Semua Bab Foto di Dalam Mobil Suamiku: Bab 11 - Bab 20

30 Bab

Bab 11

Tidak lama Ida mengambil kunci cadangan kamar diujung barat, setelah sampai di depan kamar tersebut, ia membuka gagang pintu kamar itu, dan tampaklah seorang gadis berusia sekitar 23 tahun menatap takut dirinya.“I-Ibu …,” ucap Gadis 23 tahun itu dengan gugup. Ida terus melangkah mendekati gadis itu, kemudian dia berkata dengan tatapan tajamnya, “Apa yang kamu lakukan di balik dinding itu?”Sedangkan gadis yang sedang duduk di kursi belajarnya tiba-tiba saja bangun dan melangkah mundur dengan kaki bergetar saat wanita yang dipanggil Ibu itu mendekatinya.“Jangan takut, Sayang,” ucap Ida pada gadis tersebut, “kemarilah, Aku ini ibumu, Nak.”Gadis itu hanya menggeleng dengan kaki yang tetap melangkah mundur.“Ini Ibu, Sayang. Bukan malaikat mautmu,” ucap Ida dengan senyum smirknya, bahkah dengan suara yang lemah lembut Ida ucapkan pada gadis itu, tetapi tidak bagi gadis tersebut. Bahkan suara lembut ibunya seperti maut yang akan mencabut nyawanya. Kakinya bergetar, dia ingin berlari, t
Baca selengkapnya

Bab 12

Ida menerima panggilan tersebut, kemudian dia berbicara pada orang yang ada di seberang sana, “Besok pagi kita akan membuat pertunjukkan baru di rumah ini.” Ida mematikan sambungan telponnya, lalu ia melirik ke arah di mana Siska masih meringis menahan sakit pada pahanya.“Sayang sekali, kamu tidak dapat menonton pertunjukkan yang akan aku buat besok pagi. Tidurlah, besok aku panggilkan dokter pribadiku untukmu. Kurang baik apa ibumu ini, hmm,” ucap Ida mengejek pada Siska. Ida pun melangkah keluar dari kamar anak tirinya itu. Melihat ibu tirinya pergi, Siska berusaha bangun sembari meringis menahan sakit, tidak lama setelah sekian kali mencoba, akhirnya dia bisa bangun dan jalan tertatih menuju laci yang mana selalu dia sediakan obat, karena bukan hanya satu kali ini saja dia disiksa oleh ibu tirinya itu. Semenjak kejadian lima tahun lalu, dia sudah mulai merasakan rasa sakit yang selalu diberi oleh ibunya tanpa sepengetahuan Abian dan Ririn, tetapi ini pertama kali dia diberikan
Baca selengkapnya

Bab 13

“Rahasia tentang kematian mama kamu, Abian Pratama,” ucap Ida sedikit keras.Dia sengaja bicara sedikit keras agar didengar oleh seseorang yang mendekat ke arah ruang keluarga tersebut. Benar saja, suara langkah kaki itu langsung saja berhenti. Ida melirik sekilas dengan ekor matanya, di sana ada bayangan yang seperti sedang menguping pembicaraan mereka berdua. Tentu saja itu membuat Ibu Tiri dari Abian Pratama tersenyum tipis, sangat tipis, bahkan saking tipisnya Abian tidak menyadari senyum tipis ibu tirinya itu. Abian diam membisu, masih belum bisa mengeluarkan kata yang akan dia bilang pada Ida. Pikirannya berkecamuk, apakah kematian almarhum mamanya dalam keadaan tidak wajar?“Apakah kamu masih mengingat bagaimana kematian almarhum mamamu?” tanya Ida pada Abian.“Bukankah Almarhum Mama meninggal dunia karena sebuah kecelakaan, Bu,” ucap Abian.Ida tersenyum pahit sembari menggeleng, dia menarik nafas dalam dan menghembuskannya lagi, bahkan itu dilakukan berulang-ulang kali. Air
Baca selengkapnya

Bab 14

Orang yang ada dibalik tembok itu melangkah mendekati Abian dan Ida, lalu dia berkata, “Aku juga akan membantu untuk membalaskan dendam itu.”“Kamu …,” ucapan Abian dan ibunya secara bersamaan“Ya, ini aku. Kenapa hanya Kak Abian saja yang Ibu beritahu rahasia sebesar ini? Kalau tau begitu, aku sudah lama tidak menyukai keluarga seorang pembunuh itu,” ucapnya, bahkan kepalan tangannya dengan kabut amarah yang membara menguasai dirinya.“Jadi, kamu juga ingin membantu Ibu, Ririn?” tanya Ida pada anak perempuannya itu.“Tentu Ibu, aku pasti membantu Ibu membalaskan dendam ku pada keluarga yang telah membuat kami kehilangan sosok Mama dalam hidup kami semua. Sungguh hanya kebencian yang ada di hatiku untuk Kak Areta,” ucap Ririn.Yah, target yang diincar Ida agar mendengar semuanya adalah Ririn Pratama, merupakan adik pertama dari Abian Pratama bahkan umurnya sudah masuk umur 25 tahun. ‘Kena kamu. Gampang sekali membuat kalian membenci Areta sialan itu,’ batin Ida bersorak senang.Ida
Baca selengkapnya

Bab 15

“Maksud aku, kenapa Ibu ada di rumah? Bukankah kemarin Ibu berkata akan pergi arisan ke luar kota untuk beberapa hari saja, ya?” tanyaku padanya.Aku melihat wajah ibuku mertuaku berubah pucat, dia hanya diam membisu, apakah dia memang mengetahui kalau…Ah, rasanya aku tidak bisa memprediksi apapun tentang mertuaku ini. Di sisi lain dia seperti terlibat, tetapi melihat sikapnya yang begitu menyayangiku tidak mungkin dia akan terlibat. Tidak lama wajah pucatnya kembali seperti biasa, senyum hangatnya selalu ditampakkan pada setiap orang.“Oh, itu. Ibu gak jadi pergi, ibu khawatir sama kamu yang setiap hari harus sendiri dirumah,” ucapnya padaku, “ayo, nanti kamu telat, Keyra pasti sedang menunggu kamu, Areta.”Aku menepuk jidat, kenapa sampai melupakan anak dan suamiku yang akan pergi sekolah dan ke kantor, hanya gara-gara melihat perubahan wajah ibu mertuaku, aku sampai melupakan mereka berdua.“Astaga, Areta lupa, Bu,” ucapku panik, “kalau begitu Areta ke kamar Keyra dulu.”Aku ber
Baca selengkapnya

Bab 16

Ya Allah, kenapa Mas Abian begitu dingin, batinku berkata. Tidak lama saat aku akan menyuapkan nasi ke mulutku, tiba-tiba saja notif pesan masuk dari sahabatku, yang mana dia mengirim sebuah foto. Aku buka pesan itu, saat aku melihat foto tersebut mataku langsung membola melihat foto yang dikirimkannya untukku. Saat aku ingin mematikan layar ponselku, tiba-tiba saja sebuah tangan langsung merampas ponsel milikku dan melihat foto tersebut. Aku menoleh dan ternyata…Astaga, ternyata ibu mertuaku yang merampasnya. aku berharap dia tidak membahas foto itu di sini, masih ada Keyra di hadapan kami, aku terus berdoa dalam hati semoga Ibu tidak membahas foto itu sekarang.“Abian Pratama! apa-apan kamu, apa maksud dari semua ini?” ucap ibu mertuaku dengan nada yang naik satu oktaf, berbeda dari biasanya saat dia berbicara dengan nada yang lemah lembut.Apa yang aku harapkan ternyata tidak terjadi, ibu mertuaku langsung tanpa basa-basi menanyakan foto yang dikirimkan sahabatku itu. Dia bahkan
Baca selengkapnya

Bab 17

Saat aku ingin membuka pintu mobil miliknya, tiba-tiba saja dia menarik tangan dan mendekatkan wajahnya padaku, lalu dia berbisik, “Apakah kamu tidak sadar jika sedang di awasi oleh orang yang berpakaian serba hitam?”Aku langsung saja mengedarkan pandangan ke depan, dan benar saja, mataku langsung membola melihat sosok serba hitam yang berada tepat di tempat aku menunggu Sintia tadi.Ya, Allah, ada apa ini? Kenapa banyak sekali misteri dalam hidup ini, atau jangan-jangan…Kepalaku rasanya mau pecah, masalah tentang Mas Abian saja belum aku temukan buktinya. “Mau aku antar pulang?” tawar Pria yang ada di sampingku.“Tidak! Saya bisa sendiri,” tolakku padanya. Enak saja dia bilang ingin mengantarkan aku pulang. “Apakah kamu yakin akan keluar sendiri? aku bahkan melihat dia mengikutimu sejak di lampu merah tadi.” ucapnya, tidak lama dia membuka masker miliknya.Aku terpana melihat ketampanan pria yang ada di depanku ini, wajahnya seperti tidak asing kulihat, tetapi di mana? Ah, dia se
Baca selengkapnya

Bab 18

“Baik, gue akan segera tiba di sana.” ucap Pria itu lalu mematikan sambungan telepon miliknya. Tiba-tiba saja Pria itu menatap tajam ke arah depan dan tersenyum smirk.“Kita baru memulai permainan awal,” gumamnya lirih sembari tersenyum yang membuat orang merinding.Dengan kecepatan penuh Pria tersebut melajukan mobil miliknya menuju markas di mana sahabatnya berada. Tiba di sana dia disambut oleh semua teman-temannya, “Cakra, akhirnya sampai juga, Lo.”“Yan, di mana orang itu?” tanya Cakra pada Riyan, “sudah lo siapkan, apa yang gue butuhkan?”Sedangkan Riyan yang ditanya hanya menunjuk dengan dagunya di mana orang tersebut di sekap. Yah, Pria yang menarik tangan Areta saat di taman kota tadi adalah Cakra. Cakra yang akan ke rumah sakit untuk bertemu dengan tantenya yang menjadi Dokter Spesialis Kandungan di tunda olehnya, karena melihat seorang yang sedang memakai pakaian serba hitam sedang mengintip seorang wanita yang menggunakan motor bututnya.Cakra yang awalnya tidak mau ta
Baca selengkapnya

Bab 19

“Di keluarga Pratama saja dia belum menyadari semuanya, apalagi tentang kematian kedua orang tuanya,” ucap Farel dengan senyum smirknya, sedangkan Ida hanya tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya.Tanpa mereka sadari, seseorang telah mendengar apa yang mereka ucapkan.Aku yang baru saja naik tiga tangga menghentikan langkahku, lalu berbalik lagi karena ada makanan kesukaan Siska yang kubelikan di jalan tadi untuknya. aku tidak sengaja mendengar dokter tersebut dan mengatakan tentang keluarga suamiku serta kematian seseorang. dari pada penasaran aku pun bertanya pada mereka berdua. Yah, siapa lagi kalau bukan ibu mertuaku dan Dokter yang ada di sampingnya itu. “Siapa yang belum menyadarinya, Ibu? Dan kematian siapa yang Pak Dokter maksud?” tanyaku pada mereka berdua.Aku melihat mereka langsung menoleh ke arahku dengan cepat, bahkan wajah mereka mendadak pucat. Aku mengernyit, mereka seperti melihat hantu saja, pikirku.“Kapan kamu ada di belakang kami, Areta?” tanya ibu dengan tat
Baca selengkapnya

Bab 20

Saat aku memikirkan hal itu, satu notif pesan masuk dalam ponselku. Tanganku terulur membuka pesan tersebut yang entah siapa pengirimnya, mataku langsung terbuka lebar saat melihat sebuah foto yang dikirim padaku.Satu Minggu telah berlalu, aku mencari tau semua tentang orang tuaku, tapi sayang tidak ada informasi yang aku dapatkan tentang kematian orang tua kandungku. Apalagi CCTV di rumah Ayah dan Bunda sama sekali tidak ada.Selama satu Minggu itu juga pintu kamar Siska selalu terkunci, hal itu yang membuat aku semakin tidak tenang.Bahkan, saat aku mengatakan semuanya pada suamiku. Dia hanya merespon biasa saja, tidak ada rasa khawatir ataupun sebagainya. Dia selalu berkata, ‘Bukannya kamu sudah sering melihat Siska sakit dia tidak pernah membuka pintunya.’ Suamiku selalu berkata seperti itu. Aku akui itu memang benar adanya, tetapi Siska tidak pernah sakit selama satu Minggu seperti ini. Biasanya dia sakit hanya satu hari lalu besoknya keluar kamar.Namun ini berbeda, dia sakit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status