All Chapters of Istri Pelupa yang Kau Buat Luka : Chapter 41 - Chapter 48

48 Chapters

Keintiman di Kamar Mandi

"Mas Anjas, Mas kan tahu ya kalau aku sakit Alzheimer dan aku rasa aku lagi hamil sekarang Mas, kok nggak nemuin obat ya buat aku?" Nasya mencari-cari di lemari, mungkin sesuatu yang bisa membuatnya mempertahankan ingatannya lebih lama. "Oh soal itu, aku belum bicara soal dokter." Anjas yang baru saja masuk ke dalam kamar, di keningnya terlihat keringat dingin. "Aku mau mandi dulu ya sayang, aku mau berangkat ke kantor." Anjas yang sekarang masuk ke dalam kamar mandi pribadi mereka. Nasya hanya menggelengkan kepala, "Mas kalau aku punya obat tolong taruh aja di atas nakas ya. Terus tulis keterangannya." "Hmm." Kerang air kini menyala tanda bahwa Anjas sedang mandi di dalam sana. Pagi-pagi sekali dan Anjas bahkan tidak bisa menghilangkan stresnya saat ini. Sangat mirip karena dia sendiri sulit untuk tenang di rumahnya sendiri. Dia membiarkan setiap butir air yang keluar dari shower jatuh di atas tubuhnya dan mengingat apa yang tadi pagi dia lakukan dengan Anara, dan dengan sadar d
Read more

Roy

Sarapan sudah berada di atas meja, Nasya yang merasakan tubuhnya sedikit pegal tetapi masih terasa segar karena dia baru saja mandi dan sekarang berada di dapur, tapi mata Nasya tak menemukan Anara. Karena yang sekarang menyajikan sarapan adalah ibunya, membuat Nasya cukup heran kenapa ada sang ibu di dalam dapur. Dia tidak mampu mengingat akan kedatangan sang ibu. Tentu Nasya sadar bahwa dia menderita penyakit lupa ingatan tapi ini sangat menyiksanya, dia merasa takut dan tidak bisa berpikir lebih berat lagi karena dia akan jatuh pingsan seperti sebelumnya jika dia memaksa untuk mengingat apa yang terjadi padanya. Keseimbangan tubuhnya hampir saja menghilang ketika dia terus menerus memaksakan diri, dan membuat kedua orang tuanya merasa cemas. "Kamu baik-baik saja toh, Nak?" tanya sang ibu, tapi Nasya tidak menjawab, ayahnya yang diam membisu dengan tatapan yang kosong itu menarik kursi dan mempersilakan putrinya untuk duduk. "Sejak kapan kalian datang?" Kedua orang tuanya sali
Read more

Mengancam

"Aduh bagaimana ini, Nak Anjas, bagaimana semuanya bisa terjadi, kenapa Anara tiba-tiba berpikiran mau bunuh diri." Suara wanita setengah baya ini, mulai meneteskan air mata dan mondar-mandir di hadapan pintu ruang rawat. "Entahlah Bu, Anjas juga nggak tahu." Anjas merasa bahwa Anara melakukan semua ini hanya untuk menarik perhatian atau hanya akal bulus saja, tapi saat ini bukan hal itu yang harus dipikirkan Anjas. "Nasya, bagaimana dengan Nasya? Seseorang harus pulang dan jagain Nasya." Tatapan wanita ini kini berada pada sang suami. "Pak, bapak sebaiknya pulang dan jagain Nasya biar Ibu aja yang di sini. Nak Anjas juga harus pergi kerja." Tatapan Anjas mengarah kepada ayah mertuanya yang sedang bicara dengan istrinya menggunakan bahasa isyarat, yang tidak begitu dipahami oleh Anjas. "Baiklah Bu, biar aku antar Bapak ke rumah, terus aku ke perusahaan." "Iya Nak, Iya, biar ibu di sini." Maka Anjas dan ayah mertuanya itu pun berjalan pergi dari sana, dan saat mereka berjalan men
Read more

Memberitahunya

"Kenapa kamu tiba-tiba tutup pintunya, kenapa harus dikunci?" kata Anjas yang sekarang masuk ke dalam rumah bersama sang ayah mertua. "Aku juga nggak ingat kenapa aku kunci rumahnya, kok Mas bareng bapak, sih. Pak bapak nggak sama ibu?" Sang ayah menggelengkan kepala dan berbicara dengan bahasa isyarat yang berkata, 'Adik kamu di rumah sakit, ibu mu harus jagain dia.'Setelah mengetahui hal itu, Nasya langsung cemas tapi Anjas tidak menggubris dan hanya mengambil tas lalu pergi dari sana menuju kantor. Dia pasti akan kena marah lagi, dia sudah berkali-kali terlambat. Sebenarnya sebelum ini dia jarang kena marah oleh Jaka, dan lebih sering ditegur oleh kepala divisi, tapi entah mengapa akhir-akhir ini Jaka sering kali memarahinya. Anjas berusaha untuk tidak berpikir sesuatu yang aneh, dia hanya ingin bekerja dengan tenang dan hidup dengan tenang pula. Tapi keputusannya untuk berselingkuh dari Nasya ditambah dengan penyakit Nasya yang tiba-tiba diderita olehnya tentu cukup merepotk
Read more

Mengingat

"Memangnya ada apa sih Nak, sampai kamu harus mencoba untuk bunuh diri?" Saat ini sang ibu sudah berada di dalam kamar rawat Anara. Gadis dengan wajah imut yang menggemaskan ini hanya tampak cemberut, dia sudah bangun beberapa saat lalu. "Aku stres Bu, aku nggak mau balik ke desa, aku benci di sana." Nada suara Anara ketus dan membuat sang ibu seoalah merasa bersalah. "Aduh apa cuman gara-gara itu ya?" Sang ibu duduk dan merenung dengan wajah yang lemah, tentu dia merasa heran kenapa putrinya sampai benci untuk kembali ke desa. "Cuman? Bu, orang-orang yang ada di desa itu jahat-jahat, omongan mereka nggak bisa aku toleransi, apalagi kalau tahu aku nggak masuk kuliah, pasti mereka bakal terus bergunjing!" Suara Anara mulai membesar. "Tetapi bagaimana dengan Bapakmu, Nak, kalau kamu nggak balik siapa yang akan jagain bapakmu." "Ya Ibu lah!" Suara itu semakin membesar, "Mana mungkin aku mau jagain bapak, toh dia udah dewasa, usah mau kakek-kakek juga, kenapa harus dijagain! Lagian
Read more

Terapi

"Aku ... Merasa bahwa aku ingat semuanya Mas," ucap Nasya dan menatap ke arah Anjas, "Aku bisa mengingat sesuatu yang terus-menerus terjadi, ibu dan bapak ada di sini, tapi untuk kejadian-kejadian lain, aku ... Aku masih sulit mengingat semuanya." Anjas yang masih mengunyah makanan memutar bola matanya mengarah pada Anara yang terlihat pucat dan kemudian mengarah ke ayah mertuanya. "Wah bagus lah kalau begitu, ada perkembangan, Nasya." Sang ibu tersenyum dan Nasya ikut tersenyum ke arahnya. "Hmm, aku juga senang, Nasya. Aku senang kamu bisa memperlihatkan perkembangan sekarang sayang." Anjas mengelus punggung tangan istrinya dan tersenyum kepadanya. Tapi Pak Arif yang telah melihat semuanya, menyaksikan kejahatan Anjas terlihat sama sekali tidak tersenyum. Mata Pak Arif memandang ke arah Anara yang juga membalas tatapan ayahnya dengan tatapan yang tajam seolah dia memberikan ancaman pada ayahnya sendiri. "Tapi aku tidak senang, karena ibu dan bapak akan segera pergi dari sini." N
Read more

Puzzle

"Puzzle?" gumam Anjas setelah melihat sebuah puzzle di atas meja. "Punya siapa ini?" "Punyaku, Mas." Nasya tiba-tiba muncul dengan snack dan beberapa makanan yang lainnya berada di tangan miliknya. "Aku mencoba mempertahankan ingatanku," ucap Nasya yang semakin membuat Anjas tidak senang. "Apa maksud kamu, Nasya? Kenapa kamu tiba-tiba seperti ini? Memangnya siapa yang ngasih tahu kamu soal ini, ha?" Nasya lalu mengangkat pandangannya ketika dia sudah duduk di atas sofa, menatap sang suami dan berkata, "Ini terapi Mas, aku lihat catatan aku di lemari kalau puzzle bisa membantu mempertahankan daya ingat. Aku tidak tahu kapan aku tulis catatan itu. Jadi setelah aku baca mungkin saja aku langsung pesan di olshop. Kurirnya udah datang tadi, tapi aku bahkan tidak ingat kapan aku pesan puzzle ini seandainya nggak ada catatan di lemari." Nasya siap-siap membuka puzzle yang baru didapatkannya itu, kurir juga baru saja datang ke rumah dan saat itu Nasya bahkan tidak ingat bahwa memesan puz
Read more

Jalan Bersama Mu

Ruangan sejuk nan rapi, dengan dinding cream yang terang dan pria berjas hitam duduk di belakang meja. Matanya fokus ke depan ke arah layar komputernya, dia di sini memandangi semuanya.Ya dia sudah bekerja sama dengan ayah Nasya untuk memasang kamera tersembunyi di rumah itu sehingga Jaka bisa memantau apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang dilakukan oleh Nasya di dalam rumah itu. Serta akan banyak bukti untuk melawan Anjas nanti, satu-satunya hal yang diinginkan Jala saat ini adalah mendapatkan Nasya dan bagaimana Nasya bisa berpisah dengan Anjas. Dia juga melakukan apa pun agar dia tahu jadwal Anjas, kapan dia keluar dan kapan Anara tidak berada di rumah sehingga Nasya hanya sendirian di rumah itu. Hal itu tentu diharapkan oleh Jaka dan semua aktivitas sudah tertulis di kertas-kertas yang terlihat rapi di atas meja Jaka si pengusaha sukses. "Jadi ini yang kamu lakukan Anjas, ini yang kamu lakukan kepada Nasya?" Jaka sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dan pada akhirnya dia be
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status