Setelah itu, berlahan tapi tapi pasti, Ridel mulai memblokir akses bermainnya satu demi satu. Mulai dari permainan game-nya, yang kemudian diretas dan dikembalikan ke titik awal oleh Ridel. Panahan rumahan yang selalu dibanggakannya, hanya dalam sekali panah Ridel berhasil membelah panah milik Romi yang tertancap ditengah. Bukan itu saja, bahkan dengan mudahnya Ridel mengalahkan Romi dalam balap liar. Meskipun begitu, tak ada satupun keluarga Sugiarto yang tahu kalau orang yang diutus oleh Bernard Liu justru putranya sendiri. Mereka mengira, kalau Ridel merupakan orang kepercayaan Bernard Liu saat itu. "Kau ingin bermain apa? Aku ladeni," Ridel menatap Romi yang masih gemetar. "Tidak berani. Maaf," ujar Romi lebih ketakutan. "Kalau begitu aku yang tentukan, kita main biliar," ujar Ridel sambil melangkah menuju meja billiar. Walaupun telah lama terpisah, tapi Romi tahu pasti kenapa Ridel memilih permainan itu. Bukan hanya tamu undangan, keluarga Mauren juga terke
"Apa Romi sudah gila, Kek? Bagaimana mungkin dia meminta ayahnya berlutut dan meminta maaf kepada pria miskin itu?" bisik Nadia merasa risih dengan pemandangan yang ada didepannya. Belum juga sempat menjawab, tiba-tiba semua dikejutkan dengan pemandangan yang diluar dugaan. Sugiarto memilih berlutut dan meminta maaf kepada Ridel dan Fania. Pemandangan yang tentu saja langsung menggegerkan seisi aula itu. Sedangkan Romi, dia bersyukur ayahnya masih bisa berpikir jernih dalam keadaan yang masih memanas. "A-a-apa Tuan tidak salah? Tuan berlutut pada pria yang bahkan hidupnya bergantung kepada istrinya?" tanya Arzenio terkejut. Bukannya menjawab, tapi Sugiarto justru mengambil ponsel dari saku jasnya. "Halo, Bos." terdengar suara dari seberang. "Putuskan semua kerjasama dengan perusahaan Galaxy. Satu lagi ... buat pengumuman, jika dalam waktu satu hari Perusahaan yang memiliki kerjasama dengan kita tidak memutuskan kontrak kerjasama mereka dengan Perusahaan Galaxy, maka me
Bukannya menjawab, sang sekretaris justru berlari kearah jendela raksasa, "Bos lihatlah, diluar benar-benar kacau." Alonso langsung saja mendekati jendela kaca raksasa dan melihat kebawah. Dia terkejut melihat pemandangan yang berbeda dari biasanya. Tanpa menunggu dia langsung berlari keluar menuju tangga darurat. Di mana dia bisa melihat jelas apa yang sedang terjadi diluar. Alonso terkejut, bukan hanya sekedar berdemo tapi warga juga melempari kaca dengan menggunakan batu-batu yang ukurannya berbeda. Hal itu sontak saja membuat karyawan berlari menyelamatkan diri masing-masing. Intinya diluar dan dalam perusahaan sedang tidak baik-baik saja. Tiba-tiba ponsel Alonso berbunyi, ada telepon masuk yang bertuliskan ' tak diangkat, pasti menyesal.' Berulang kali Alonso mencoba mematikan ponselnya, tapi tak ada satu upaya pun yang berhasil. "Sial! Kalau aku tidak butuh nomor telepon orang-orang penting di dalamnya, sudah ku banting hp ini!" teriak Alonso murka. Akhirnya Alo
Alonso langsung memutuskan panggilan telepon dan memilih duduk di singgasananya. Apa mungkin Ridel Liu pemilik email misterius_26? Hingga mudah baginya untuk mencari informasi apapun, selama itu ada hubungannya dengan teknologi? Kalau tidak, mana mungkin dia bisa mengendalikan stasiun televisi? Apa mungkin dia jugalah yang berada dibalik rusaknya rumah tangga Dani Darma? Ya! Dani Darma yang percaya kalau sang istri mencintainya, percaya begitu saja dengan ucapan manis sang istri. Namun, semua berubah ketika uang hasil penjualan perusahaan jatuh ke tangan sang istri. Dia justru digugat cerai. Bukan itu saja, bahkan dengan kekuasaan yang dimiliki sang istri, Dani Darma harus meninggalkan rumah dengan tangan kosong. Tak ada satu rekan maupun saudara yang mau membantunya. "Tidak! Tidak!" Alonso menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Tidak mungkin, pria miskin itu pemilik email penting itu! Bukankah mudah baginya untuk mencari uang hanya menggunakan email itu? Tapi, apa? Dia ba
*** "Kenapa aku merasa seseorang yang berurusan dengan Fania, selalu berakhir tidak baik? Buktinya, dua pengusaha yang berurusan dengan Fania karirnya berakhir tragis. Tapi kenapa hanya Meda Prabowo yang lolos? Apa semua ada hubungannya dengan Ridel?" Mendengar kalimat yang keluar dari mulut Nadia, sontak saja membuat keluarga Mauren lainnya langsung tertawa. "Nadia ... Nadia ... apa yang bisa dilakukan pria miskin itu, selain menggantungkan hidupnya kepada Fania? Kau jangan mengada-ada!" ketus Arzenio kesal. "Aku bukan mengada-ada, Kek. Firasatku mengatakan, kalau Ridel bukanlah pria yang selama ini kita kenal. Ada sesuatu yang kita tidak tahu tentangnya. Kalau tidak, bagaimana mungkin Fania selalu beruntung disaat terjepit? Bukankah selama ini Fania sama sekali tidak memiliki keluarga?" "Kalau semua ada hubungannya dengan Ridel, terus kenapa Meda Prabowo justru luput dari amarahnya? Bukankah Meda Prabowo juga merupakan sosok yang mempermalukan Fania didepan publik?" ketus Arzen
"Sebagai mantan pengusaha, saya hanya ingin menasehati kalian, sebaiknya ubah sikap arogan kalian. Jangan lagi mengganggu kehidupan ibu Fania, jika tidak ingin menyesal dikemudian hari. Belajarlah dari aku, yang mengambil jalan yang salah hingga berakhir sebagai staf biasa di perusahaan kecil ini," ujar Dani Darma dan langsung meninggalkan Nadia yang diam mematung. Kembali mobil Nadia melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah keluarga Mauren. Sesuai keinginan Nadia, keluarga Mauren yang lainnya telah menunggu di ruang kerja Arzenio. "Kenapa kau meminta kami berkumpul? Tidak tahukah kau, kalau ayah harus menunda pertemuan dengan Ibu Vegan mengenai kontrak kerjasama, ha?" umpat sang ayah kesal. "Apa hal penting yang ingin kau bicarakan? Sampai-sampai, kau tak mau menunda waktu? Kau tahu, hari ini kakek ada rapat penting dan harus batal gara-gara kamu!" ketus Arzenio ikutan kesal. Kalau Arzenio dan Vicenzo protes, berbeda dengan Laura dan Martin. Ibu dan anak itu hanya diam m
*** Fania menatap jam tangannya dengan gelisah. Kenapa Ridel belum datang juga? Apakah dia berhalangan hadir? Tapi kenapa dia tak memberitahu aku? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya? Fania langsung menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Tidak! Pasti dia berhalangan saja! Ya, dia pasti hanya berhalangan saja." Dia berusaha berpikir positif, tapi pikirannya menolak untuk percaya. Dia tidak percaya, kalau Ridel akan membiarkannya sendirian dalam acara sebesar itu, hanya untuk pekerjaan lainnya. Apalagi dalam hal itu, Ridel telah memastikan akan hadir sebelum acara dimulai. "Maaf, Bu Fania. Menurut info yang ku terima, utusan keluarga Liu akan datang tepat waktu," ujar Dian yang mengira kegelisahan Fania, karena menunggu kepastian akan kedatangan utusan keluarga Liu. Fania tidak menjawab, dia kembali memperhatikan jam tangannya. Jelas sekali dia gelisah. Kegelisahan Fania bertambah, ketika melihat kedatangan keluarga Mauren. "Maaf, dapatkah kami berbincang sebentar
Arzenio langsung saja berdiri dan berteriak dengan lantang, "Apa-apaan kau, Fania? Kau sendiri yang memilih Hotel A untuk di operasikan kembali! Kau tahu artinya dengan pengunduran dirimu? Kau bukan hanya mempermalukan perusahaan Galaxy saja, tapi juga perusahaan ITr. Begitu pun dengan pengusaha-pengusaha yang telah memilih berinvestasi." Walaupun Fania memiliki banyak kesempatan untuk membela diri, tapi tak dilakukannya. Dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Ridel. "Kak, apa yang kau lakukan? Bukankah ini merupakan keinginan mu? Kenapa sekarang kau memilih mengundurkan diri? Sebenarnya apa yang terjadi? Kau hanya bercanda, kan, kak? Kau tidak serius kan?" ujar Nadia seperti seorang adik yang peduli kepada sang kakak. Adrian menatap sekelilingnya, mencari sosok bos besarnya. Namun, sejauh mata memandang dia tak menemukan keberadaan Ridel Liu. Berlahan Adrian meraih ponsel dari saku jasnya, kemudian mengirim pesan kepada asisten pribadinya melalui aplikasi hijau. [Waktumu se