawa ini lho buat kamu.” Tatiana memberikan kantong dalam jinjingan.“Apa itu, Nty?” “Coba deh kamu lihat sendiri.”Lala membuka kantong itu dan mengeluarkan isinya. “Aunty kok tau sih kalau aku suka ini?” Binar di mata Lala semakin nyata saat melihat vannila pana cotta di dalam jar yang dibawa Tatiana. “Pasti papa yang bilang kan?”“Nggak… Aunty tau sendiri kok. Gimana, kamu suka?”“Suka banget, Aunty…”“Ya udah, kalau gitu mending dimakan sekarang aja.”Lala mengangguk cepat, lalu menyuap dessert yang tadi dibeli Tatiana di toko kue.“Rei, kamu nggak mau sekalian?” Tatiana menawarkan.“Ntar aja deh, aku mau mandi dulu.” Rei menolak. Badannya sudah menuntut untuk dibersihkan terlebih dulu.‘’Tapi nan
Read more

Pilih Aku Atau Dia?

Bian tidak bisa lagi untuk tetap tenang dan diam mendengarkan aksi roman picisan atau pun drama murahan yang dimainkan oleh orang-orang yang menamakan dirinya dengan sebutan mama, papa, serta Lala itu. Kesabaran tidak akan pernah cukup untuk membuatnya terus bertahan. Langkahnya pun terayun kasar. “Tatiana!” sergahnya dengan nada suara yang sungguh tidak bisa ditahannya lagi agar tetap terdengar wajar.Keluarga cemara wanna be itu sontak melihat ke sumber suara. Di sana, di sisi pintu, Bian berdiri dengan angkuh. Rahangnya mengeras, sedangkan tangannya terkepal erat.“Hei, Bi, duduk dulu!” sapa Tatiana tanpa peduli pada muka tegang sang suami.“Aku menjemputmu. Ayo pulang sekarang, Tatiana!” perintah Bian tegas. Lelaki itu tidak menghiraukan tatapan keberatan keponakannya, atau pun mata kurang senang adik kandungnya.“Kenapa pake dijemput segala sih? Aku belum bisa pulang sekarang. Lagian nanti Rei bakal ngantar aku kok.”Tanggapan santai Tatiana rupanya membuat Bian ingin menyeretny
Read more

Stay with Me

Tatiana memerhatikan Bian yang mondar-mandir nggak jelas di kamar. Sudah belasan atau mungkin puluhan menit lamanya. Sepertinya begitu sulit bagi Bian untuk memilih. Lelaki itu kemudian membuka lemari pendingin yang berada di sebelah meja kerjanya. Tatiana segera menghampirinya sebelum tangan Bian sempat meraih sebotol red wine di antara botol-botol lainnya.“Jangan, Bi!” larang Tatiana cepat sembari menahan Bian dengan mencekal lengannya.Bian menoleh dengan sorot mata bertanya-tanya pada sang istri.“Nggak semua masalah harus diselesaikan dengan cara mabuk-mabukan. Tunda dulu minum-minumnya karena kamu butuh kesadaran penuh untuk berpikir jernih. Tolong, kali ini kamu dengarkan kata-kata aku, Bi.”Bian meletakkan kembali minuman beralkohol itu, lantas menutup kulkas. Terdengar helaan napasnya yang sangat berat.“Aku nggak akan memaksa kamu buat mempertahankan pernikahan kita,” ujar Tatiana setelah mereka duduk di sofa. Di seberangnya Bian duduk dengan tatapan galau dan terus meman
Read more

Aku Pilih Kamu

“Kalau aku sih terserah kamu. Memangnya kamu yakin mau ngebiarin dia sendiri?” tanya Tatiana. Hatinya meragu kalau Bian sanggup melakukannya.Bian mengangguk pelan. Mati-matian dia menepis wajah Gladys yang terus melintas di depan mata, seolah memanggilnya untuk segera datang. “Bi, apa dia nggak punya keluarga?” tanya Tatiana lagi. Rasanya dia juga tidak tega membiarkan Gladys sendirian di rumah sakit tanpa ada yang mendampingi. Apalagi sakitnya bukan penyakit biasa.“Ada sih…,” jawab Bian gantung.“Tapi?”“Gladys nggak ngebolehin aku buat kasih tau keluarganya.”“Kenapa?” tanya Tatiana heran. Sudah sewajarnya mereka tahu kondisi Gladys yang sesungguhnya. Apalagi dengan penyakit yang dideritanya saat ini.“Dia bilang nggak mau bikin mereka khawatir.”Logika Tatiana mulai bekerja setelah mendengar penuturan Bian. Kenapa Gladys tidak mau? Justru malah bagus kalau keluarganya tahu sejak awal. Jadi mereka akan lebih siap menghadapi kenyataan jika terjadi sesutu yang buruk pada anak merek
Read more

Pria Sejati Tidak Ingkar Janji

Pagi ini terlihat berbeda dari biasanya. Ruang makan yang pada hari-hari sebelumnya hanya ada Tatiana dan Lina, sekarang terasa lebih hidup dengan kehadiran Bian. Pagi ini mereka memang sarapan bersama. “Tumben banget Bu Tia dan Pak Bian sarapan bareng,” celetuk Lina melihat kedua majikannya duduk berdampingan.“Iya nih, Bi, kebetulan jadwalnya samaan.” Tatiana yang menjawab. Sedangkan Bian bersikap acuh tak acuh. Lelaki itu mengaduk-aduk kopinya yang masih mengepulkan uap panas. Kopi hitam yang dibuatkan Lina untuk Bian memang sengaja tidak diaduk. Memang kesukaan Bian seperti itu. Dia ingin mencampur gulanya sendiri.“Kalau sering-sering kayak gini kan bagus. Pak Bian dan Bu Tia baru kayak pasangan suami istri betulan,” celetuk Lina sambil tersenyum. “Memangnya selama ini nggak kayak betulan ya, Bi?” Tatiana menukasi. Ternyata gerak-geriknya dan Bian menjadi perhatian pekerja di rumah mereka.Lina tersenyum canggung. “Bukan gitu sih, Bu, cuma Pak Bian dan Bu Tia kan jarang-jarang
Read more

Bertemu Di Rumah Sakit

Tatiana melempar senyum dari jauh saat melihat Rei. Lelaki itu membalas senyumnya lalu menunggu di depan lift.“Ceria banget kayaknya,” komentar Rei setelah Tatiana berada di dekatnya.“Ceria gimana?”Rei menekan tombol lift, lalu masuk diikuti Tatiana. “Muka kamu yang ceria. Ada apa? Bian baru menang tender?”Tatiana memegang pipinya. Seolah dengan begitu dia bisa membuktikan kata-kata Rei. Perempuan itu lalu tertawa. “Aku nggak tau. Lagian nggak ada hubungannya dia baru menang tender atau nggak."Rei tertawa. Dia memang merasa aura Tatiana yang berbeda pagi ini. “Lalu kenapa?” tanyanya belum puas.“Mmm… kenapa ya…” Tatiana pun tidak tahu. Dia merasa biasa-biasa saja padahal.“Atau karena kamu jadi pisah sama Bian?” tebak Rei menerka-nerka sambil memiringkan kepala.Tatiana mengangkat bahu. “Nggak jadi.”“Oh ya? Kenapa?” Rei mencoba bersikap biasa, tapi rupanya gesturnya terlihat antusias dengan sahutannya yang terlalu cepat.Tatiana berdehem guna menjernihkan suaranya yang mengeru
Read more
PREV
1
...
34567
...
37
DMCA.com Protection Status