All Chapters of Rahasia Besar Suami Pemulung : Chapter 91 - Chapter 100

165 Chapters

Bab 91

rupanya Zahra ketiduran, tiba-tiba Zahra membuka matanya. karena merasa ada tangan yang melingkar di pinggang. sontak Zahra langsung terbangun, saat menoleh ternyata suaminya sedang tertidur pulas. Zahra langsung menepiskan tangan suaminya, tapi aneh..... Nazar tidak bergeming sedikitpun. Zahra terus menatap wajah suaminya yang tampan itu. hidungnya yang mancung, matanya yang bulat, orangnya yang kokoh, serta alisnya yang cukup tebal. "kenapa di saat sakit hatiku mulai tumbuh rasa cinta, ternyata kamu tega menyakiti hati aku mas," Zahra terus menatap wajah suaminya. beberapa hari ini, air mata Zahra terkuras, karena tidak bisa mengungkapkan isi hati, yang terasa menyakitkan bagi Zahra. waktu menunjukkan pukul 04.00 sore, Zahra lalu bangkit dari tempat tidur, dan masuk ke dalam kamar mandi. wajah Zahra sedikit kelihatan segar, sedangkan suaminya masih tertidur pulas. marah-marahnya seorang istri sama suami, tetap saja mau membuatkan makanan. seperti halnya Zahra, set
Read more

Bab 92

"Kenapa?" tanya Nazar sambil berjalan ke arah Zahra. terlihat wajah Zahra meringis menahan sakit di area kakinya. tangan Zahra mengusap-ngusap telapak kakinya. "Kamu kenapa sih Yang?" tanya Nazar. Zahra tidak menggubris pertanyaan suaminya, hanya terus saja mengelus-ngelus kakinya yang terasa ngilu, akibat terantuk ujung meja. ketika Nazar hendak mengusap kaki Zahra, ternyata tangan Nazar langsung ditepis. " tidak usah!" bentak Zahra. sontak Nazar terkejut, mendengar suara Zahra yang berani membentaknya. tapi Nazar tidak berniat sedikitpun untuk melawan istrinya. Nazar malah berjalan menjauhi Zahra. wajah Zahra terlihat kesal, lalu berjalan ke arah tempat tidur, untuk membaringkan tubuhnya. suasana kamar sedikit memanas, walaupun alat pendingin sudah dinyalakan. Nazar asyik menata ponselnya, tidak ada niatan untuk kembali mendekati istrinya. sampai keesokan harinya, Zahra masih bersikap dingin. saat sedang berganti pakaian, tiba-tiba ada tangan yang melingkar di pingga
Read more

Bab 93

Dilan dan Zia langsung menang oleh ke arah pintu, Dilan mengenali suara yang memanggil dirinya diluar. "itu bukannya ibumu Mas?"tanya Zia sambil menunjuk ke arah luar. "iya, ada apa dengan ibu ya?"jawab Dilan. "coba kamu lihat ke sana, Siapa tahu ibumu ada perlu," Zia langsung menyuruh suaminya untuk ke depan. Dilan langsung berjalan ke depan diikuti oleh istrinya. untungnya kedua orang tua Zia sedang pergi ke rumah Rina adiknya Hanum. "Kamu! benar dugaanku, kamu berada di rumah si perempuan materialis ini! ayo pulang Dilan! kamu tidak boleh tinggal di sini!" ucap Ibu Dilan dengan suara keras. Zia langsung melebar matanya saat mendengar perkataan ibunya Dilan. "apa maksud ibu bicara seperti itu?" tanya Zia dengan dengan wajah kesal."ibu pulanglah, Dilan memutuskan untuk tidak jadi bercerai dengan Zia, tolonglah Bu. kami masih saling mencintai dan menyayangi. untuk masalah hutang, nanti kita bicarakan ke depannya bagaimana, pulanglah dulu Bu," ucap Dilan melunak. "tidak, ka
Read more

Bab 94

"Siapa dia?" tanya Zahra dalam hati, karena merasa asing mendengar suara tadi. "nyonya ada tamu di depan," ucap Mbok Minah, yang sudah berdiri di hadapannya."siapa?"katanya Zahra. "entahlah, dia menanyakan Tuan Nazar," jawab Mbok sambil berlalu dari hadapan Zahra. bergegas Zahra ke depan, untuk melihat tamu siapa yang datang. Zahra langsung melebar matanya saat melihat tamu yang ada di depan rumah. Jantungnya langsung berdetak cepat, pikirannya kacau, hatinya benar-benar merasa perih. ternyata wanita yang datang ke rumahnya, tak lain wanita itu yang pernah dilihat Zahra bersama suaminya di cafe.tapi Zahra harus terlihat tegar di depan wanita itu. Zahra tidak ingin terlihat rapuh, Zahra langsung menguasai keadaan. "Mas Nazar ada?" tiba-tiba wanita itu bertanya. "Mas!" pakai Zahra dalam hati, karena tidak menyangka wanita itu akan memanggil suaminya dengan sebutan "mas".Zahra menatap wanita yang ada di depannya, matanya tidak berkedip. "Mbak, Apakah Mas Nazar ada di rumah?" t
Read more

Bab 95

"Sayang," Desis Zahra. hati Zahra benar-benar sakit, mendengar kata sayang, keluar dari mulut Nazar."kenapa kamu tega Mas, padahal panggilan itu hanya untukku. tapi kamu pakai juga untuk memanggil wanita selingkuhan kamu itu," gumam Nazar.Zahra melihat suaminya masih berbincang-bincang melalui telepon. kata-kata Nazar sangat lembut, membuat Zahra semakin teriris hatinya. lidah Zahra terasa kelu, hati tersayat bagaikan sembilu, jantung berdetak bertalu-talu. "kamu tega Mas! kamu tega!" jerit Zahra dalam hati. "ternyata aku, sudah memberikan segalanya, sia-sia saja mas, Kamu benar-benar tidak mempunyai hati dan perasaan!" kembali Zahra menjerit-jerit. Setelah selesai menelpon, Nazar keluar dari kamar dan membiarkan Zahra seorang diri. semakin sakit hati Zahra, ternyata keberadaan dirinya tidak dihiraukan lagi. "aku akan menerima dengan ikhlas Mas, seandainya kita berpisah. Maafkan Aku, karena waktu itu aku juga terpaksa menikah denganmu hanya karena sebuah adat istiadat," Zahra
Read more

Bab 96

"Sebaiknya Mas segera ceraikan aku!" ucap Zahra dengan tegas. "Hah!!"pekik mereka berdua. Zahra sudah mengambil keputusan dengan bulat, cinta dan kasih sayangnya merasa dipermainkan oleh Nazar. Zahra minta pisah saja Nazar, daripada nantinya sakit dan sakit terus. apalagi ini masalahnya dengan hati, yang namanya hati sudah sakit, susah untuk disembuhkan. Zahra ingin menjaga hati dan perasaannya, karena tidak mungkin dengan kondisi seperti ini, Zahra mempertahankan rumah tangganya dengan Nazar. Zahra memejamkan matanya, menahan segala sakit yang dirasakannya saat ini. kasih sayang dan cinta Nazar, semuanya palsu belaka. sekarang yang ada di hati Zahra, hanyalah sebuah kebencian. cinta dan kasih sayangnya yang diberikan sama Nazar terkikis sudah. "sudahlah Mas, ceraikan saja Aku. Aku tidak ingin saat hati dan perasaanku menjadi sakit," ucap Zahra. Nazar dan wanita itu masih terdiam, mereka terus menyimak pembicaraan Zahra. "kenapa kamu diam Mas? berarti benar selama ini k
Read more

Bab 97

"Tapi apa Mbak?" tanya Naima cepat. "kenapa kalian menyembunyikan semuanya ini?"jawab Zahra sambil bertanya. "Lah, Mas Nazar saja menyembunyikan pernikahan, tanpa membuka identitas dirinya kan," tukas Naima. "Non!" pekik Mbok Minah yang tiba-tiba muncul dari kamar belakang. "Mbok!" Naima langsung bangkit dari tempat duduk, lalu berpelukan dengan asisten yang sudah lama bekerja di rumah ini. "Non, kirain bok nggak datang ke sini lagi," ucap Mbok Minah. Naima lalu membimbing Mbok Minah, duduk di kursi. tangannya tak lepas dari tangan Mbok Minah. "Datang dong Mbok, kan Mas Nazar yang minta. jadi ya aku datang dong," jawab Naima yang terus bergelayut manja di lengan Mbok Minah. Zahra melongo melihat pemandangan yang ada di depannya. mulutnya bagaikan terkunci, tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi. "Aku sengaja tidak ditinggal di sini, Aku tinggal di rumah yang lainnya Mbak. karena memang ada pekerjaan yang harus kami selesaikan," ucap Naima. "Terus, kenapa tadi pag
Read more

Bab 98

sepasang suami istri itu kembali memadu kasih, apalagi beberapa hari ini Zahra dan Nazar sibuk dengan urusan masing-masing.Zahra dan Nazar berkali-kali mendaki puncak kenikmatan, Zahra merasa bergairah sekali saat ini. begitu pula dengan Nazar, malam ini mereka lewati dengan permainan yang panas sekali.keesokan harinya."Mbak, lagi masak apa nih?" tanya Naima, kebetulan Zahra sedang berada di dapur, menyiapkan sarapan pagi buat suami dan adik iparnya. "ini, kesukaan mas mu, dia suka sekali kan makan nasi goreng dengan telur ceplok seperti ini nih," jawab Zara sambil menunjuk ke arah telor ceplok bertabur bawang goreng dan disiram kecap. "Mbak tahu dulu dari siap? Mbok Minah ya?" tanya Naima. "iya, memang benar setiap hari makannya seperti ini ya? kecuali kalau tidak ada di rumah baru," jawab Zahra."nggak juga Mbak, tapi memang makanan kesukaan saat sarapan pagi itu," jawab Naima sambil meraih Sandakan. Naima ternyata orangnya tidak mau dilayani, Zahra melihat Naima membuat teh
Read more

Bab 99

"Sudahlah Mbak, sesekali kita barengan yuk. kasihan nih bos kita," selak Naima.Tapi Zahra terlihat ragu-ragu, hatinya bimbang. karena merasa berat dengan pekerjaannya. "aku yang minta izin sama Bos kamu, sudahlah jangan terlalu banyak pikiran," kata Nazar yang mengerti dengan isi hati istrinya. hati Zahra sebenarnya belum percaya seratus persen, dengan penjelasan Nazar tadi malam. masih ada keraguan didalam hatinya. Zahra ingin tahu lebih banyak tentang diri suaminya itu."ayolah Mbak, siap-siap dulu gih. kita temenin bos kita nih," kembali Naima berbicara sama Zahra."baiklah," Zahra langsung bangkit dari tempat duduknya, kemudian masuk ke kamar dan bersiap-siap untuk pergi dengan suami dan adik iparnya. "kita ke mana Mas?" tanya Naima yang duduk di belakang Zahra. "jalan-jalan saja, tapi sebelumnya kita berhenti dulu ya di depan sana. Mas ada keperluan sebentar," jawab Nazar.tak lama kemudian, Nazar menghentikan mobilnya di pinggir jalan. lalu keluar dari mobil. Zahra melihat
Read more

Bab 100

"Apakah ini dengan saudara Zia? kami dari koperasi xxxxxx. kami mohon agar ibu anda segera melunasi pinjaman."sontak Zia matanya langsung melotot saat membaca isi pesan itu. kening Zia langsung berkerut karena tidak mungkin kalau ibunya berhutang sama sebuah koperasi.lalu Zia memijat pelipisnya. "aku tahu, ini pasti ulahnya Ibu Mas Dilan. kurang ajar banget itu mertua!" geram Zia dalam hati."aku harus datang ke rumah ibunya Mas Dilan."bergegas Zia bangkit dari tempat duduk, lalu bersiap-siap melabrak mertuanya.pikiran Zia bercabang, terlintas dalam pikirannya, saat melihat foto-foto kakaknya tadi. dimana Zahra sedang berlibur bersama suaminya. "aku juga bisa seperti kamu mbak," desis Zia.sepanjang perjalanan menuju rumah ibu mertua, hati Zia terus aja ngomel-ngomel. sudah beres masalah yang satu, datang lagi masalah yang lain. dan tentu hal ini membuat hati Zia kembali jengkel. "ibu!!" Teriak Zia ketika tiba di depan pintu rumah mertuanya. "heh! tidak usah berteriak-teriak! a
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status