Semua Bab KETIKA UCAPAN SUAMIKU BERUBAH JADI DOA: Bab 11 - Bab 20

31 Bab

Prasangka Buruk

Daripada mengandalkan Farouk, Bram lebih memilih seorang detektif yang dipercayainya. Dia turun tangan langsung tanpa memberitahu sahabatnya itu."Jangan beritahu siapapun tentang ini!" Bram berkata pelan, lalu menyerahkan amplop berisi uang. "Terutama Farouk, jangan sampai dia mengetahui tentang tugas yang aku berikan padamu!"Dia hanya ingin menjaga hubungan persahabatannya dengan Farouk."Siap, Bos." Varun menerima upahnya, lalu berpamitan. "Kalau begitu saya permisi dulu!"Sepeninggal Varun, Bram kembali memeriksa satu persatu berkas di mejanya. Karena kondisi Jihan menjadi pusat perhatiannyaa, dahi Bram seketika mengkerut."Kamu hamil dan tak memberitahunya padaku." Kedua tangan Bram mengepal sempurna. "Apa kamu ragu tentang siapa ayah dari anakmu itu?" Prasangka buruk masih melekat dalam diri Bram. Penyebabnya karena Farouk selalu mempengaruhinya sepanjang waktu. Setiap ada kesempatan, Farouk akan membahas tentang kejelekan Jihan. Entah dari mana, pria itu akan selalu mendapat
Baca selengkapnya

Memberontak

Tekad Bram sudah bulat. Pria itu berniat menemui Jihan secara langsung. Tujuannya tak lain hanya untuk memastikan ayah dari bayi yang dikandung Jihan.Meskipun sang ibu sempat menahan kepergiannya, tapi Bram bersikeras untuk meninggalkan rumah saat itu juga."Ini sudah pukul 10 malam, tapi dia belum juga kembali." Yuda mondar-mandir di ruang tamu. "Jangan sampai perangai buruknya kambuh i lagi setelah setuju dengan pernikahan ini."Kekhawatiran jelas terlukis di wajah Yuda. Saat mengetahui keputusan sepihak dari Bram, dia masih ingin bicara banyak dengan sang anak terkait jadwal pernikahan yang tiba-tiba ditunda oleh putranya sendiri. Marisa juga merasa cemas. Tampak jika wanita itu tidak sanggup duduk berlama-lama. Sebelumnya, Bram sudah memberikan alasan yang tepat untuk Marisa. Maka dia pun menjelaskan hal yang sama pada suaminya. "Bram ingin ke kampung, katanya ada pekerjaan mendadak di sana, jika dibiarkan, usahanya itu akan berantakan dan sia-sia, itu sebabnya dia ngotot ber
Baca selengkapnya

Kedatangan Bram

Bab 13.Pada malam sebelumnya.Bram tiba di desa Siama pada dini hari. Begitu menginjakkan kaki di perkampungan tersebut, tiba-tiba dia merasa asing dengan tanah kelahiran ibunya itu.Mungkin karena penampilan Bram terlihat berbeda saat ini, membuat pria itu dipandang aneh saat akan memasuki area rumah kontrakan yang pernah dia tempati bersama Jihan."Maaf, tujuan bapak mau ke mana ya?" Seorang satpam yang biasa keliling desa menegur Bram. "Ini sudah lebih dari tengah malam, orang luar tidak boleh berkeliaran di sini!"Bram menatap rumah di depannya. Jaraknya hanya sekitar beberapa meter saja. Namun dia tersadar jika mereka mungkin tidak berhak atas rumah itu lagi . Rumah kontrakan itu sudah mereka tinggalkan, harusnya dia tidak kembali ke sana.Kepada Jihan, Bram mengenalkan diri sebagai orang biasa. Dia selalu mengatakan jika pekerjaan orang tuanya hanyalah pegawai biasa dan menjalankan bisnis seadanya."Maaf, sepertinya aku salah alamat."Karena Jihan masih dirawat di rumah sakit
Baca selengkapnya

Kehilangan

Sementara itu, Jihan semakin bingung dengan pertanyaan Bram. Sakit hati terhadap pria itu saja belum menghilang, sekarang, tuduhan demi tuduhan bermuculan lagi. Hal itu membuat Jihan shock hingga kesulitan untuk berkata-kata.Bahkan keterkejutan itu melemahkan pikiran Jihan. Dia hanya sanggup bertanya dalam hati. Apanya yang puas?Alih-alih berpuas diri, Jihan justru sedang menderita lahir dan batin, semua orang menjauhinya. Bahkan orang-orang terdekatnya tidak menginginkannya lagi.Melihat diamnya Jihan, hati Bram semakin panas. Prasangka buruknya semakin menjadi. Bukannya merasa iba, dia malah menghina sesuka hati."Ternyata yang dikatakan Farouk benar adanya, kamu sangat egois, Jihan. Karena banyak yang mengakui kecantikanmu, kamu menjadi angkuh berbesar kepala. Selama ini kamu hanya memikirkan kepuasanmu saja!""Aku ... aku tidak mengerti ... Bram .... aku ...," meski terbata-bata, akhirnya suara Jihan keluar juga.Namun oleh Bram langsung dihentikan. "Cukup ... mulai sekarang l
Baca selengkapnya

Menyerah

Tidak ada harapan lagi untuk hubungan mereka, Jihan berpikir demikian. "Aku menyerah," gumamnya pelan sambil menatap ibunya yang terbaring tak sadarkan diri.Sementara Velove yang berdiri tidak jauh dari Jihan sudah tidak sabar mendengar keputusan yang akan diambil oleh keponakan cantiknya itu. "Bagaimana ...?""Aku setuju." Jihan sudah memantapkan diri untuk melupakan Bram dan juga cinta pria itu. Suaminya itu tidak hanya mencampakkannya tapi juga tidak mengutuknya berulang kali.Sekarang, Sona juga masih butuh biaya banyak untuk pengobatannya, sedangkan Jihan sendiri tidak bisa melakukan pekerjaan apapun selama masa kehamilan."Serius ...?" Lonjakan kebahagiaan terlihat jelas di wajah Velove. Sudah berbulan-bulan lamanya menunggu, akhirnya Jihan menerima tawarannya juga. Jika dikalkulasikan, hutang keluarga Jihan yang tercatat sudah tidak terhitung jumlahnya. Velove pun menyiapkan banyak hal. "Tenang saja, selama kamu menuruti semua perintah dariku, hidup Sona dan bayi dalam kandu
Baca selengkapnya

Pengalaman Tentang Sekss

"Semua aman, Bos." Setelah berhasil meyakinkan atasannya, Velove langsung menutup panggilan. Selang beberapa detik, wanita mata duitan itu sudah berada di ruangan Sona. "Sudah selesai?" Velove bertanya pada Jihan yang saat itu sedang mengemasi pakaian. "Ya," Jihan menjawab singkat. Hari itu juga, Jihan bersama ibunya akan terbang ke sebuah tempat yang ditentukan oleh Velove. Sang ibu yang masih belum sadarkan diri juga diikutsertakan, namun dengan pengawasan dari seorang perawat. Malam harinya. Begitu tiba di kota, Jihan langsung dibawa oleh bibinya untuk menemui sang bos. "Tolong jaga ibuku dengan baik, Kak Sari!" Jihan meminta pada perawat yang ditugaskan oleh Velove. Sari belum sempat menjawab ketika Velove sudah lebih dulu memotong. "Itu tergantung dari kepatuhanmu, Jihan. Jika kamu tidak sengaja menimbulkan masalah, maka ibumu akan selalu aman selama berada di sini," katanya dengan tegas. Selain tentang ibunya, Jihan juga masih penasaran tentang bayinya. Kepa
Baca selengkapnya

Lebih Suka Aroma Lembut

"Aku dengar kamu sudah pernah hamil tanpa seorang suami, itu artinya kamu adalah wanita yang termasuk liar," kata Alex dengan tatapan penuh hasrat.Di bawah tekanan dan tatapan tajam Alex, tubuh Jihan seketika bergetar. Dia kesulitan menelan salivanya sendiri hingga sulit untuk mengucapkan sesuatu. "Sekarang beritahu padaku, bagaimana cara kamu merayu seorang pria? Tunjukkan semua keahlianmu yang bisa memberikan untung sepanjang masa untukku!" Sebenarnya, Jihan bertekad untuk membela diri. Dia ingin membersihkan namanya yang dicap sebagai wanita murahan dan hamil di luar nikah.Akan tetapi, sebelum Jihan menjawab, Alex sudah lebih dulu menarik tubuhnya.Jihan tersentak dan jatuh di pangkuan Alex. Pria itu pun mulai menghidu tubuhnya. "Aroma tubuhmu terlalu lembut dan alami, aku tidak terlalu menyukainya," Alex mengejek sambil mengernyitkan dahinya. "Apa Velove tidak memberitahumu?" Berbeda dengan Bram, Alex lebih menyukai wanita dengan parfum mencolok. Semua wanita yang mendekatin
Baca selengkapnya

Melepas Jihan

Giliran Jihan yang melihat Bram. Ketika Jihan keluar dari kamar, berjalan menuju ruangan yang lainnya, dia melihat sekilas wajah pria yang masih berstatus suaminya itu.Jihan mematung. "Bukankah itu Bram?" Dari balik lemari hias di depannya, Jihan mengamati gerakan kedua pria yang sedang berangkulan itu. Tampak keduanya berjalan menuju pintu utama."Jadi Bram berteman baik dengan tuan Alex?" Jihan sangat yakin karena kedua pria itu terlihat akrab.Di luar.Sebelum Bram meninggalkan apartment, terjadi obrolan singkat antara Bram dan Alex."Aku hanya ingin kamu memberi sedikit pelajaran pada Sam, dengan begitu dia bisa menjaga mulutnya!" Bram meminta pada Alex karena dia sendiri tidak ingin mengotori citranya yang selalu terlihat baik."Itu sangat mudah bagiku," Alex menyambut dengan santai. "Ngomong-ngomong wanita seperti apa yang kalian perebutkan itu?" Alex tampak penasaran. Dari cerita singkat yang baru didengarkan Alex, Bram dan Sam tengah bermasalah karena persoalan wanita. Ha
Baca selengkapnya

Bertukar Posisi

Mendengar ucapan Alex, tubuh Jihan seketika menegang. Dia terdiam kaku di hadapan pria itu. Menggantikan posisi Monika? Bukankah wanita itu adalah rekan Alex yang baru saja tewas karena serangan musuh? Kenapa aku yang harus menggantikannya? Apa aku terlihat sekuat itu? Jika Monika tewas terbakar, bisa saja Jihan lebih parah nantinya. Jihan menelan ludah dengan pahit sekaligus merinding membayangkan nasib selanjutnya. Menggantikan posisi Monika tentu sama saja menyerahkan hidupnya secara gratis. Tapi apa bedanya bertahan di kota ini jika kenyataannya dia hanya akan dijadikan sebagai wanita penghibur para lelaki mesum. Toh, hidup Jihan saat ini sudah menjadi milik Alex. Mereka bahkan memiliki perjanjian yang sudah disepakati secara sadar. Jika boleh menolak, Jihan masih ingin melakukan negosiasi. Namun sebelum dia mengeluarkan suara, Alex sudah menambahkan lagi. "Dulu Monika juga sama seperti kamu, lemah dan penakut, tapi lama kelamaan dia menjadi wanita yang tangguh. Di
Baca selengkapnya

Melongo

"Kamu mau berbulan madu ke mana, Sayang?" Pada malam pertama, Bram telah menawarkan beberapa hadiah pernikahan untuk Jihan. Saat itu, dia belum berkata jujur tentang kekayaan yang dimiliki keluarganya.Dalam setiap kesempatan, Jihan yang merupakan anak desa selalu berhemat dalam kehidupannya. Dia terbiasa menabung untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Jadi tidak heran jika Jihan tidak berharap lebih dari suaminya. "Di mana pun tempatnya, bagiku akan sama saja asal selalu bersama denganmu," Jihan menjawab."Sama sekali tidak ada tempat tujuan untuk berbulan madu?" Bram masih berharap Jihan memberi satu pilihan.Jihan langsung menggelengkan kepalanya. "Lebih baik uang buat keperluan itu kita tabung saja.""Tapi aku tetap ingin membawamu ke satu tempat yang jauh dan indah di mana hanya ada kita berdua saja."Sifat kekeuh yang dimiliki Bram membuat Jihan berpikir sejenak. "Apa tempatnya mengharuskan kita untuk menaiki pesawat?""Tentu saja," jawab Bram dengan pasti.Sedangkan Ji
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status