"Hei! Kenapa melamun? Aku Aka, siapa namamu?"Tangan kanan Draka senantiasa diulurkan dan tangan kirinya diayunkan di depan wajah Hely. Jujur, ini adalah pertama kali bagi pria itu mendapati seorang wanita yang seolah sama sekali tidak tertarik dengannya. Selama ini, ia tidak pernah mengajak satu wanita pun untuk berkenalan. Bahkan tanpa mengajak berkenalan pun, semua wanita akan berbondong-bondong menghampirinya."Maaf, aku sedang terburu-buru dan aku harus segera pulang," kata Hely bergegas pergi ke kasir meninggalkan Draka."Astaga! Hahaha ... Aku tidak salah lihat, 'kan? Bagaimana bisa aku diabaikan begitu saja? Menarik. Wanita itu benar-benar menarik." Draka tersenyum canggung sambil menggeleng pelan. Kemudian, ia berbalik dan mengejar Hely ke kasir.Di sana, wanita itu sedang meletakkan barang belanjaan di meja kasir. Setelah selesai, ia menoleh ke kanan dan mendapati Draka sedang memperhatikannya."Maaf, Mbak. Bisa lebih cepat sedikit, tidak?" pinta Hely sambil melirik Draka kh
Melihat temannya berusaha membongkar rahasianya di depan Hely, Draka langsung memberi isyarat agar Dokter Rani berhenti. Namun sayangnya, wanita itu mengabaikan isyaratnya. Hingga pada akhirnya, ia bergerak maju dan menarik Dokter Rani. Ia juga membungkam mulut temannya menggunakan telapak tangannya."Apa yang kau lakukan, Aka?" kesal Dokter Rani setelah memukul tangan Draka dan menjauhkan tangan pria itu dari mulutnya."Kalian saling kenal?" tanya Helios menatap dua orang itu bergantian."Kau kenal Rani?" tanya Draka pada Hely."Ya," sahut Hely singkat.Draka menoleh ke arah Dokter Rani dan menatapnya tidak percaya. Kenapa dunia begitu sempit? Andai ia tahu Dokter Rani mengenal Hely, maka selama satu Minggu ini ia tidak akan pergi ke supermarket hanya untuk melihat Hely. Ia hanya perlu bertanya pada temannya dan akan langsung bisa bertemu dengan Hely."Astaga, Rani! Kenapa kau tidak bilang?" ujar Draka frustasi."Bilang apa? Hely?" Dokter Rani balik bertanya karena tidak tahu maksud
Mengetahui bahwa istrinya telah bertemu dengan pria lain. Apalagi dengan alasan pergi belanja membuat rahang Ze mengeras. Tangannya terkepal kuat dan wajahnya pun sudah merah padam.Melihat reaksi Ze, Hely menggeleng pelan. Ia lekas menekan tombol merah tanpa menjawab pertanyaan Draka lebih dulu."Tuan? Saya dan Pengacara Aka tidak memiliki hubungan apa-apa. Kami hanya--""Berhenti membela diri!" sentak Ze memotong kalimat Hely."Tuan, sungguh. Saya dan Pengacara Aka baru bertemu dua kali. Kami benar-benar tidak memiliki hubungan apa pun," ujar Hely berusaha menjelaskan."Benarkah? Baru dua kali bertemu, tapi dia sudah tahu nomor teleponmu. Kau benar-benar murahan, Hely. Baru kenal, tapi sudah memberikan nomor telepon. Kau benar-benar luar biasa!" Ze sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan. Lalu, bertepuk tangan sambil tersenyum mengejek. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Hely akan semurah itu."Tidak, Tuan, tidak seperti itu kenyataannya. Saya hanya memberikan nomor telepon saya
"Pembantu murahan lagi? Astaga!" Hely mencengkeram rambutnya kasar, "Aku memang seorang pembantu, tapi aku bukan wanita murahan. Jadi, berhenti menyebutku murahan!" lanjut Hely tegas.Lelah sudah selama ini ia bersikap sopan. Sekarang, ia tidak ingin berbicara sopan dengan laki-laki yang sering sekali menyiksanya.Zeus cukup tersentak dengan cara bicara Helios. "Kau memang murahan, Hely. Kenapa kau harus marah dan menyangkal?" Ze tersenyum smirk menatap Hely."Baiklah, aku memang wanita murahan. Jadi, apa kau masih ingin meniduri wanita murahan sepertiku ini?" Hely menggertakkan giginya sambil melepas dua kain yang tersisa.Wanita itu berusaha menahan rasa malunya kuat-kuat. Ia pikir, dengan apa yang ia lakukan saat ini akan membuat Ze mengurungkan niatnya untuk menidurinya."Tentu saja masih. Lumayan 'kan ada kau di sini yang bisa aku nikmati secara gratis. Daripada aku harus mencari di luaran sana dan harus membayar mahal. Jadi lebih baik, aku memanfaatkan apa yang ada di depan mata
"Apa maksudmu berkata seperti itu?" tanya Hely sambil meletakkan sandal di rak."Jangan bersikap seolah kau tidak tahu. Kau membuat alasan dengan membuang sampah, tapi ternyata kau bertemu dengan pria brengsek yang menghubungimu tadi siang, 'kan?" sergah Ze menuduh.Sebenarnya, pria itu sama sekali tidak tahu seperti apa sosok Draka. Ia hanya menebak-nebak saja karena pria yang menghubungi Hely adalah pengacara itu."Oh, jadi kau melihatku bersama Pengacara Aka?" Hely melangkah masuk melewati Ze begitu saja, "Aku tidak sengaja bertemu dengan dia dan ternyata, dia penghuni apartemen ini juga," imbuh wanita itu datar.Hely menjelaskan seolah tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Mungkin karena ia merasa benar dan tidak melakukan sesuatu yang salah. Jadi, ia tidak perlu menyembunyikan hal yang hanya akan membuat Ze curiga dan marah."Benarkah? Kau pikir aku akan percaya begitu saja? Tidak, Hely. Dilihat dari sikap pria brengsek itu, sepertinya kalian bukan sekedar orang yang baru bertemu
"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Hely takut Ze semakin giat menyiksanya jika tidur satu kamar."Memangnya kau berani menolakku?" Ze mengangkat pandangan sambil menunjukkan seringaiannya."Sebenarnya tidak, tapi kenapa? Bukankah kau yang memintaku agar tidak satu kamar denganmu?" tanya Hely tidak mengerti.Bagaimana bisa ia pindah ke kamar Ze begitu saja tanpa mencurigainya? Hely yakin, alasan pria itu memintanya pindah kamar karena ingin lebih leluasa ketika menyiksanya. Selain alasan itu, ia tidak yakin dan sama sekali tidak ada pemikiran tentang alasan lain."Tidak perlu banyak tanya! Kalau aku bilang pindah ke kamarku, itu artinya kau harus pindah," sergah Ze tidak berencana untuk menjelaskan."Tapi aku tidak mau," tolak Hely dengan nada mengeluh."Kau tahu, kalau kau tidak bisa menolak. Jadi setelah aku pergi bekerja, kau harus langsung memindahkan seluruh barang-barangmu ke kamarku. Setelah aku pulang nanti, aku akan memeriksanya dan kalau masih ada barang yang tertinggal meski h
"Sore," balas Ze ketus."Bagaimana keadaan Nona Hely? Mudah-mudahan sudah sehat, yah," tanya Dokter Rani basa-basi."Ya. Maaf, saya masuk dulu," pamit Ze bergegas menutup pintu dan masuk.Pria itu berdiri sejenak dan bergumam, "Pengacara sok hebat itu memang tampan, tapi tidak bisa dibandingkan dengan ketampananku. Seharusnya Hely merasa bersyukur karena menikah dengan pria tampan dan mapan sepertiku.""Ze? Kenapa kau lama sekali?" panggil Diana."Ah iya, Ma, sebentar," sahut Ze tersentak dari lamunannya.Pria itu lekas berbalik dan menghampiri ayah juga ibunya di ruang tamu. "Baru jam segini, kok, sudah sampai? Ze sama Hely belum selesai memasak," kata Ze bersikap seolah rumah tangganya dengan Hely akur-akur saja.Akhirnya, terbongkar sudah alasan mengapa Ze meminta Hely untuk pindah ke kamarnya. Hal itu terjadi karena semalam orang tuanya menelepon dan berkata akan datang berkunjung besok malamnya bertepatan dengan waktu makan malam tiba. Jadi takut kedua orang tuanya memeriksa kond
Alih-alih ikut menikmati seperti Ze yang menikmati momen itu, Helios justru merasa takut. Ia takut pria itu akan tiba-tiba melepaskannya dan membuatnya terjatuh. Apalagi melihat seringaian tipis Ze membuatnya ingin cepat-cepat melepaskan diri. Dalam hitungan detik, Hely berencana untuk membuka mulut dan melepaskan diri. Namun sayangnya, ia terlambat satu langkah dan tubuhnya mendarat di kerasnya lantai marmer."Aaaww! Dasar Tuan Iblis!" pekik Hely kesakitan sambil mengumpat. Ia melirik sinis ke arah Ze sambil menahan sakit."Siapa suruh kau menikmati ketampanan wajahku?" balas Ze sinis."Hah? Apa? Hahaha ..." Hely begitu terkejut mendengar ucapan Ze, "Apa aku tidak salah dengar?" Sambil menyentuh telinga, wanita itu tersenyum mengejek, "Bukankah kau yang menikmati kecantikan wajahku yang dibalut riasan?"Tebakan Hely memang benar. Karena kecantikan wajahnya, Ze sampai tidak bisa mengalihkan pandangan. Terus ingin menatap, tetapi tidak ingin Hely tahu. Jadi, ia sengaja menjatuhkan wani