Semua Bab Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi: Bab 21 - Bab 30

55 Bab

Bab 21

21. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Mencari Pinjaman Kembali. Penulis: Lusia Sudarti Part 21 Siapin tisu sebelum membaca ya? "Mpus dari mana nasi ini? Untuk Nayla sama anak-anakmu ya?" digendongnya sembari diusap-usap kepalanya. Mpus pun mengeong-ngeong.*** Aku meraih piring dan memindahkan nasinya dari kotak. 'Meong, meong." Mpus tak berhenti bersuara."Mpus ini ayamnya untukmu, ini untuk anak-anak mu." Aku membagi ayam geprek untuk mpus dan anak-anaknya. Setelah mereka makan, aku menyuapi Nayla," air mataku bak bendungan yang jebol, tumpah tak tertahankan. Terimakasih mpus, terima kasih. Di dalam ketidak berdayaan kami, kau menggantikan Suamiku dan aku mencari makan!" pilu hatiku bagai teriris sembilu. Dengan air mata berlinang-linang, aku memeluk dan menciumi mpusku. "Papa mau nyicip makanan dari mpus?" aku menatap sedih kearahnya. "Dikit aja Ma," jawabnya. Aku suap dengan perasaan campur aduk, air mata tak berhenti menetes, si mpus mendongak kearahku, memperhatik
Baca selengkapnya

Bab 22

22. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Ceritaku Penulis : Lusia Sudarti Part 22 *** "Iya, saya menyadari hal itu, tapi Mbak, saya mohon jangan ditinggalin mobil saya ya, saya minta maaf atas kesalahan saya!" suaranya melemah setelah mendengar ucapanku. "Itu tergantung dari Bos, saya sudah bilang dari awal! Saya juga sudah menolak berkali-kali, tapi Bapak selalu memohon dan meminta tolong, karena saya juga manusia Bos, mungkin suatu saat saya juga membutuhkan pertolongan dari Bos, jadi mau nggak mau, saya bersedia.Tapi jangan terhambat dari segi alat, saya nggak bisa terlalu lama menunggu dan tergantung dari mobil Bos, karena Anak-anak saya butuh makan Bos!" ujarku panjang lebar, untuk membuka hatinya, supaya mengerti akan keluhan kami sebagai mekanik. Sejenak ia termenung mendengar keluhanku, dan menoleh kepadaku seraya berkata. "Baiklah Mbak, akan saya usahakan untuk alat-alat yang diperlukan. Dan saya minta notes alat-alat yang akan dibeli Mbak?" sambungnya lagi. "Oke
Baca selengkapnya

Bab 23

23. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Firasat Buruk Penulis : Lusia SudartiPart 23"Mama masak apa?" tanyanya. "Masak sayur bening bayam, sambal ulek sama tempe goreng," "Heem mantap itu, ya udah Papa mandi dulu ya!" ia bangkit untuk mandi.Aku menyiapkan semua untuk makan Suamiku setelah mandi. ***"Anak-anak sudah makan Ma?" tanyanya ketika menerima piring nasi yang kusodorkan. "Alhamdulillah sudah Pa, sebelum Papa pulang tadi mereka makan!" jawabku sambil menghempaskan bobot disampingnya. "Oh iya Pa, tadi Bos Yadi datang kerumah, ia memohon supaya mobilnya jangan sampai ditinggalin karena terkendala dialat-alat." "Heem, terus?" ia berhenti sejenak dan menatapku. "Ya, tadi Mama sedikit keras sih, maksudnya jangan sampai berlarut-larut, karena kita juga butuh makan ....!" aku menjeda sejenak ucapanku. "Ia meminta catatan alat yang mau dibeli, dan memberikan uang dua ratus ribu, katanya buat operasional besok kalau kita ke pool," suami mendengarkan dengan seksama di se
Baca selengkapnya

Bab 24

24. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Karena Gelisah, Kususul Ke tempat Kerja Penulis : Lusia Sudarti Part 24Selepas kepergiannya, perasaanku bertambah cemas dan gelisah, apa lagi hingga sekarang belum pulang. Detak jantungku seolah berpacu dengan waktu. Aku pun berjalan kesana-kemari. Netraku tak lepas dari jalan yang gelap, menanti kedatangan Suami.*** "Ma, ini hpnya! Adek ngantuk," seru Nayla. "Sini Sayang, bobo disini!" ujarku menepuk pangkuan. Ia pun merebahkan diri dipangkuan. Kuusap lembut kepalanya, ia memejamkan mata dan akhirnya tertidur pulas. Heem kenapa belum pulang juga Suamiku ya? Mungkin nanti bareng Anak-anak pulang ngaji," gumamku seorang diri. Aku membawa Nayla ke kamar, biar enakkan tidurnya. Setelah aku kecup keningnya perlahan, aku menuju teras lagi untuk menanti kepulangan Suamiku. Hati ini masih begitu cemas menunggu kepulangannya! Dari jauh kulihat samar-samar bayangan sedang berjalan kaki, dua orang Anak. Apa mungkin itu kedua Anakku?" lirih ba
Baca selengkapnya

Bab 25

25. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Kembali Bertemu Yunita Penulis : Lusia SudartiPart 25"Udah ah Pa, lagi males!" aku menghindar dari suapan dari Suamiku. "Ntar sakit Ma, Papa juga yang repot nantinya!" ia sedikit marah aku menolak dan tak mau disuapi.*** Aku menaruh gawai di atas meja dan kupandang wajahnya lekat, memperhatikan ia makan.Ia makan dengan anggun, meskipun laki-laki. Ia menyodorkan sendok yang berisi makanan kemulutku. Aku membuka mulut dan mengunyah dengan perlahan. Ternyata nikmat juga makan sepiring berdua ya?" lirihku ketika ia beranjak untuk menambah nasi dan lauk. Setelah suapan terakhir, ia menaruh piring kotor dan kembali membawa air minum. Dan ia berikan kepadaku. "Makasih Yank." "Sama-sama Yank!" ia tersenyum dan menjatuhkan bobot disampingku. "Jadi tadi gini ceritanya! Sebelum Suaminya datang. Ia mencoba merayu Papa ...!" ia menjeda sejenak ceritanya dan mengambil nafas.Aku mendengarkan dengan seksama, ada panas membakar hati. Cemburu, pa
Baca selengkapnya

Bab 26

26. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Selalu Ada Ujian Yang Menyakitkan Penulis : Lusia Sudarti Part 26"Adekkan udah gede, sedangkan Mama masih kecil," canda Suamiku. Aku pun mencubit perutnya. "Aduh, Adek tolong Papa donk, Mama cubit Papa," mereka tertawa lagi sembari makan.Ternyata bahagia itu sederhana ya para pembaca setiaku!*** "Assalamualaikum," aku kaget ada orang di depan, aku bergegas melangkah dan menjawab salamnya. "Waalaikumsalam." Mbak Hera sudah berdiri diteras. "Oh Mbak Hera. Sini duduk Mbak!" ucapku ramah mempersilahkan ia duduk. Firasatku sedikit tak tenang melihat kedatangannya dengan wajah datar. "Langsung aja Mbak Suci, saya mau menagih sisa hutang Mbak Suci!" ia mengambil secarik catatan dari dalam tas tangannya dan diserahkan kepadaku.Aku meraih secarik kertas berisi catatan hutangku. Rp 650.000. "Oh iya Mbak, tapi saya belum punya kalau hari ini Mbak, saya beli alat-alat motor dulu. Susah sekali kerja jauh kalau nggak ada motornya," tukasku,
Baca selengkapnya

Bab 27

27. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Aku bertemu Dewi dan Yunita si Ular Berkepala Dua. Penulis: Lusia Sudarti Part 27"Sebentar Pa, lagi bikin kopi," Bos cewek manjawab dari dapur rumahnya. "Jadi donk! Saya lagi kepepet Bos," timpal Suamiku.*** "Ma, ambilin uang Mas Iman!" titah Bos kepada Istrinya. Mbak Layla Istri Bos beranjak dari warungnya. Tak berselang lama ia kembali dengan membawa uang satu juta rupiah diserahkan pada Suaminya. "Nah ini uangnya Mas," ia menyerahkan uang tersebut kepada Suamiku. "Alhamdulillah Bos, terimakasih banyak," ujar Suamiku sembari menerimanya.Kemudian Suami memberikan kepadaku. "Ini minum kopi Mbak, Mas!" Mbak Layla membawa nampan berisi kopi dan cemilan. "Aduh Mbak, repot-repot," tukasku."Enggak repot, itu Adek cemilannya," Mbak Layla memanggil Nayla yang malu-malu disampingku. "Iya Tante ...," Nayla tersenyum malu.Sinta Anak bos mendekati Nayla.Ia anak pertama Bos Ner. "Hai Adek, siapa namanya? Adek cantik deh!" sapanya kepada
Baca selengkapnya

Bab 28

28. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Seluruh Keluargaku Sakit Penulis: Lusia Sudarti Part 28"Amiin, makasih doa-doanya Mbak, pun sebaliknya keluarga Mbak. Amin!" ia mengusap wajah setelah berdoa. Aku pamit untuk pulang dan melangkah menuju jalan gang memutar untuk menghindari Dewi dan Yunita.****Aku berjalan perlahan, fikiranku berkecamuk.'Anak-anakku sakit dirumah! Mungkin besok aku dirumah aja," lirih bathinku. Kepala tertunduk, pandangan menekuri jalanan yang aku pijak, debu beterbangan terhentak langkahku yang menapak bumi, meskipun perlahan. Aku melangkah menyusuri jalan dengan fikiran hampa, tak terasa kontrakan yang aku tempati telah tampak.Setelah sekian menit berjalan, akhirnya sampai rumah juga. "Assalamualaikum," aku mengucap salam ketika masuk teras. "Waalaikumsalam," Suamiku menjawab hampir serentak dengan Nayla. "Kok Mama lama banget!" protes Nayla sembari melangkah kearahku. Aku menaruh barang yang kubeli tadi dengan sedikit perlahan diatas meja.Ka
Baca selengkapnya

Bab 29

29. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Tetanggaku Selalu Julid Penulis : Lusia Sudarti Part 29Sekuat tenaga aku memejamkan mata yang sulit kupejamkan. Setelah beberapa saat akhirnya kantuk pun menyerang akhirnya kuukir mimpi dipulau kapuk.Tengah malam aku terbangun mengganti air kompres untuk Suamiku. Ia masih terlelap dalam tidur, tapi kondisi suhu tubuhnya masih lumayan panas. Hanya saja tak sepanas tadi. Aku tak dapat memejamkan mata kembali. Aku meraih benda pipih dari charger karena daya terisi full. Aku berselancar di Aplikasi menulis memeriksa perkembangan dari pembacaku. Alhamdulillah, peningkatannya sudah lumayan, sudah mencapai ratusan pembaca," gumamku dalam hati.Sayang nya belum ada yang komen! Tak mengapa, seiring berjalannya waktu, pasti banyak yang tertarik untuk membaca novel-novelku. Aku melanjutkan kembali, meng update cerita-ceritaku. Untuk sementara, biarlah satu bab perbukunya, mumpung aku ada waktu sembari menjaga seluruh keluargaku yang sedang sakit.
Baca selengkapnya

Bab 30

30. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Dilayani Suami Penulis : Lusia Sudarti Part 30Mereka semua tersadar dan kembali fokus kekeranjang sayur. Terutama Dewi, ia akhirnya memisahkan diri dan pulang diam-diam. "Lho Mbak Dewi, nggak jadi ikannya," Teh Yeni berteriak, melihat Dewi yang telah menjauh. "Nggak jadi ...! teriaknya tanpa menoleh. Aku tetap fokus memilih sayuran apa yang akan kubeli, mereka ada yang berdehem, ada yang berbisik ada pula yang menyapaku dengan sikap biasa saja. "Cabe satu ons aja Teh, sawi putih setengah kilo, tahu putih satu bungkus." Teh Yeni menimbang sayur dan cabe pesananku. "Semua tiga belas ribu Mbak," ia menyerahkan plastik sayuranku. Aku mengulurkan uang lima belas ribu. "Kembaliannya terasi Teh." Ia memberikan empat bungkus terasi mama suka. "Teh, hutangku nanti ya? Aku belum punya untuk sekarang. Suami dan Anak-Anakku sakit semua!" ujarku menatap manik coklatnya. Ia membalas tatapanku. "Tapi jangan terlalu lama Mbak, aku mau bayar iur
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status