Semua Bab Identitas Tersembunyi: Rahasia Kekayaan Tanpa Batas: Bab 81 - Bab 85

85 Bab

81. Ketika Fania Murka

Setelah konferensi pers berakhir, satu persatu wartawan dan tamu undangan meninggalkan gedung itu. Setelah semuanya pulang, Fania melangkah mendekati sang kakek. Dia menatap sang kakek tanpa berkedip. Kemudian mengambil ponsel dari saku kemejanya dan menelepon, kemudian mengaktifkan speaker ponsel. "Halo, adakah yang bisa ku bantu, Bu Fania?" terdengar suara dari seberang. Ridel sangat mengenal suara itu, itu suara Putra Darmawangsa. "Saya ingin menggunakan marga ibuku, apakah bisa di prose secepatnya?" tanya Fania, tatapan matanya tak lepas pada Arzenio. Sedangkan keluarga Mauren menunggu kalimat selanjutnya dari Fania, mereka takut jika Fania justru meminta hal lain dari Putra. Hal-hal yang tentu saja bisa menghancurkan karir mereka kedepan. "Sebagai suami, apakah Ridel sudah mengetahui keinginan ibu Fania? Bagaimana reaksinya? Apakah dia tidak keberatan dengan permintaan dadakan anda Bu Fania?" Fania memandang sang suami untuk mendapatkan persetujuan. Ridel menggelengk
Baca selengkapnya

82. Aku akan membereskan tiga pengusaha itu

"Lepaskan tanganmu, dokter! Ini sudah melewati batas," tegas dokter cantik itu dan langsung menepis kasar tangan dokter Albert, ketika menyadari sang dokter telah melangkah terlalu jauh. Tiba-tiba ... Plak!!! Auw .... Dokter cantik itu menjerit pelan, ketika telapak tangan sang dokter mendarat tepat di pipi kirinya. Dokter Albert mencengkram kerah kemeja yang dikenakan dokter cantik itu, "Apapun yang ku inginkan, maka itu harus ku dapatkan. Bagaimanapun caranya, aku sama sekali tak peduli. Dan kau beruntung, karena aku justru menginginkan tubuh mungil mu ini!" "Lepaskan aku, dokter. Aku mohon," pinta dokter cantik itu. "Melepaskan mu? Jangan pernah bermimpi!" ketus dokter Albert. "Aku mohon dokter, jangan lakukan ini padaku," kembali dokter cantik itu mencoba memohon ditengah-tengah ketakutannya. Ekspresi sang dokter yang ketakutan, justru membuat dokter Albert bersemangat. Dengan kasar, dia membuka helai demi helai pakaian yang dikenakan dokter cantik itu. Walau
Baca selengkapnya

83. Kemunculan Ridel di perusahaan Darma Bakti

*** Ridel menatap perusahaan Darma Bakti dengan geram. Walaupun telah berada didepan perusahaan, Ridel masih belum juga melangkah masuk. Sesekali dia memperhatikan jam tangannya. Setelah jam menunjukkan pukul 14.00 WITA. Dia mengambil ponsel dari sakunya dan menelepon. "Bekukan pengoperasian CCTV perusahaan Darma Bakti sekarang juga!" Ridel langsung memutuskan panggilan telepon, kemudian melangkahkan kakinya memasuki gedung perusahaan. "Maaf, saya ingin menemui Pak Dani Darma selaku CEO Perusahaan Darma Bakti," ujar Ridel tersenyum. "Maaf, apa sudah membuat janji?" tanya sang resepsionis. Tiba-tiba ponsel sang resepsionis berbunyi, ada pesan masuk dari sekretaris Dani Darma. [Kalau ada tamu yang bernama Ridel Liu, langsung disuruh ke ruangan CEO saja.] [Baik, Bu.] balas sang resepsionis, kemudian menatap Ridel yang setia berdiri didepannya. "Maaf, bolehkan aku tahu siapa nama Anda, Pak?" "Ridel Liu." "Silahkan langsung ke ruang CEO, di lantai dua puluh." "T
Baca selengkapnya

84. Kartu Hitam Ekslusif Premium

Setelah menunggu tak sampai semenit, terdengar suara dari seberang, "Di mana aku harus menemui, Pak Dani?" "Di perusahaan Darma Bakti, Pak." "Baik, aku ke sana sekarang." Tut ... Tut ... Tut .... Pengacara memutuskan panggilan telepon secara sepihak dan langsung meraih kunci mobil. Tak lupa dia membawa serta tablet iPhone miliknya. "Kau lihat, hanya dengan satu panggilan saja, bahkan pengacara sekelas Putra Darmawangsa langsung mendatangiku. Kau tahu bagaimana sulitnya untuk menemui beliau? Sangat sulit!" "Benarkah?" "Itulah namanya kekuasaan. Dengan kekuasaan, kau bisa mendapatkan apa yang kau inginkan. Termasuk merusak reputasi seseorang, apalagi reputasi orang miskin seperti mu!" ketus Dani Darma tertawa terbahak-bahak. Ridel menggelengkan kepalanya, melihat keangkuhan yang sama sekali tak bisa disembunyikan oleh Dani Darma. Kini aku mengerti, kenapa perusahaan ini jalan di tempat. Ternyata sumber kebobrokan semua berasal dari CEO nya sendiri. "Kenapa kau diam s
Baca selengkapnya

85. Perusahaan Satya Meda

"Kenapa? Apa ini cukup mengejutkan mu? Bukankah sudah ku katakan, kau yang akan mengganti gelar ku sebagai suami yang hidupnya bergantung pada istri!" ujar Ridel tersenyum puas. Kemarahannya terbayar sudah. Ya! Kartu hitam ekslusif premium, lebih tinggi posisinya dibandingkan kartu hitam ekslusif yang diberikan sang ayah kepadanya. Ridel membeli perusahaan Darma Bakti menggunakan uang pribadinya. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Dani gemetar ketakutan. "Seseorang yang tidak bisa kau sentuh! Kesombongan mu dibayar lunas dengan pemblokiran namamu dalam dunia bisnis!" ujar Ridel. "Sebagai pengacara mu, bukankah aku sudah mengingatkan mu berulang kali? Tapi kau justru membentak ku," ujar Putra. "Apa kalian saling mengenal?" tanya Dani terkejut. "Justru karena aku sangat mengenal pria yang kau sangka miskin ini, makanya aku menasehati mu agar meminta maaf kepada ibu Fania. Tapi apa? Kau mengabaikan semua nasehatku, kan? Jadi sekarang semua sudah terlambat." "Apa karena kau me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status