Tidak ada harapan lagi untuk hubungan mereka, Jihan berpikir demikian. "Aku menyerah," gumamnya pelan sambil menatap ibunya yang terbaring tak sadarkan diri.Sementara Velove yang berdiri tidak jauh dari Jihan sudah tidak sabar mendengar keputusan yang akan diambil oleh keponakan cantiknya itu. "Bagaimana ...?""Aku setuju." Jihan sudah memantapkan diri untuk melupakan Bram dan juga cinta pria itu. Suaminya itu tidak hanya mencampakkannya tapi juga tidak mengutuknya berulang kali.Sekarang, Sona juga masih butuh biaya banyak untuk pengobatannya, sedangkan Jihan sendiri tidak bisa melakukan pekerjaan apapun selama masa kehamilan."Serius ...?" Lonjakan kebahagiaan terlihat jelas di wajah Velove. Sudah berbulan-bulan lamanya menunggu, akhirnya Jihan menerima tawarannya juga. Jika dikalkulasikan, hutang keluarga Jihan yang tercatat sudah tidak terhitung jumlahnya. Velove pun menyiapkan banyak hal. "Tenang saja, selama kamu menuruti semua perintah dariku, hidup Sona dan bayi dalam kandu
"Semua aman, Bos." Setelah berhasil meyakinkan atasannya, Velove langsung menutup panggilan. Selang beberapa detik, wanita mata duitan itu sudah berada di ruangan Sona. "Sudah selesai?" Velove bertanya pada Jihan yang saat itu sedang mengemasi pakaian. "Ya," Jihan menjawab singkat. Hari itu juga, Jihan bersama ibunya akan terbang ke sebuah tempat yang ditentukan oleh Velove. Sang ibu yang masih belum sadarkan diri juga diikutsertakan, namun dengan pengawasan dari seorang perawat. Malam harinya. Begitu tiba di kota, Jihan langsung dibawa oleh bibinya untuk menemui sang bos. "Tolong jaga ibuku dengan baik, Kak Sari!" Jihan meminta pada perawat yang ditugaskan oleh Velove. Sari belum sempat menjawab ketika Velove sudah lebih dulu memotong. "Itu tergantung dari kepatuhanmu, Jihan. Jika kamu tidak sengaja menimbulkan masalah, maka ibumu akan selalu aman selama berada di sini," katanya dengan tegas. Selain tentang ibunya, Jihan juga masih penasaran tentang bayinya. Kepa
"Aku dengar kamu sudah pernah hamil tanpa seorang suami, itu artinya kamu adalah wanita yang termasuk liar," kata Alex dengan tatapan penuh hasrat.Di bawah tekanan dan tatapan tajam Alex, tubuh Jihan seketika bergetar. Dia kesulitan menelan salivanya sendiri hingga sulit untuk mengucapkan sesuatu. "Sekarang beritahu padaku, bagaimana cara kamu merayu seorang pria? Tunjukkan semua keahlianmu yang bisa memberikan untung sepanjang masa untukku!" Sebenarnya, Jihan bertekad untuk membela diri. Dia ingin membersihkan namanya yang dicap sebagai wanita murahan dan hamil di luar nikah.Akan tetapi, sebelum Jihan menjawab, Alex sudah lebih dulu menarik tubuhnya.Jihan tersentak dan jatuh di pangkuan Alex. Pria itu pun mulai menghidu tubuhnya. "Aroma tubuhmu terlalu lembut dan alami, aku tidak terlalu menyukainya," Alex mengejek sambil mengernyitkan dahinya. "Apa Velove tidak memberitahumu?" Berbeda dengan Bram, Alex lebih menyukai wanita dengan parfum mencolok. Semua wanita yang mendekatin
Giliran Jihan yang melihat Bram. Ketika Jihan keluar dari kamar, berjalan menuju ruangan yang lainnya, dia melihat sekilas wajah pria yang masih berstatus suaminya itu.Jihan mematung. "Bukankah itu Bram?" Dari balik lemari hias di depannya, Jihan mengamati gerakan kedua pria yang sedang berangkulan itu. Tampak keduanya berjalan menuju pintu utama."Jadi Bram berteman baik dengan tuan Alex?" Jihan sangat yakin karena kedua pria itu terlihat akrab.Di luar.Sebelum Bram meninggalkan apartment, terjadi obrolan singkat antara Bram dan Alex."Aku hanya ingin kamu memberi sedikit pelajaran pada Sam, dengan begitu dia bisa menjaga mulutnya!" Bram meminta pada Alex karena dia sendiri tidak ingin mengotori citranya yang selalu terlihat baik."Itu sangat mudah bagiku," Alex menyambut dengan santai. "Ngomong-ngomong wanita seperti apa yang kalian perebutkan itu?" Alex tampak penasaran. Dari cerita singkat yang baru didengarkan Alex, Bram dan Sam tengah bermasalah karena persoalan wanita. Ha
Mendengar ucapan Alex, tubuh Jihan seketika menegang. Dia terdiam kaku di hadapan pria itu. Menggantikan posisi Monika? Bukankah wanita itu adalah rekan Alex yang baru saja tewas karena serangan musuh? Kenapa aku yang harus menggantikannya? Apa aku terlihat sekuat itu? Jika Monika tewas terbakar, bisa saja Jihan lebih parah nantinya. Jihan menelan ludah dengan pahit sekaligus merinding membayangkan nasib selanjutnya. Menggantikan posisi Monika tentu sama saja menyerahkan hidupnya secara gratis. Tapi apa bedanya bertahan di kota ini jika kenyataannya dia hanya akan dijadikan sebagai wanita penghibur para lelaki mesum. Toh, hidup Jihan saat ini sudah menjadi milik Alex. Mereka bahkan memiliki perjanjian yang sudah disepakati secara sadar. Jika boleh menolak, Jihan masih ingin melakukan negosiasi. Namun sebelum dia mengeluarkan suara, Alex sudah menambahkan lagi. "Dulu Monika juga sama seperti kamu, lemah dan penakut, tapi lama kelamaan dia menjadi wanita yang tangguh. Di
"Kamu mau berbulan madu ke mana, Sayang?" Pada malam pertama, Bram telah menawarkan beberapa hadiah pernikahan untuk Jihan. Saat itu, dia belum berkata jujur tentang kekayaan yang dimiliki keluarganya.Dalam setiap kesempatan, Jihan yang merupakan anak desa selalu berhemat dalam kehidupannya. Dia terbiasa menabung untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Jadi tidak heran jika Jihan tidak berharap lebih dari suaminya. "Di mana pun tempatnya, bagiku akan sama saja asal selalu bersama denganmu," Jihan menjawab."Sama sekali tidak ada tempat tujuan untuk berbulan madu?" Bram masih berharap Jihan memberi satu pilihan.Jihan langsung menggelengkan kepalanya. "Lebih baik uang buat keperluan itu kita tabung saja.""Tapi aku tetap ingin membawamu ke satu tempat yang jauh dan indah di mana hanya ada kita berdua saja."Sifat kekeuh yang dimiliki Bram membuat Jihan berpikir sejenak. "Apa tempatnya mengharuskan kita untuk menaiki pesawat?""Tentu saja," jawab Bram dengan pasti.Sedangkan Ji
Dorrrr Dorrrr Dorrrr Dalam sekali waktu, Jihan berhasil melepaskan tembakan. Kegiatan yang sangat baru untuknya, tapi semua bidikannya tepat pada sasaran. "Awesome ...." Ariel bertepuk tangan untuk keberhasilan Jihan. "Kamu hebat, Jihan, tidak heran Alex memilihmu, kamu sangat berbakat," pujinya. "Terima kasih." Jihan membungkukkan badannya. Setelah itu, Jihan kembali mengambil ancang-ancang. Sambil menyipitkan mata, dia mulai menarik pelatuk. Di depan sana, tampak sebuah objek dengan jarak ratusan meter. Dengan latihan dan pelajaran yang didapatkannya, Jihan yakin dengan feeling-nya. Benda itu harus jatuh karena satu tembakan darinya. Anggap saja benda itu adalah Bram, dan Jihan ingin fokus menjatuhkan pria itu. Duarr. Suara tembakan itu adalah bidikan terkahir Jihan. Skill yang baru digelutinya itu membuat Jihan berbangga diri. "Yes, berhasil." "Selamat , Jihan." Ariel mengulurkan tangannya. "Terima kasih," ucap Jihan sembari menjabat tangan rekannya itu.
Jihan ikut tersenyum tatkala melihat wajah ceria Mikha. Gadis di depannya kembali sumringah begitu melihat kekasihnya datang.Penasaran dengan wujud pria dambaan Mikha, Jihan segera berbalik untuk melihat penampakan pria itu. "Bram ....," Jihan bergumam dalam hati. "Jadi gadis ini adalah tunangan Bram?" Meski jarak Jihan dan Bram masih beberapa meter lagi, namun dia dapat mengenali perawakan tubuh pria itu dengan baik."Aku tahu dia pasti datang," ucap Mikha sambil memeluk lengan Jihan. "Aku akan mengenalkannya padamu."Tentu saja Jihan tidak menginginkan hal itu terjadi. Akan tetapi, dia juga tidak bisa menolak tanpa alasan. Sebelum Bram tiba, Jihan harus segera pergi dari tempat itu."Bagaimana kalau lain kali saja?" Jihan melepaskan lengannya dari pelukan Mikha. "Aku masih banyak urusan, jadi aku harus pergi sekarang juga."Sejatinya, Mikha adalah gadis yang manja dan sedikit pemaksa. Tidak peduli dengan siapapun, dia tidak terbiasa dengan penolakan. Wajahnya seketika cemberut sa