Semua Bab Terpaksa Menikahi Pembantuku: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

11. Mengurus Perceraianmu

"Hei! Kenapa diam saja? Apa saya ... Ah tidak, sepertinya kita akan menjadi teman. Jadi, apa aku perlu mengenalkanmu pada pengacara kenalanku?" tanya Dokter Rani sambil mengayunkan tangannya di depan wajah Hely.Dokter cantik itu merasa tidak nyaman berbicara dengan Hely yang jauh lebih muda darinya. Jadi, ia berusaha berbicara sedikit santai agar ia dan Hely sama-sama nyaman."Tidak perlu, Dok. Suami saya--""Aku, pakai aku kau saja biar lebih nyaman. Kau juga boleh menganggapku sebagai kakakmu," potong Dokter Rani mengoreksi."Suamiku memang orang yang dingin, tapi dia tidak sekejam itu. Dia hanya tidak bisa menerima saya menjadi istrinya," lanjut Hely setelah ucapannya sempat terpotong.Bagaimana bisa wanita itu membela Zu? Sudah jelas-jelas ia selalu disiksa hingga dirawat di rumah sakit dan koma berhari-hari."Tidak kejam bagaimana? Sudah jelas-jelas dia hampir membunuhmu. Lalu, kenapa kalian bisa sampai menikah kalau dia tidak mau menerimamu menjadi istrinya?" tanya Dokter Rani
Baca selengkapnya

12. Kenapa Lukanya Seperti Luka Penyiksaan?

"Siapa bilang? Saya hanya terkejut karena Tuan tiba-tiba ada di sini. Lagi pula, mana berani saya menganggap Tuan Ze hantu," sanggah Hely datar.Wanita itu berusaha menekan kuat-kuat rasa takutnya. Paling tidak, ia tidak boleh terlalu menunjukkannya karena pria itu akan semakin senang jika melihatnya ketakutan."Jadi, bagaimana kondisimu?" tanya Ze mengalihkan perhatian.Setelah memanggil dokter, ia sama sekali tidak menunggu dan menanyakan keadaan Hely. Jadi, ia cukup penasaran mengenai kondisi terkini wanita itu."Kata dokter, sih, saya sudah baik-baik saja," sahut Hely."Bagaimana tidak baik-baik saja sedangkan tiga hari ini kau hanya tidur? Aku yakin seharian ini pun kau hanya tidur. Benar bukan?" tanya Ze sinis."A-apa? Tiga hari?" tanya Hely terbelalak. Ia begitu terkejut mendengar pernyataan Ze tentang dirinya yang tidur selama tiga hari."Ya. Sejak pertama kali aku membawamu ke sini, sekarang sudah hari ketiga," jelas Ze mengangguk."Ya Tuhan ... Bagaimana bisa?" Hely terlihat
Baca selengkapnya

13. Mode Siaga

Mendengar pertanyaan dokter itu membuat Ze menoleh. Sejak tadi, ia sibuk menatap ke arah Hely yang sedang diperiksa dan sama sekali tidak sadar bahwa Dokter Rani menatapnya."Sial! Ada apa dengan dokter ini? Kenapa dia tidak melakukan tugasnya saja sebagai seorang dokter? Kenapa dia malah menanyakan hal yang bukan menjadi tugasnya? Dasar dokter sensus!" geram Ze dalam hati."I-ini ka-karena sa-saya ... Ini karena saja jatuh bergulingan, Dokter," sanggah Hely gelagapan. Ia memberi isyarat dengan mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali agar Dokter Rani tidak bertanya lagi. Saat ini, Ze dalam mode aman dan ia tidak boleh mengubah mode aman itu menjadi mode siaga."Oh, jadi begitu. Baiklah, kalau begitu saya permisi karena pemeriksaan sudah selesai," pamit Dokter Rani. Wanita itu mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum dan pergi.Melihat bagaimana sikap Dokter Rani, Ze mulai curiga. Pria itu melipat kedua tangannya di depan dan menatap tajam Hely."Ke-kenapa? Apa ada yang salah?" t
Baca selengkapnya

14. Kartu Berwarna Hitam

Hely menatap serius suaminya dengan dahi yang berkerut dalam. Ia begitu penasaran dengan apa yang akan pria itu katakan padanya. Apalagi, pembahasan yang mulai dibuka tentang permasalahan pernikahan mereka yang belum lama digelar."Tuan? Kenapa Tuan malah bengong?" panggil Hely melihat suaminya melamun. "Ah, tidak. Aku hanya lapar dan aku ingin makan," sanggah Ze bergegas memakai bajunya dan berjalan ke arah sofa.Alih-alih lekas menikmati makanannya, Ze justru menatap Hely lekat. "Jika aku berkata seperti itu dan Hely mengadu pada Papa bagaimana?"Ternyata, apa yang pria itu katakan tadi hanya ada dalam ilusinya saja. Ia ingin sekali mengatakan hal itu pada Hely. Barangkali saja wanita itu mau menceraikannya, tetapi setelah dipikir-pikir, ia takut Hely akan mengadu pada ayahnya dan semuanya menjadi kacau.***Satu minggu kemudian, Hely sudah diizinkan pulang ke rumah. Kondisi luka di tubuhnya pun sudah mulai sembuh."Kartu ini untukmu dan kau bisa gunakan untuk segala kebutuhanmu ju
Baca selengkapnya

15. Menghalangi Jalanku

"Hei! Kenapa melamun? Aku Aka, siapa namamu?"Tangan kanan Draka senantiasa diulurkan dan tangan kirinya diayunkan di depan wajah Hely. Jujur, ini adalah pertama kali bagi pria itu mendapati seorang wanita yang seolah sama sekali tidak tertarik dengannya. Selama ini, ia tidak pernah mengajak satu wanita pun untuk berkenalan. Bahkan tanpa mengajak berkenalan pun, semua wanita akan berbondong-bondong menghampirinya."Maaf, aku sedang terburu-buru dan aku harus segera pulang," kata Hely bergegas pergi ke kasir meninggalkan Draka."Astaga! Hahaha ... Aku tidak salah lihat, 'kan? Bagaimana bisa aku diabaikan begitu saja? Menarik. Wanita itu benar-benar menarik." Draka tersenyum canggung sambil menggeleng pelan. Kemudian, ia berbalik dan mengejar Hely ke kasir.Di sana, wanita itu sedang meletakkan barang belanjaan di meja kasir. Setelah selesai, ia menoleh ke kanan dan mendapati Draka sedang memperhatikannya."Maaf, Mbak. Bisa lebih cepat sedikit, tidak?" pinta Hely sambil melirik Draka kh
Baca selengkapnya

16. Maaf, Aku Sudah Menikah

Melihat temannya berusaha membongkar rahasianya di depan Hely, Draka langsung memberi isyarat agar Dokter Rani berhenti. Namun sayangnya, wanita itu mengabaikan isyaratnya. Hingga pada akhirnya, ia bergerak maju dan menarik Dokter Rani. Ia juga membungkam mulut temannya menggunakan telapak tangannya."Apa yang kau lakukan, Aka?" kesal Dokter Rani setelah memukul tangan Draka dan menjauhkan tangan pria itu dari mulutnya."Kalian saling kenal?" tanya Helios menatap dua orang itu bergantian."Kau kenal Rani?" tanya Draka pada Hely."Ya," sahut Hely singkat.Draka menoleh ke arah Dokter Rani dan menatapnya tidak percaya. Kenapa dunia begitu sempit? Andai ia tahu Dokter Rani mengenal Hely, maka selama satu Minggu ini ia tidak akan pergi ke supermarket hanya untuk melihat Hely. Ia hanya perlu bertanya pada temannya dan akan langsung bisa bertemu dengan Hely."Astaga, Rani! Kenapa kau tidak bilang?" ujar Draka frustasi."Bilang apa? Hely?" Dokter Rani balik bertanya karena tidak tahu maksud
Baca selengkapnya

17. Cemburu

Mengetahui bahwa istrinya telah bertemu dengan pria lain. Apalagi dengan alasan pergi belanja membuat rahang Ze mengeras. Tangannya terkepal kuat dan wajahnya pun sudah merah padam.Melihat reaksi Ze, Hely menggeleng pelan. Ia lekas menekan tombol merah tanpa menjawab pertanyaan Draka lebih dulu."Tuan? Saya dan Pengacara Aka tidak memiliki hubungan apa-apa. Kami hanya--""Berhenti membela diri!" sentak Ze memotong kalimat Hely."Tuan, sungguh. Saya dan Pengacara Aka baru bertemu dua kali. Kami benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun," ujar Hely berusaha menjelaskan."Benarkah? Baru dua kali bertemu, tapi dia sudah tahu nomor teleponmu. Kau benar-benar murahan, Hely. Baru kenal, tapi sudah memberikan nomor telepon. Kau benar-benar luar biasa!" Ze sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Lalu, bertepuk tangan sambil tersenyum mengejek. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Hely akan semurah itu."Tidak, Tuan, tidak seperti itu kenyataannya. Saya hanya memberikan nomor telepon saya
Baca selengkapnya

18. Janji Temu Dengan Pria Brengsek Itu

"Pembantu murahan lagi? Astaga!" Hely mencengkeram rambutnya kasar, "Aku memang seorang pembantu, tapi aku bukan wanita murahan. Jadi, berhenti menyebutku murahan!" lanjut Hely tegas.Lelah sudah selama ini ia bersikap sopan. Sekarang, ia tidak ingin berbicara sopan dengan laki-laki yang sering sekali menyiksanya.Zeus cukup tersentak dengan cara bicara Helios. "Kau memang murahan, Hely. Kenapa kau harus marah dan menyangkal?" Ze tersenyum smirk menatap Hely."Baiklah, aku memang wanita murahan. Jadi, apa kau masih ingin meniduri wanita murahan sepertiku ini?" Hely menggertakkan giginya sambil melepas dua kain yang tersisa.Wanita itu berusaha menahan rasa malunya kuat-kuat. Ia pikir, dengan apa yang ia lakukan saat ini akan membuat Ze mengurungkan niatnya untuk menidurinya."Tentu saja masih. Lumayan 'kan ada kau di sini yang bisa aku nikmati secara gratis. Daripada aku harus mencari di luaran sana dan harus membayar mahal. Jadi lebih baik, aku memanfaatkan apa yang ada di depan mata
Baca selengkapnya

19. Kita Akan Tidur Bersama

"Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Hely sambil meletakkan sandal di rak."Jangan bersikap seolah kau tidak tahu. Kau membuat alasan dengan membuang sampah, tapi ternyata kau bertemu dengan pria brengsek yang menghubungimu tadi siang, 'kan?" sergah Ze menuduh.Sebenarnya, pria itu sama sekali tidak tahu seperti apa sosok Draka. Ia hanya menebak-nebak saja karena pria yang menghubungi Hely adalah pengacara itu."Oh, jadi kau melihatku bersama Pengacara Aka?" Hely melangkah masuk melewati Ze begitu saja, "Aku tidak sengaja bertemu dengan dia dan ternyata, dia penghuni apartemen ini juga," imbuh wanita itu datar.Hely menjelaskan seolah tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Mungkin karena ia merasa benar dan tidak melakukan sesuatu yang salah. Jadi, ia tidak perlu menyembunyikan hal yang hanya akan membuat Ze curiga dan marah."Benarkah? Kau pikir aku akan percaya begitu saja? Tidak, Hely. Dilihat dari sikap pria brengsek itu, sepertinya kalian bukan sekedar orang yang baru bertemu
Baca selengkapnya

20. Jauhi Pengacara Sok Hebat Itu

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Hely takut Ze semakin giat menyiksanya jika tidur satu kamar."Memangnya kau berani menolakku?" Ze mengangkat pandangan sambil menunjukkan seringaiannya."Sebenarnya tidak, tapi kenapa? Bukankah kau yang memintaku agar tidak satu kamar denganmu?" tanya Hely tidak mengerti.Bagaimana bisa ia pindah ke kamar Ze begitu saja tanpa mencurigainya? Hely yakin, alasan pria itu memintanya pindah kamar karena ingin lebih leluasa ketika menyiksanya. Selain alasan itu, ia tidak yakin dan sama sekali tidak ada pemikiran tentang alasan lain."Tidak perlu banyak tanya! Kalau aku bilang pindah ke kamarku, itu artinya kau harus pindah," sergah Ze tidak berencana untuk menjelaskan."Tapi aku tidak mau," tolak Hely dengan nada mengeluh."Kau tahu, kalau kau tidak bisa menolak. Jadi setelah aku pergi bekerja, kau harus langsung memindahkan seluruh barang-barangmu ke kamarku. Setelah aku pulang nanti, aku akan memeriksanya dan kalau masih ada barang yang tertinggal meski h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status