Angin menderu kencang, membawa hawa dingin yang menggigit. Deraiannya memukul ladang bunga yang semula sunyi, meremukkan ketenangan menjadi kekacauan. Wei Xueran melompat mundur, pedangnya berkilau memantulkan sinar terakhir matahari senja, mencoba memotong pusaran angin dari Tarian Angin Surgawi milik Liuxing. Tubuhnya terseret beberapa langkah, tetapi dia tetap berdiri tegap. Tak ada luka terlihat, hanya mata tajam yang berkilat penuh keyakinan. Namun, pusaran angin itu terus bergulung, mengejarnya tanpa henti. Wei Xueran tersenyum tipis, seperti seorang pelukis yang siap menggoreskan kuas terakhir. Gerakan pedangnya tampak tak beraturan, seperti mainan anak kecil memotong udara kosong. Tapi, tiba-tiba, suara gemuruh menggelegar. Daun-daun beterbangan, genting-genting rumah peristirahatan melayang ke udara, berjatuhan seperti daun musim gugur. Liuxing menarik pedangnya, menghentikan serangannya. Dia menyadari, Tarian Angin Surgawi tidak akan mampu men
Last Updated : 2024-12-16 Read more