25. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Kembali Bertemu Yunita Penulis : Lusia SudartiPart 25"Udah ah Pa, lagi males!" aku menghindar dari suapan dari Suamiku. "Ntar sakit Ma, Papa juga yang repot nantinya!" ia sedikit marah aku menolak dan tak mau disuapi.*** Aku menaruh gawai di atas meja dan kupandang wajahnya lekat, memperhatikan ia makan.Ia makan dengan anggun, meskipun laki-laki. Ia menyodorkan sendok yang berisi makanan kemulutku. Aku membuka mulut dan mengunyah dengan perlahan. Ternyata nikmat juga makan sepiring berdua ya?" lirihku ketika ia beranjak untuk menambah nasi dan lauk. Setelah suapan terakhir, ia menaruh piring kotor dan kembali membawa air minum. Dan ia berikan kepadaku. "Makasih Yank." "Sama-sama Yank!" ia tersenyum dan menjatuhkan bobot disampingku. "Jadi tadi gini ceritanya! Sebelum Suaminya datang. Ia mencoba merayu Papa ...!" ia menjeda sejenak ceritanya dan mengambil nafas.Aku mendengarkan dengan seksama, ada panas membakar hati. Cemburu, pa
26. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Selalu Ada Ujian Yang Menyakitkan Penulis : Lusia Sudarti Part 26"Adekkan udah gede, sedangkan Mama masih kecil," canda Suamiku. Aku pun mencubit perutnya. "Aduh, Adek tolong Papa donk, Mama cubit Papa," mereka tertawa lagi sembari makan.Ternyata bahagia itu sederhana ya para pembaca setiaku!*** "Assalamualaikum," aku kaget ada orang di depan, aku bergegas melangkah dan menjawab salamnya. "Waalaikumsalam." Mbak Hera sudah berdiri diteras. "Oh Mbak Hera. Sini duduk Mbak!" ucapku ramah mempersilahkan ia duduk. Firasatku sedikit tak tenang melihat kedatangannya dengan wajah datar. "Langsung aja Mbak Suci, saya mau menagih sisa hutang Mbak Suci!" ia mengambil secarik catatan dari dalam tas tangannya dan diserahkan kepadaku.Aku meraih secarik kertas berisi catatan hutangku. Rp 650.000. "Oh iya Mbak, tapi saya belum punya kalau hari ini Mbak, saya beli alat-alat motor dulu. Susah sekali kerja jauh kalau nggak ada motornya," tukasku,
27. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Aku bertemu Dewi dan Yunita si Ular Berkepala Dua. Penulis: Lusia Sudarti Part 27"Sebentar Pa, lagi bikin kopi," Bos cewek manjawab dari dapur rumahnya. "Jadi donk! Saya lagi kepepet Bos," timpal Suamiku.*** "Ma, ambilin uang Mas Iman!" titah Bos kepada Istrinya. Mbak Layla Istri Bos beranjak dari warungnya. Tak berselang lama ia kembali dengan membawa uang satu juta rupiah diserahkan pada Suaminya. "Nah ini uangnya Mas," ia menyerahkan uang tersebut kepada Suamiku. "Alhamdulillah Bos, terimakasih banyak," ujar Suamiku sembari menerimanya.Kemudian Suami memberikan kepadaku. "Ini minum kopi Mbak, Mas!" Mbak Layla membawa nampan berisi kopi dan cemilan. "Aduh Mbak, repot-repot," tukasku."Enggak repot, itu Adek cemilannya," Mbak Layla memanggil Nayla yang malu-malu disampingku. "Iya Tante ...," Nayla tersenyum malu.Sinta Anak bos mendekati Nayla.Ia anak pertama Bos Ner. "Hai Adek, siapa namanya? Adek cantik deh!" sapanya kepada
28. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Seluruh Keluargaku Sakit Penulis: Lusia Sudarti Part 28"Amiin, makasih doa-doanya Mbak, pun sebaliknya keluarga Mbak. Amin!" ia mengusap wajah setelah berdoa. Aku pamit untuk pulang dan melangkah menuju jalan gang memutar untuk menghindari Dewi dan Yunita.****Aku berjalan perlahan, fikiranku berkecamuk.'Anak-anakku sakit dirumah! Mungkin besok aku dirumah aja," lirih bathinku. Kepala tertunduk, pandangan menekuri jalanan yang aku pijak, debu beterbangan terhentak langkahku yang menapak bumi, meskipun perlahan. Aku melangkah menyusuri jalan dengan fikiran hampa, tak terasa kontrakan yang aku tempati telah tampak.Setelah sekian menit berjalan, akhirnya sampai rumah juga. "Assalamualaikum," aku mengucap salam ketika masuk teras. "Waalaikumsalam," Suamiku menjawab hampir serentak dengan Nayla. "Kok Mama lama banget!" protes Nayla sembari melangkah kearahku. Aku menaruh barang yang kubeli tadi dengan sedikit perlahan diatas meja.Ka
29. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Tetanggaku Selalu Julid Penulis : Lusia Sudarti Part 29Sekuat tenaga aku memejamkan mata yang sulit kupejamkan. Setelah beberapa saat akhirnya kantuk pun menyerang akhirnya kuukir mimpi dipulau kapuk.Tengah malam aku terbangun mengganti air kompres untuk Suamiku. Ia masih terlelap dalam tidur, tapi kondisi suhu tubuhnya masih lumayan panas. Hanya saja tak sepanas tadi. Aku tak dapat memejamkan mata kembali. Aku meraih benda pipih dari charger karena daya terisi full. Aku berselancar di Aplikasi menulis memeriksa perkembangan dari pembacaku. Alhamdulillah, peningkatannya sudah lumayan, sudah mencapai ratusan pembaca," gumamku dalam hati.Sayang nya belum ada yang komen! Tak mengapa, seiring berjalannya waktu, pasti banyak yang tertarik untuk membaca novel-novelku. Aku melanjutkan kembali, meng update cerita-ceritaku. Untuk sementara, biarlah satu bab perbukunya, mumpung aku ada waktu sembari menjaga seluruh keluargaku yang sedang sakit.
30. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Dilayani Suami Penulis : Lusia Sudarti Part 30Mereka semua tersadar dan kembali fokus kekeranjang sayur. Terutama Dewi, ia akhirnya memisahkan diri dan pulang diam-diam. "Lho Mbak Dewi, nggak jadi ikannya," Teh Yeni berteriak, melihat Dewi yang telah menjauh. "Nggak jadi ...! teriaknya tanpa menoleh. Aku tetap fokus memilih sayuran apa yang akan kubeli, mereka ada yang berdehem, ada yang berbisik ada pula yang menyapaku dengan sikap biasa saja. "Cabe satu ons aja Teh, sawi putih setengah kilo, tahu putih satu bungkus." Teh Yeni menimbang sayur dan cabe pesananku. "Semua tiga belas ribu Mbak," ia menyerahkan plastik sayuranku. Aku mengulurkan uang lima belas ribu. "Kembaliannya terasi Teh." Ia memberikan empat bungkus terasi mama suka. "Teh, hutangku nanti ya? Aku belum punya untuk sekarang. Suami dan Anak-Anakku sakit semua!" ujarku menatap manik coklatnya. Ia membalas tatapanku. "Tapi jangan terlalu lama Mbak, aku mau bayar iur
31. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK MASI Gali Lubang Tutup Lubang Penulis : Lusia Sudarti Part 31"Aa, ayo buka mulut Sayang!" aku menyuapi Nayla makan dahulu. Setelahnya baru aku. "Enak ya Ma!" seru Nayla. "Tentunya, siapa dulu yang masak," suamiku membusungkan dada. Aku dan Anak-anak tersenyum melihat Suamiku.***Hari-hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Semakin hari semakin sulit, bukan tak ada pekerjaan. Melainkan semua minta waktu. Seperti hari ini, apa pun yang ada dijual untuk menutupi kebutuhan. Hanya untuk sementara, aku termenung sesaat berfikir dari mana lagi untuk makan? Membuka megicom, nasi hanya cukup untuk sarapan dan makan siang. Sorenya dari mana lagi Ya Allah? Lauk pun tak ada, hanya ada satu genggam cabai rawit sisa kemarin. Aku memetik tangkai cabai dan kugoreng. Subhanallah, aku terhenyak saat mengangkat botol minyak sayur yang ternyata juga kosong ... oh Tuhan, nikmat sekali ujian dari-Mu ini. Sampai kapankah engkau menguji kami dengan materi?"
32. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Mendapat Job Penulis : Lusia Sudarti Part 32Ia mengusap rambutku dan menyelipkan anak rambut di telingaku. "Sabar ya," kedua netranya sedikit berembun menatapku. Anak-anak hanya makan lauk masako seperti Adeknya tadi."Makan Ma, makan Pa," ujar Rani sama halnya dengan Indra. "Iya," jawab kami berdua. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀Anak-nak kerumah Mbak Neni, mereka beli beras lima kilogram, beli sabun dan mie instant juga beberapa ribu jajan untuk Nayla. Yang seratus aku bayarin kelistrik. Alhasil hanya tersisa sepuluh ribu.Tak mengapa, yang penting mereka bisa makan seenggaknya untuk lima hari kedepan, nanti difikirin lagi untuk kedepannya. "Pa, sisa sepuluh ribu," ungkapku dengan nada sedih. Aku menatapnya, begitu pun Suamiku. "Iya Ma sabar ya?" katanya lirih. "Tapi kucing kita belum kebeli whiskas." "Nanti kita kasih makan nasi dulu, kalau dapat rejeki kita beliin whiskas lagi," hibur Suamiku. Aku mengangguk. "Ma, makasih Adek dibeliin ja