Semua Bab Kubayar Lunas Tantangan Maduku: Bab 21 - Bab 30

31 Bab

Memilih Anak

Kini Sultan sudah berada di atas mobil ambulans. Lelaki it uterus memanggil istrinya yang tengah ditangani petugas dengan pertolongan pertama.“La. Kamu harus kuat, Sayang!” ucap Sultan sembari menggenggam erat tangan istri ke duanya. Selagi tangan Lala yang lain tengah dipegang petugas yang memasukkan jarum dengan susah payah.“Ibu ini hanya kelelahan saja sepertinya.” Salah seorang perawat mengatakan sambil memasang infus di tangan Lala. “Jadi, Anda tidak perlu khawatir,” sambungnya kemudian.Infus itu pun terhubung ke tubuh beberapa waktu setelahnya. Pemberian obat atau cairan yang dilakukan langsung melalui pembuluh darah Lala. Dosis pemberiannya bertujuan sebagai resusitasi cairan, proses penggantian cairan tubuh karena Lala berada dalam kondisi kritis dan kehilangan banyak cairan.Tetes demi tetes cairan intrafena itu menembus kulit Lala, berharap hal itu akan memberinya kekuatan dan nutrisi yang tidak ia dapatkan ketika masih sadar. Dengan begitu, dia juga bisa bangun segera. D
Baca selengkapnya

Bukan hanya Sultan yang Selingkuh

Di dalam taksi yang membawanya pulang ke rumah duka, Sultan menghubungi Ririn. Namun, tampaknya Ririn sudah sangat kesal kepada pria itu, sehingga panggilan yang sudah ia lakukan lebih dari tiga kali tak juga diangkat. Merasa putus asa menghubungi Ririn, pria yang beristirahat sejak semalam itu akhirnya memilih menghubungi orang lain. Adiknya, Dea.‘Ayolah! Cepat diangkat! Tak peduli jika aku tak beristirahat dan insomniaku tak lagi bisa diatasi. Yang penting sekarang aku bisa tenang karena ikut mengurus serta mengantarkan jenazah anakku untuk terakhir kali.’Sultan bicara sendiri dalam hati. Lagi pula dia tak tahu harus bercerita mengenai masalahnya ke pada siapa? Semua orang membencinya. Bahkan ketika dia menceritakan pernikahan keduanya dengan Lala, dengan menceritakan kelemahannya sebagai seorang laki –laki dan meminta orang lain memahami, nyatanya Sultan hanya mendapat hujatan demi hujatan tak berujung. Bahkan setelah kini dia bersembunyi dari semua orang dan menutup akun sosial
Baca selengkapnya

Kamu Bukan Siapa-siapa

Dea dan ibunya saling pandang. Bingung sekaligus tak terima. Mereka benar –benar membawa Afif pergi sebelum papanya datang. Padahal tadi sempat setuju untuk menunggu sebentar. Namun sekarang … apa yang sebenarnya terjadi?Dua wanita itu menggeleng. Menolak dengan tegas keinginan Dokter David. Sultan adalah papa kandung Afif. Dia-lah yang harus mengantarnya dan memimpin sholat jenazah untuk anak kecil itu. Setidaknya dengan begitu, kabar buruk mengenai Sultan tidak akan semakin menjadi –jadi. Dia tetap ada di sisi Afif sampai anak kecil itu dikubur dalam tanah. Hal itu juga diharapkan Sutini akan menghapus stigma buruk yang terlanjur melekat pada nama Sultan, agar putranya nanti bisa kembali bangkit meski tanpa keterlibatan Ririn lagi.Toh, masih ada Lala yang juga tak kalah handal memanage konten –konten menarik.“Dokter ini siapa? Kenapa berani sekali membuat keputusan? Papanya Afif hanya tinggal beberapa menit saja sampai di sini,” protes Dea. Gadis itu kadung benci kepada pria tamp
Baca selengkapnya

Kenapa Dokter David?

“Tunggu!” Dahi Sultan berkerut –kerut mendengar penuturan pria di ujung telepon. “Anda memberi tahu anak saya sudah dibawa ke masjid, tapi kenapa Anda bilang membawa mamanya? Maksud Anda Ririn, istri saya?” tanya Sultan bingung sekaligus heran.Dahi David lantas mengerut menjauhkan ponselnya sebentar. Seolah dia sedang salah menghubungi seseorang. Heran dan bertanya –tanya. Kenapa seolah papa Afif tidak mengenalnya? Padahal, sebelumnya dia sudah pernah menghubungi pria itu terkait tindakan yang akan diambil untuk istrinya –Ririn.Benarkah karena Sultan sudah menjadi bodoh dan pelupa karena dimabuk cinta kepada Lala. Ah, ya bahkan David sendiri sempat gila karena jatuh cinta kepada Lala. Andai dia tak gila, mungkin tidak akan berdiri dengan gelar dokter sekarang. Namun, setidaknya … di sisi lain dia merasa senang karena Sultan terdengar tak terima Ririn bersama pria lain.“Huft.” David meniup berat. “Itu saja yang ingin saya sampaikan. Assalamu alaikum.”Dokter muda itu pun menutup pan
Baca selengkapnya

Masa Depan Ririn

“Bayi Ibu sepertinya tidak bisa dipertahankan. Dokter bilang ….” “Apa maksud suster? Saya keguguran.” “Ah, bukan begitu. Kita perlu persetujuan suami Ibu untuk mengeluarkan janin tersebut.”“Kenapa? Tidak!” Lala menggeleng tidak terima.“Bu, tenang ya.” Suster tahu apa maksud pasien yang dirawatnya itu. Pasti akan sulit baginya merelakan bayi yang dikandung begitu saja.“Saya tidak akan menggugurkannya apa pun yang terjadi!” Lala menggeleng. Menolak tegas tindakan yang akan diambil dokter dan perawat itu.“Ya, ya. Nanti Ibu bisa mengatakannya langsung ke pada Dokter. Sebentar, saya akan memberi tahu yang lain agar memberi tahu Dokter Anisa.” Perawat itu pun terpaksa meninggalkan Lala meski kondisi psikis wanita itu perlu dikuatkan dan belum stabil. Dia harus memberi tahu dokter agar segera memeriksa kondisi pasien yang baru saja sadar dari pingsannya itu.Sementara Lala yang kondisinya masih lemah, harus larut dalam kecemasan. Dia tak mau kehilangan anak yang nantinya akan menguatka
Baca selengkapnya

Sultan Harus Melunak

"Panggil suamiku sekarang Sus!!" jerit Lala. Dia seolah tak peduli pada ucapan perawat tadi. "Bu sabar, ya." Wati berusaha menenangkan lalu menatap ke arah Haikal meminta penjelasan. Kenapa tak juga menghubungi suaminya?"Eh, maaf. Ponsel saya mati dan masih dicharnge." Haikal beralasan dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. "Tadinya saya sudah menelepon tapi tak juga diangkat. Mungkin sedang sibuk mengurus jenazah," ceplos Haikal."Apa? Jenazah?" Lala yang tadi histeris seketika terdiam. "Jenazah siapa?""Aduh!" Haikal memukul mulutnya karena keceplosan.__________.“Mungkin juga akan jadi masa depan Ririn,” ceplos David begitu saja.“Apa?!” Sultan terkejut sesaat. Ia lalu tertawa pecah. “Hahaha.”“Itu benar, Mas. Aku tidak jadi rujuk denganmu. Hanya orang gila yang akan membiarkan anaknya mati lagi,” ketus Ririn.“Ap –apa?” Tawa Sultan seketika berhenti. Dia pikir ucapan pria tampan yang baru datang itu adalah bentuk sandiwara, agar Sultan cemburu dan semakin berjuang keras
Baca selengkapnya

Laki-laki Sama saja

“Jadi Afif meninggal?” Mata Lala membola. Perempuan itu syok mendengar kematian anak sulung Sultan dan Ririn.Anak yang sebelum ini terus memanggil papanya saat pria itu sedang bersama Lala. Dan bodohnya, Lala tak punya firasat sedikit pun tentang itu. Andai tahu ini adalah saat –saat terakhir Afif, perempuan itu pasti tidak akan menahan suami agar tetap berada di sisinya.“Apa ini salahku?” lirihnya. Namun, suara lirih itu didengar Wati dan Haikal. Mereka berdua semakin bertanya –tanya. Sayangnya, pertanyaan itu cukup menjadi tanya dalam kepala, tanpa bisa meminta penjelasan dari pasien yang sikapnya aneh itu. Lagi pula ini bukan urusan mereka.“Apa kamu sudah menghubungi dokter Anisa?” bisik Haikal.“He em.” Wati menyahut singkat. Dia sudah memberi tahu rekannya tadi agar memanggil dokter yang bertanggung jawab atas kondisi Lala. Namun, tumben lama begini datangnya.Beberapa detik kemudian, seorang perempuan masuk tergesa. “Huft, syukurlah kalau Ibu sudah sadar. Saya sampai meningga
Baca selengkapnya

Dana Rahasia

“Ah, ya. Selamat ya Bapak Sultan, Anda akan menjadi seorang ayah, istri Bapak positif hamil.” Dokter Anisa mengucap dengan senyum manis. Setelah berpikir keras, akhirnya ia membuat kesepakatan dengan pasiennya.“Hamil? Benarkah?!” Mata Sultan melebar diikuti senyum di bibir, karena meski terkejut dia juga sangat senang. Lantas menghambur ke arah Lala dan memeluk tubuh ramping itu.Anisa tersenyum miris. Andai pria tersebut tahu bagaimana kondisi istri yang sebenarnya, mungkinkah dia akan sebahagia itu? Apalagi baru mendapat musibah anak satunya meninggal. Dokter wanita itu tak mengerti kenapa Lala memiliki permintaan nyeleneh begitu.“Alhamdulillah, Sayang. Kamu baik –baik aja, kan?” tanya Sultan duduk di sisi ranjang melihat semua sisi tubuh Lala. Seolah sedang memeriksa, barang kali ada bagian tubuhnya yang mendapat efek dari kehamilan. Dia semakin kepikiran kala melihat wajah pucat istri keduanya tersebut.Lala menggeleng. “Aku baik –baik saja, Mas,” sahutnya. Dia harus bertindak s
Baca selengkapnya

Melaporkan Lala ke Polisi

Inilah resikonya tersambung dengan nomor Sultan. Ririn terpaksa membuka blokiran, demi anak –anak agar bisa tersambung dengan sang papa. Namun, rupanya ada hal lain yang harus ditumbalkan, dia harus melihat status –status yang Sultan buat tanpa berpikir lebih dulu. Apakah hal itu pantas diunggah di saat –saat seperti ini? Saat di mana anak pertama mereka baru saja meninggal dunia, bahkan mereka belum sampai rumah setelah menguburnya.Mamanya benar. Sultan pria yang tak punya otak! Ah, kalau punya otak, mana mungkin dia nikah diam-diam setelah semua pengorbanan Ririn untuknya? Semua perjuangan yang dibalas dengan sakit hati tak bertepi. Betapa tidak, jika dulu Ririn merawat Sultan sepenuh hati kala pria itu sekarat, begitu Ririn yang nyaris mati, Sultan malah berlari kepada Lala. Untung ada David yang tak menyerah menyelamatkan nyawanya. Pria itu walau menyebalkan, dia paling berjasa dalam hidupnya setelah sang ibu sekarang.“Kamu memang bukan manusia, Mas,” dengkus Ririn.“Aku?” David
Baca selengkapnya

Kerja Sama

David mendorong kursi roda Ririn, mereka baru saja memasuki lobi. beberapa petugas di rumah sakit yang mengenal David menyapa dengan pandangan agak berbeda kepada mereka. Meski David balas sapaan dan terenyum, Ririn merasakan hal lain. Ada perasaan tak nyaman, dan hal berbeda dari tatapan serta cara mereka berbisik ketika melihat ke arah wanita itu.“Kenapa mereka bersikap seperti itu?” protes Ririn.“Hem. Aku memintamu untuk mengenakan baju pasien tadi tapi kamu malah menolak. Jadi jangan salahkan aku, jika mereka kita punya hubungan spesial. Kamu harus tahu, aku pria yang cukup populer di rumah sakit ini,” ucapnya di sela langkah mendorong kursi yang diduduki Ririn.“Cih.” Ririn tersenyum masam mendengar perkataan dokter itu. Bagaimana dia tidak menolak memakai pakaian pasien? Dia tak mau ibunya semakin terbebani melihatnya datang sebagai pasien yang sakit.“Apa kita akan melewati kamar ibu hamil?”“Ruang bersalin?”“Hem, dia kan baru hamil.”“Heh, siapa maksudmu?”“Sudahlah. Dokter
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status