Home / Fantasi / Kembalinya Sang Dewa Pedang / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Kembalinya Sang Dewa Pedang: Chapter 291 - Chapter 300

319 Chapters

Dukungan

Junjie duduk di kursi dekat jendela rumah beroda, menatap keluar dengan wajah muram. Mantelnya telah dilepas, namun hawa panas yang menggantung di udara malam membuat kulitnya tetap berkeringat. Ia menggerakkan kipas lipat kecil yang ia ambil dari meja, berusaha menyejukkan dirinya meski angin malam yang bertiup pun terasa enggan menyapa. Di sudut lain ruangan, Song Mingyu menunduk serius, pena bulunya bergerak lincah di atas kertas. Ia terlihat fokus menulis surat, sebagaimana yang sering ia lakukan akhir-akhir ini. Surat itu akan dikirimkan kepada ibunya, Nyonya Su Yang, yang tinggal jauh di Kota Lingyun. Sementara itu, aroma harum mulai memenuhi rumah beroda kecil mereka, berasal dari dapur sempit tempat Ren Hui sedang sibuk menyiapkan makan malam. Baihua, rubah putih yang setia menemani mereka, duduk diam di sudut dapur, matanya berbinar menunggu sesuatu yang lezat. "Ren Hui, apa yang kau masak?" Song Mingyu bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari suratnya. "Sup iga deng
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Tamu-tamu Tak Terduga

Mereka bertiga menatap pintu rumah beroda yang tertutup rapat. Malam itu hening, hanya ditemani hembusan angin yang membawa aroma lembap tanah dan dedaunan. Namun, keheningan itu pecah oleh suara ketukan. Awalnya pelan, seperti ragu, lalu berubah menjadi irama tetap yang mengundang rasa penasaran.Ren Hui mengangkat wajahnya dari mangkuk bubur jagung. "Aku akan membukanya. Mungkin saja itu petani yang membutuhkan bantuan," ujarnya, meletakkan mangkuknya ke meja dengan gerakan mantap.Junjie dan Song Mingyu saling pandang sebelum mengangguk. Mereka tidak menunjukkan kekhawatiran, namun tetap ada sedikit keheranan. Rumah beroda mereka tengah singgah di tempat terpencil, jauh dari pemukiman dan jalur ramai yang biasa dilalui para pengelana, apalagi di malam hari.Ren Hui melangkah perlahan ke arah pintu, memastikan tangannya tetap stabil saat menarik kait pintu. Ketika pintu terbuka, dia tertegun. Di hadapannya berdiri tiga sosok yang kontras dengan kegelapan
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Aroma Harum Itu Lagi

Keesokan paginya, suasana rumah beroda terasa lebih ramai dibanding biasanya. Yingying sudah berangkat ke pemukiman petani ditemani Song Mingyu. Seorang petani mengetuk pintu sebelum fajar, memohon pertolongan karena istrinya hendak melahirkan. Tanpa ragu, mereka berdua segera membantu.Sementara itu, di sekitar ladang dan hutan yang membentang tak jauh dari tempat mereka singgah, Ren Hui dan Dewa Obat berjalan santai. Cahaya pagi yang hangat menembus celah dedaunan, memantulkan embun yang berkilauan seperti berlian. Ren Hui melirik sekeliling dengan penuh perhatian, mencari jamur liar atau herbal yang bisa ia jadikan bahan araknya. Wajahnya memancarkan antusiasme, seperti anak kecil yang menemukan harta karun.Di dalam rumah beroda, Junjie duduk bersama Wei Xueran, tenggelam dalam tumpukan gulungan yang dikirimkan Chu Wang. Aroma kertas tua bercampur dengan keharuman teh plum dan jujube kering yang tersisa dari sarapan mereka. Sebagian besar gulungan itu berasal d
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Hati Yang Sulit Diselami

Suasana sore hari terasa lebih meriah dengan kehadiran mereka yang berkumpul di rumah beroda. Udara segar mengalir lembut, membawa wangi tanah basah dari hutan terdekat. Yingying dengan cekatan memilah-milah tanaman obat liar yang baru saja di ambil Ren Hui dan gurunya dari hutan. Tangannya yang terampil menyisihkan bagian yang rusak, mencuci setiap helai daun dengan hati-hati, dan menjemurnya di pelataran yang hangat, di bawah sinar matahari sore yang temaram. Suara gemerisik daun-daun kering yang tertiup angin menambah ketenangan suasana.Di dapur, Ren Hui tampak sibuk menyiapkan sesuatu untuk makan malam. Kali ini, dia ditemani oleh Wei Xueran yang cukup cekatan bekerja, meskipun ada beberapa kali pemuda itu tanpa sengaja menambahkan bumbu yang tak sesuai. Meski begitu, senyum tipis tetap menghiasi wajahnya, menikmati kehangatan yang tercipta dari kerjasama yang tak terduga ini.Dewa Obat, yang biasanya selalu tenang, kali ini tampak lebih sibuk daripada biasany
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Aroma Yìcǎo Di Tengah Ladang

Kota Muyun masih cukup jauh, dan malam mulai melarut. Perjalanan melelahkan itu memaksa mereka berhenti di tengah ladang yang baru saja ditanami. Beberapa petak mulai menguning, menandakan waktu panen sudah dekat. Ladang itu memanjang sejauh mata memandang, dengan aliran sungai kecil berkelok di tengahnya, memantulkan sinar bulan yang baru muncul dari balik awan."Aiyo, ternyata lumayan jauh juga memotong jalur ke Utara," keluh Song Mingyu, sambil memutar pinggang hingga terdengar bunyi pelan, seolah membebaskan diri dari penat."Ini memang perjalanan panjang," sahut Junjie yang berdiri di sebelahnya. Ia membawa Lobak, keledai hitam setianya, ke tepi sungai. Air sungai yang jernih dan dingin memercik saat Lobak dengan riang merendam kakinya. Keledai itu mendengus puas, menikmati kesegaran malam.Song Mingyu dan Wei Xueran yang baru saja menambatkan kuda-kuda mereka di pohon plum tua yang tumbuh di tepi sungai, meniru keledai itu. Mereka melepas sepatu dan
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Ingatan Yang Samar

Ren Hui kembali duduk di tempatnya. Pandangannya tertuju pada pria paruh baya yang dikenal sebagai Dewa Obat. Sosok tenang itu tampak tidak peduli meskipun beberapa pasang mata, termasuk murid kesayangannya Yingying, menatapnya penuh tanda tanya."Jangan menatapku seperti itu!" ucap Dewa Obat tiba-tiba, suaranya rendah tetapi penuh wibawa.Tatapannya menyapu semua orang di hadapannya, memaksa mereka kembali menundukkan kepala. Pria tua itu menghela napas panjang, lalu dengan santai meletakkan sumpitnya. "Yìcǎo, rumput ilusi dari Persia," katanya. "Bukan barang aneh jika kita berada di wilayah Keluarga Hong Barat."Suasana seketika hening. Junjie tertegun, lalu bertukar pandang dengan Wei Xueran. Sebagai putra keluarga berpengaruh dalam pemerintahan, keduanya memahami bahwa Yìcǎo bukanlah tanaman sembarangan. Namun, mendengar Dewa Obat berbicara dengan begitu santai membuat mereka sedikit terkejut."Keluarga Hong mendapatkan izin kekaisaran untuk m
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Ladang Bunga Di Balik Pagar Bambu

Seperti yang telah direncanakan, Ren Hui kini berdiri di tepi ladang berpagar bambu. Udara pagi terasa hangat, dengan aroma segar dedaunan dan embusan angin lembut yang mengusik helai rambutnya. Matahari mulai memancarkan cahayanya, membuat bayangan pagar bambu terpantul seperti garis-garis halus di atas tanah. Mereka bertiga, Ren Hui, Junjie, dan Wei Xueran, memperhatikan situasi di sekitar ladang yang sepi, hingga pintu gerbang bambu itu tiba-tiba terbuka dengan suara berderit pelan."Tuan, ini lahan milik pribadi. Mohon maaf, saya tidak bisa membiarkan kalian masuk," ujar seorang pria muda dengan suara sopan. Ia berdiri di depan pintu gerbang, membungkuk hormat, wajahnya tampak sedikit tegang."Ah, begitu ya," Ren Hui mengusap dagunya pelan, senyumnya tipis namun penuh kekecewaan yang tak ia sembunyikan. Ia telah menunggu cukup lama hanya untuk mendengar jawaban ini.Namun, pelayan muda itu melanjutkan dengan nada ramah, "Tetapi, jika Tuan ingin beristi
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Kebersamaan Di Rumah Beroda

Meski rasa penasaran menyelimuti hati mereka mengenai situasi di ladang bunga milik Keluarga Hong, tidak ada seorang pun di antara mereka yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga tersebut. Seolah-olah, ladang itu dikelilingi oleh tabir misteri yang sulit ditembus.Bahkan Wei Xueran tidak sepenuhnya yakin dirinya bisa bertamu dengan bebas. Saat itu, dia hanya mendampingi Chu Wang, dan hal itu tak memberi alasan kuat untuk memulai percakapan santai. Sementara Junjie, jelas tidak akan dengan mudah mengungkap identitasnya sebagai Pangeran Yongle. Kendati hal itu mungkin menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan akses ke salah satu tempat milik Keluarga Hong.“Tuan Muda Wei, apakah kau yakin jika ada orang-orang yang menurutmu bukan bagian dari Kediaman Keberuntungan Besar?” Yingying bertanya hati-hati, nada suaranya seolah mencoba mencari celah kebenaran.Wei Xueran mengangguk mantap, tanpa sedikit pun keraguan di wajahnya. “Ren Hui, kau tadi melihat ses
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Kertas Kimcoa Di Ladang Bunga

Keesokan harinya, di pagi buta, mereka dikejutkan oleh keributan di ladang bunga. Yingying, yang baru saja berganti pakaian, terperanjat dan segera berlari ke teras kamarnya di lantai atas rumah beroda.Dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat serombongan orang berjubah dan bertudung hitam menyerbu masuk melalui pintu gerbang bambu yang dibuka paksa. Angin pagi yang dingin membawa aroma bunga yang terganggu oleh suara gaduh itu. Dengan cepat, ia meraih doupeng birunya dan berlari menuruni tangga kayu yang dingin.“Apa kalian melihatnya?” tanyanya dengan napas terengah pada para pria yang rupanya juga mendengar keributan itu. Ren Hui dan Junjie mengangguk serempak, sementara Song Mingyu dan Wei Xueran tampak kebingungan.“Baru semalam kita membicarakannya, dan pagi ini sesuatu sudah terjadi,” gumam Wei Xueran pelan, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri.“Apakah kita harus membantu?” Song Mingyu melirik Ren Hui dan Junjie, suaranya penuh ke
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Pertarungan Yin Tao Dan Liuxing

Ren Hui memandang tajam ke arah sosok berjubah hitam yang tengah bertarung dengan Yin Tao. Di tengah ladang penuh bunga bermekaran, pedang korset Yin Tao melayang lincah, meliuk seperti ular yang haus darah, lalu melingkar sempurna mengurung lawannya."Liuxing," gumam Ren Hui pelan, seolah nama itu membawa ribuan kenangan yang pahit. Kedua tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih. Di sampingnya, Wei Xueran melirik diam-diam, tatapannya rumit di balik doupeng putih yang menutupi wajahnya.Wei Xueran memahami gelombang emosi yang menguasai Ren Hui. Bagaimana tidak? Guru yang selama ini diyakini telah tiada, kini muncul kembali dengan wajah yang dingin, bukan sebagai penyelamat, melainkan sebagai dalang yang menyebabkan kematian adik seperguruannya, Wang Jian, dan racun yang bersarang di tubuhnya sendiri."Kalau itu terjadi padaku, aku mungkin sudah hancur lebih dari dirimu, Ren Hui," pikir Wei Xueran. Tangan putihnya bergerak tanpa sadar, men
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more
PREV
1
...
272829303132
DMCA.com Protection Status