Share

Bab 23

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-13 22:42:39

23. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI

Firasat Buruk

Penulis : Lusia Sudarti

Part 23

"Mama masak apa?" tanyanya.

"Masak sayur bening bayam, sambal ulek sama tempe goreng,"

"Heem mantap itu, ya udah Papa mandi dulu ya!" ia bangkit untuk mandi.

Aku menyiapkan semua untuk makan Suamiku setelah mandi.

***

"Anak-anak sudah makan Ma?" tanyanya ketika menerima piring nasi yang kusodorkan.

"Alhamdulillah sudah Pa, sebelum Papa pulang tadi mereka makan!" jawabku sambil menghempaskan bobot disampingnya.

"Oh iya Pa, tadi Bos Yadi datang kerumah, ia memohon supaya mobilnya jangan sampai ditinggalin karena terkendala dialat-alat."

"Heem, terus?" ia berhenti sejenak dan menatapku.

"Ya, tadi Mama sedikit keras sih, maksudnya jangan sampai berlarut-larut, karena kita juga butuh makan ....!" aku menjeda sejenak ucapanku.

"Ia meminta catatan alat yang mau dibeli, dan memberikan uang dua ratus ribu, katanya buat operasional besok kalau kita ke pool," suami mendengarkan dengan seksama di se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 24

    24. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Karena Gelisah, Kususul Ke tempat Kerja Penulis : Lusia Sudarti Part 24Selepas kepergiannya, perasaanku bertambah cemas dan gelisah, apa lagi hingga sekarang belum pulang. Detak jantungku seolah berpacu dengan waktu. Aku pun berjalan kesana-kemari. Netraku tak lepas dari jalan yang gelap, menanti kedatangan Suami.*** "Ma, ini hpnya! Adek ngantuk," seru Nayla. "Sini Sayang, bobo disini!" ujarku menepuk pangkuan. Ia pun merebahkan diri dipangkuan. Kuusap lembut kepalanya, ia memejamkan mata dan akhirnya tertidur pulas. Heem kenapa belum pulang juga Suamiku ya? Mungkin nanti bareng Anak-anak pulang ngaji," gumamku seorang diri. Aku membawa Nayla ke kamar, biar enakkan tidurnya. Setelah aku kecup keningnya perlahan, aku menuju teras lagi untuk menanti kepulangan Suamiku. Hati ini masih begitu cemas menunggu kepulangannya! Dari jauh kulihat samar-samar bayangan sedang berjalan kaki, dua orang Anak. Apa mungkin itu kedua Anakku?" lirih ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 25

    25. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Kembali Bertemu Yunita Penulis : Lusia SudartiPart 25"Udah ah Pa, lagi males!" aku menghindar dari suapan dari Suamiku. "Ntar sakit Ma, Papa juga yang repot nantinya!" ia sedikit marah aku menolak dan tak mau disuapi.*** Aku menaruh gawai di atas meja dan kupandang wajahnya lekat, memperhatikan ia makan.Ia makan dengan anggun, meskipun laki-laki. Ia menyodorkan sendok yang berisi makanan kemulutku. Aku membuka mulut dan mengunyah dengan perlahan. Ternyata nikmat juga makan sepiring berdua ya?" lirihku ketika ia beranjak untuk menambah nasi dan lauk. Setelah suapan terakhir, ia menaruh piring kotor dan kembali membawa air minum. Dan ia berikan kepadaku. "Makasih Yank." "Sama-sama Yank!" ia tersenyum dan menjatuhkan bobot disampingku. "Jadi tadi gini ceritanya! Sebelum Suaminya datang. Ia mencoba merayu Papa ...!" ia menjeda sejenak ceritanya dan mengambil nafas.Aku mendengarkan dengan seksama, ada panas membakar hati. Cemburu, pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 26

    26. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Selalu Ada Ujian Yang Menyakitkan Penulis : Lusia Sudarti Part 26"Adekkan udah gede, sedangkan Mama masih kecil," canda Suamiku. Aku pun mencubit perutnya. "Aduh, Adek tolong Papa donk, Mama cubit Papa," mereka tertawa lagi sembari makan.Ternyata bahagia itu sederhana ya para pembaca setiaku!*** "Assalamualaikum," aku kaget ada orang di depan, aku bergegas melangkah dan menjawab salamnya. "Waalaikumsalam." Mbak Hera sudah berdiri diteras. "Oh Mbak Hera. Sini duduk Mbak!" ucapku ramah mempersilahkan ia duduk. Firasatku sedikit tak tenang melihat kedatangannya dengan wajah datar. "Langsung aja Mbak Suci, saya mau menagih sisa hutang Mbak Suci!" ia mengambil secarik catatan dari dalam tas tangannya dan diserahkan kepadaku.Aku meraih secarik kertas berisi catatan hutangku. Rp 650.000. "Oh iya Mbak, tapi saya belum punya kalau hari ini Mbak, saya beli alat-alat motor dulu. Susah sekali kerja jauh kalau nggak ada motornya," tukasku,

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 27

    27. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Aku bertemu Dewi dan Yunita si Ular Berkepala Dua. Penulis: Lusia Sudarti Part 27"Sebentar Pa, lagi bikin kopi," Bos cewek manjawab dari dapur rumahnya. "Jadi donk! Saya lagi kepepet Bos," timpal Suamiku.*** "Ma, ambilin uang Mas Iman!" titah Bos kepada Istrinya. Mbak Layla Istri Bos beranjak dari warungnya. Tak berselang lama ia kembali dengan membawa uang satu juta rupiah diserahkan pada Suaminya. "Nah ini uangnya Mas," ia menyerahkan uang tersebut kepada Suamiku. "Alhamdulillah Bos, terimakasih banyak," ujar Suamiku sembari menerimanya.Kemudian Suami memberikan kepadaku. "Ini minum kopi Mbak, Mas!" Mbak Layla membawa nampan berisi kopi dan cemilan. "Aduh Mbak, repot-repot," tukasku."Enggak repot, itu Adek cemilannya," Mbak Layla memanggil Nayla yang malu-malu disampingku. "Iya Tante ...," Nayla tersenyum malu.Sinta Anak bos mendekati Nayla.Ia anak pertama Bos Ner. "Hai Adek, siapa namanya? Adek cantik deh!" sapanya kepada

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 28

    28. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Seluruh Keluargaku Sakit Penulis: Lusia Sudarti Part 28"Amiin, makasih doa-doanya Mbak, pun sebaliknya keluarga Mbak. Amin!" ia mengusap wajah setelah berdoa. Aku pamit untuk pulang dan melangkah menuju jalan gang memutar untuk menghindari Dewi dan Yunita.****Aku berjalan perlahan, fikiranku berkecamuk.'Anak-anakku sakit dirumah! Mungkin besok aku dirumah aja," lirih bathinku. Kepala tertunduk, pandangan menekuri jalanan yang aku pijak, debu beterbangan terhentak langkahku yang menapak bumi, meskipun perlahan. Aku melangkah menyusuri jalan dengan fikiran hampa, tak terasa kontrakan yang aku tempati telah tampak.Setelah sekian menit berjalan, akhirnya sampai rumah juga. "Assalamualaikum," aku mengucap salam ketika masuk teras. "Waalaikumsalam," Suamiku menjawab hampir serentak dengan Nayla. "Kok Mama lama banget!" protes Nayla sembari melangkah kearahku. Aku menaruh barang yang kubeli tadi dengan sedikit perlahan diatas meja.Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 29

    29. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK NASI Tetanggaku Selalu Julid Penulis : Lusia Sudarti Part 29Sekuat tenaga aku memejamkan mata yang sulit kupejamkan. Setelah beberapa saat akhirnya kantuk pun menyerang akhirnya kuukir mimpi dipulau kapuk.Tengah malam aku terbangun mengganti air kompres untuk Suamiku. Ia masih terlelap dalam tidur, tapi kondisi suhu tubuhnya masih lumayan panas. Hanya saja tak sepanas tadi. Aku tak dapat memejamkan mata kembali. Aku meraih benda pipih dari charger karena daya terisi full. Aku berselancar di Aplikasi menulis memeriksa perkembangan dari pembacaku. Alhamdulillah, peningkatannya sudah lumayan, sudah mencapai ratusan pembaca," gumamku dalam hati.Sayang nya belum ada yang komen! Tak mengapa, seiring berjalannya waktu, pasti banyak yang tertarik untuk membaca novel-novelku. Aku melanjutkan kembali, meng update cerita-ceritaku. Untuk sementara, biarlah satu bab perbukunya, mumpung aku ada waktu sembari menjaga seluruh keluargaku yang sedang sakit.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 30

    30. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Dilayani Suami Penulis : Lusia Sudarti Part 30Mereka semua tersadar dan kembali fokus kekeranjang sayur. Terutama Dewi, ia akhirnya memisahkan diri dan pulang diam-diam. "Lho Mbak Dewi, nggak jadi ikannya," Teh Yeni berteriak, melihat Dewi yang telah menjauh. "Nggak jadi ...! teriaknya tanpa menoleh. Aku tetap fokus memilih sayuran apa yang akan kubeli, mereka ada yang berdehem, ada yang berbisik ada pula yang menyapaku dengan sikap biasa saja. "Cabe satu ons aja Teh, sawi putih setengah kilo, tahu putih satu bungkus." Teh Yeni menimbang sayur dan cabe pesananku. "Semua tiga belas ribu Mbak," ia menyerahkan plastik sayuranku. Aku mengulurkan uang lima belas ribu. "Kembaliannya terasi Teh." Ia memberikan empat bungkus terasi mama suka. "Teh, hutangku nanti ya? Aku belum punya untuk sekarang. Suami dan Anak-Anakku sakit semua!" ujarku menatap manik coklatnya. Ia membalas tatapanku. "Tapi jangan terlalu lama Mbak, aku mau bayar iur

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 31

    31. SEMANGKUK KELAPA PARUT UNTUK LAUK MASI Gali Lubang Tutup Lubang Penulis : Lusia Sudarti Part 31"Aa, ayo buka mulut Sayang!" aku menyuapi Nayla makan dahulu. Setelahnya baru aku. "Enak ya Ma!" seru Nayla. "Tentunya, siapa dulu yang masak," suamiku membusungkan dada. Aku dan Anak-anak tersenyum melihat Suamiku.***Hari-hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Semakin hari semakin sulit, bukan tak ada pekerjaan. Melainkan semua minta waktu. Seperti hari ini, apa pun yang ada dijual untuk menutupi kebutuhan. Hanya untuk sementara, aku termenung sesaat berfikir dari mana lagi untuk makan? Membuka megicom, nasi hanya cukup untuk sarapan dan makan siang. Sorenya dari mana lagi Ya Allah? Lauk pun tak ada, hanya ada satu genggam cabai rawit sisa kemarin. Aku memetik tangkai cabai dan kugoreng. Subhanallah, aku terhenyak saat mengangkat botol minyak sayur yang ternyata juga kosong ... oh Tuhan, nikmat sekali ujian dari-Mu ini. Sampai kapankah engkau menguji kami dengan materi?"

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-22

Bab terbaru

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 60

    60. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Tahun Penuh Kebahagiaan Penulis: Lusia Sudarti Part 60 (part terakhir) "Terima kasih untuk cintamu, untuk Papa Sayang!" Suamiku mengecup pucuk kepalaku, nampak sekali Suamiku begitu bahagia dari caranya menatapku ..."Terimakasih juga atas cinta yang Papa berikan buat Mama Pa! Mama begitu bahagia bisa menjadi bagian dari hidup Papa." "Tetaplah disamping Papa Ma ..." "Sudah larut, tidurlah Pa, sini Mama usap kepala Papa," aku menepuk kedua pahaku, memintanya untuk merebahkan kepalanya di pangkuanku. 'Malam belum terlalu larut saat aku bermimpi, hingga Suamiku membangunkan aku, kini ia terlelap begitu damai dalam pangkuanku! Tuhan ... aku bersyukur atas jodoh yang Engkau tetapkan untukku, yang menemani hidupku di dunia ini, amiinn ..." 🌺🌺🌺🌺🌺🌺Aku memang tidak cantik, tetapi tidak pula jelek, wajahku manis semanis madu. Wkwkwk. Tahun ini adalah tahun penuh kebahagiaan buat keluarga kami.Selama memasuki bulan diawal tahun ini, hid

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 59

    59. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Bermimpi Penulis : Lusia Sudarti Part 59Tak berapa lama, dari jauh terlihat sorot lampu yang menyinari area lokasi dan menerangi mobil dimana aku seorang diri di dalamnya. Sebetulnya di belakang mobil, masih banyak mobil yang antri seperti kami."Ma ..." Tok! Tok! Tok! Aku segera membuka pintu mobil, Suamiku tersenyum manis kepadaku yang duduk dijok stir. "Enggak ada apa-apa kan Ma ...?" tanya-nya sembari naik kedalam mobil. "Iya Pa, tapi tetap aja takut hehehe!" aku terkekeh sembari beralih tempat duduk. "Enggak akan ada yang menggigit, paling juga ada yang mau menculik!" Seloroh Suamiku sambil membuka plastik dan mengeluarkan dua bungkus nasi. "Ini Ma nasinya!" ia menyerahkan satu bungkus nasi dan aku meraihnya.Aku rasanya tak sabar untuk menyantap nasi yang aromanya begitu menggoda indera penciuman. Setelah mencuci tangan dan membaca doa makan, aku dan Suamiku segera menyantap makanan kami dengan lahap. "Alhamdulilah Ya Alla

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 58

    58. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Berangkat Kerja Penulis : Lusia Sudarti Part 58"Terus gimana dengan sekolah Ma?" tanya Rani memecah keheningan "Untuk sementara Mama mau cari tukang ojeg," ucapku kemudian. Mereka semua terdiam mendengar ucapanku.Aku merenungi kehidupanku sekarang! Entahlah semoga ini awal yang baik untuk kami. Doa dan harapan yang tak pernah bosan dan putus kupanjatkan. "Ma, sudah sampai nih!" ujar Suamiku sambil menyentuh punggung tanganku. Aku tergagap karena terkejut, ternyata aku melamun, ia tersenyum melihatku yang terlonjak."Makanya gak usah melamun Ma!" canda Rani, ia bersiap turun dari mobil dan menurunkan semua alat-alat perlengkapan yang kami bawa. "Ayo turun Adek ...!" aku segera menuruni tangga mobil dan meraih Nayla untuk kugendong. Kami disambut hangat oleh keluargaku. Tarmi dan Anaknya, Tarmi seorang janda, Suaminya meninggal dunia tiga tahun lalu, karena menderita stroke.Mereka membantu membawa barang-barang yang kami bawa. "Dek

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 57

    57. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Penulis : Lusia Sudarti Part 57Aduh Mbak, kami belum punya, tetapi jika mau lima ratus dahulu ada nih," ia merogoh uang di saku celananya.Kemudian diberikannya kepadaku. Aku menerima uang dari tangan Bosku itu tanpa semangat! Tetapi aku masih menunjukkan sikap menghargai kepada mereka. Malam ini terasa begitu dingin, kebetulan aku lupa memakai switer, jadi angin malam seolah menusuk kulit hingga tembus tulang sum-sum. "Ayo pulangn Pa." Aku dan Suamiku lemas seketika! Kami sedikit kecewa, bukan sedikit sih ... janji mereka mau melunasi hari ini. Tapi sayangnya mereka masih mengingkarinya. Sedangkan aku dan Suamiku mempunyai janji untuk membayar dulu bunga pinjaman pan4s!Tapi apa boleh buat, yang ada dulu dibayarin, sisanya nanti kalo udah dapat lagi. "Gimana ini Pa, masa iya cuma segini! Kan bingung mau kasih taunya gimana! Sedangkan semua telah menjadi dua juta!" ucapku sedikit kecewa. "Mau gimana lagi Ma, kirim dulu yang ada!" ja

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 56

    56. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Pergantian Tahun Penulis : Lusia Sudarti Part 56"Heii, Mama gak apa-apa kok, udah jangan menangis, kita berdoa aja semoga kita dapat rizqi untuk membayar semuanya," aku memeluk mereka semua.Tak kupungkiri hatikupun sakit tiada terkira.Tetapi aku harus tegar demi mereka. "Mbak mau ngaji gak?" tanyaku seraya melerai pelukan. "Iya Ma ngaji," jawabnya. "Ya udah makan dulu lalu bersiap-siaplah," titahku kepada mereka berdua.Mereka pun mengangguk dan beranjak masuk. Aku menarik nafas dengan berat dan kuhempaskan perlahan.Aku membuka ponselku kembali dan menonton youtube bersama Nayla.Melihat tingkah lucu si kucing dalam video.Nayla tertawa terbahak-bahak hingga mengundang rasa penasaran kedua Kakaknya yang sedang beres-beres sebelum berangkat ngaji. "Hahaha, lihat Ma lucu sekali kucingnya, bisa beldili juga ngomong," teriak Nayla kembali, akupun tertawa melihatnya. "Mana Dek ...!" ujar Rani juga Indra berlari menuju kearahku dan Nay

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 55

    55. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nas Selalu Sakit Hati Penulis : Lusia Sudarti Part 55 Tring! Aku terkejut mendengar suara nyaring dari ponselku. "Tolong antarkan sekarang ..." Aku hanya mengusap dada membaca pesan whatsapp dari Mbak Neni. "Mbak, saya belum gajihan, ada uang baru dapat sisa bayaran dari Kak Andi, tetapi gak cukup untuk bayar bunganya, di rumah saya beras pun gak ada, jadi untuk beli beras dan bahan-bahan masak yang lain karena sudah habis semua," segera aku mengirimkan balasan. Pesan balasanku pun telah dibaca dan dilayar ia sedang mengetik.Tring!"Tapi ini sudah berjalan tiga minggu, jadi gimana? Sedang perjanjian kemarin dua minggu bunganya lima ratus ribu jika meminjam satu juta ..." Aku membaca pesan itu dengan hati gundah gulana, bingung, sedih sekali pastinya.'Entah kenapa tak ada sedikitpun iba pada kami yang sedang betul-betul kesusahan.Untuk makan pun sulit," gumamku dalam hati. Sementara itu dalam kegelisahan aku melangkah masuk kedalam ka

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 54

    54. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi Terlilit Hutang Kembali Penulis : Lusia Sudarti Part 54"Gak perlu ... aku mau belanja Mbak! Tolong kerjasamanya, aku juga butuh modal, dipasar gak bisa ngutang, seperti kamu yang seenaknya ngutang gak mau bayar!" ujarnya dengan angkuh, aku hanya terdiam, kata-katanya begitu menusuk kalbu yang paling dalam.Sakit sekali rasanya. Ira yang duduk disampingku seketika bungkam mendengar ucapan pedas Teh Yeni tukang sayur langganan kami.Suamiku turun dari atas mesin mobil, ia menghampiri Teh Yeni yang berdiri dengan congkak di hadapanku. "Sabar Teh, bukan gak mau bayar, tapi memang ekonomi kami sangat sulit, borongan mobil ini dikasbon sedikit-sedikit untuk beli beras satu atau dua kilo, untuk mengganjal perut Anak dan Istriku. Juga gak seberapa besar hasilnya, untuk makanpun pas-pasan, jadi Teh, bukan gak mau bayar, emang bener-bener gak punya," ujarnya dengan raut memerah, ia mencoba sabar untuk menghadapi Teh Yeni. Aku tau, ia pasti sangat

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 53

    53. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Penulis : Lusia Sudarti Part 53Aku meraih gawai lalu membukanya.Kedua netraku membola saat membaca pesan whatsapp itu. "Ada apa Ci?" tanya Ira penasaran, ia ikut membaca pesan yang tertera diponselku. "Ya Allah Ci, kamu terlilit hutang berbunga?" Kini gantian Ira yang terbelalak menatapku tak percaya. "Iya Ir," jawabku sembari menunduk membaca dengan seksama pesan whatsapp diponselku. "Mbak, gimana uang yang kemarin? Ini udah tiga minggu, sedangkan janji dua minggu! Waktu terus berjalan!" pesan whatsapp dari Mbak Neni. "Iya Mbak, kami belum gajian!" balasku. Tring! Rupanya langsung dibaca dan dibalas. "Bayar dulu bunganya," balasnya kemudian. "Iya Mbak, nanti kalo cair ya?" balasku. Aku mengetik balasan selanjutnya lalu kukirim kembali. Hanya diread, tetapi tak dibalas kembali. "Ya Allah Ci, berapa emangnya kamu pinjem?" seru Ira. Ia kembali menatapku. "Satu juta, bunganya perdua minggu lima ratus ribu, jadi semua satu juta

  • Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi   Bab 52

    52. Semangkuk Kelapa Parut Untuk Lauk Nasi. Bongkar Mesin. Penulis : Lusia Sudarti Part 52"Ma, ada wak Andi di rumah membawa mobil." "Iya udah, Papa belum pulang?" tanyaku sembari melangkah, menapaki jalan cor yang belum lama selesai dibangun. "Belum Ma," ujarnya disisiku.Sekirtar dua menit kami tiba dikontrakan, di teras Kak Andi telah menunggu, mobilpun telah terparkir cantik di halaman samping. "Udah lama Kak?" Tanyaku sembari menjatuhkan bobot di kursi teras, setelah mempersilhkan beliau duduk. "Belum Mbak, baru aja sampai," jawabnya. "Oh iya ya Kak." "Mbak, kalau Mas Iman mau menyalakan mesin ini kuncinya!" Kak Andi menunjukkan kunci distir mobil. "Iya Kak, insyaallah nanti malam kalau gak besok pagi di cek ya?" jawabku sembari memeriksa mobil. "Iya Mbak, saya permisi dulu!" Kak Andi pamit setelah memberi penjelasan kerusakan mobil kepadaku. "Minum dulu Kak." "Terima kasih banyak Mbak, baru saja minum!" tolaknya dengan halus. Kemudian beliau melangkah menuju jalan

DMCA.com Protection Status