All Chapters of Kubuang Mantan Suami Sampah Pada Tempatnya : Chapter 11 - Chapter 20

44 Chapters

Bab 11 Permisi

"Permisi..." Hanif menarik nafas panjang, "Itu pasti pelanggan..." Buru-buru Hanif keluar dan kembali ke toko menemui tamunya. "Maaf Bu Dadang, kebetulan tadi saya sedang mengurus sesuatu di belakang, jadi...""Pesanannya sudah jadi kan pak?" Hanif baru ingat, wanita berpakaian dinas kuning itu adalah salah satu tetangganya yang memesan, Hanif tergagap, namun dia segera mengatasi iniBuru-buru dia memeriksa daftar pemesan, tanpa memperhatikan wajah pelanggannya, rasa cemas menghampirinya karena dia sudah tahu resiko di datangi pelanggan yang komplen jika hasil kerjanya mengecewakan."Buruan mas, acaranya mulai pukul 09.00 nanti, saya sudah repot datang dan menjemput kemari loh, lagipula 20 bungkus itu tidak terlalu banyak."Hanif menghembus kasar nafas, 20 bungkus kan? Ini cukup, dan dia segera menyelesaikan ini dan memberikannya pada pelanggan. "Ini ya Bu Dadang."Wanita itu sudah standby di motornya, Hanif meletakkannya di jok depan motor. "Nanti uangnya di transfer ya pak."Sampai
Read more

Bab 12 Rahasia apa yang dia sembunyikan?

Leon tiba-tiba rewel, buru-buru Hanif membuatkan susu dan menghidupkan video anak-anak di gawai miliknya agar Leon berhenti menangis. Namun, usahanya itu malah gagal, Hanif mencoba mendiamkannya dengan segala cara, hasilnya tetap sama. Untungnya Ayunda belum jauh dari rumah.Pikiran Hanif jauh lebih kacau, dan itu malah memicu emosinya, hingga akhirnya mengeluarkan semua kekesalannya dengan emosi. "Ayunda, kamu masih ingat dengan anakmu kan?kamu tak dengar dia menangis? Bagaimana pun dia juga butuh kasih sayang seorang ibu.""Suruh saja ibumu kemari, bilang padanya untuk bawa anak-anak sekalian dan tinggal di sini."Dasar kepala, dia tak peduli betapa sulitnya Hanif bekerja mencari nafkah untuk keluarganya, semua ini demi memenuhi kebutuhan mereka juga.Sayangnya, Hanif selalu menyimpan itu dalam hati, ia tak ingin mengumbar semuanya dan dikatakan tidak ikhlas menafkahi keluarganya.Ayunda bukan tidak mendengar perkataan suaminya, tapi ia malah menggerutu, bahkan setelah keluar dari r
Read more

Bab 13 Aku ini pria normal

"Ayunda ...," Hanif memanggil istrinya dengan lembut. Pasalnya, sejak Ayunda pulang dia masuk kamar dan tak keluar hingga malam tiba. Hanif menyusulnya ke ranj4ng yang di tempati sang istri setelah putra mereka tertidur. Ia melihat punggung Ayunda yang membelakang, mendapati lek√kan tubuh yang tebalut piyama katun, begitu menggelora h4sratnya untuk melak√kan ses√atu. Sebagai pri4 normal, dia jelas menginginkan h4l yang sudah sepantasnya mereka lakukan, tangannya bergerak menyentuh pundak Ayunda, perlahan turun mencapai pingg√l. Hanif memindahkan tangannya menjelajahi bagian depan, kali ini ia berinisiatif menyentuh b3lah4n d4d4, dan mer3m4snya Namun, Ayunda malah terbangun dan segera menepis sentuhan itu, lalu menaikkan selimut tanpa peduli dengan keinginan sang suami."Sayang, kita sudah lama...""Aku lelah dan mau istirahat, besok aku masih ada urusan di suatu tempat." Kejam sekali, padahal h4sr4tnya sudah sampai ke ubun-ubun, namun Hanif memilih mengabaikan kekecewaannya, dan
Read more

Bab 14 Ayunda kemana sih?

Sejak semalam Hanif mondar-mandir di depan pintu dengan gelisah, menunggu kehadiran sang istri yang belum pulang sampai sampai detik ini, jika kemarin dia tak membuat nasi soto, apa sekarang dia harus begitu juga? Waktunya sudah tekor karena itu, tapi yang lebih ia cemaskan kini hanya istrinya. "Aku coba telpon dia lagi, semoga diangkat."Sigap tangan Hanif bergerak mengetuk layar ponselnya sampai panggilan tadi tersambung. Tut... tut... tut... "Aku mohon angkat Ayunda, angkat..." Satu, dua kali dia merasa percuma menelepon, karena hasilnya tetap sama. "Ayunda tidak sedang dalam masalah kan?" Saat itu matanya terpejam, mencoba berpikir jernih. "Baik, aku akan coba sekali lagi." "Halo..." Hanif baru menghembus nafas lega, begitu panggilan itu tersambung. "Sayang, kamu tak apa?" tanya Hanif dengan tergesa. "Hanif, hari ini aku sangat sibuk, mengobrolnya nanti saja, bye!" "Tapi ...""Oh, aku lupa. Hanif, untuk sementara ini aku mungkin tak bisa pulang, jadi tolong jaga Leon baik
Read more

Bab 15 Kenapa dengan anakku?

Oek... Oek..."Hanif, anakmu nangis tuh, emang ibunya nggak di rumah?" Pria itu hanya meringis ketika di tanyai salah seorang pelanggan yang berdiri dan akan belanja di tokonya. Meski sibuk mengemasi barang belanjaan para pelanggannya, Hanif menyempatkan diri menjawab seadanya. "Ayunda belakangan ini sibuk, dia dapat proyek iklan lagi, jadi di rumah cuma kami berdua.""Lalu ibu Jeanne?""Ibu jagain rumah lama, lagian dia juga sibuk ngurusin komunitas senamnya, jadi nggak bisa bantuin aku juga." Selesai mengemas semuanya, Hanif menata semua barang-barang itu di depan toko dan melanjutkan ucapannya. "Aku sudah biasa apa-apa sendirian kok Bu, jadi nggak masalah."Tangisan itu terdengar semakin keras, itu menarik perhatian semua pelanggan toko. "Hanif, lebih baik lihat dulu anakmu, kami akan tunggu di sini." Kesibukan Hanif, mengundang prihatin bagi mereka, ia baru menyadari bahwa semua tetangganya memiliki rasa manusiawi yang besar. Tanpa berpikir, Ia segera berlari menemui putranya ya
Read more

Bab 16 Keluhanku

"Aku tak bisa terima itu!" Siapa yang akan membiarkan istrinya tinggal di luar selama beberapa bulan?Hanif jelas tak setuju dengan permintaan aneh istrinya."Hanif, apa belakangan ini aku meminta uang padamu? Apa kamu tahu semua keluhanku selama di luar? Meski kamu bertanya pun, aku juga tak ingin memberitahumu. Tapi, yang perlu kamu ketahui, sejak aku meninggalkan rumah kemarinnya lagi, aku sudah menghasilkan banyak uang, sementara jika hanya mengandalkan kamu..."Ayunda menarik nafas, dan tak ingin melanjutkan ucapannya, "Ayunda, tarik ucapanmu kembali! Bicaramu jangan keterlaluan, apa kamu lupa apa yang membuat hidup kita jadi begini? Kuharap kamu mengerti dengan roda perputaran ini." Hanif meraih tangan sang istri, berharap wanita itu akan berubah pikiran, namun Ayunda melepas genggamannya dengan kasar."Maaf Hanif, kurasa hubungan kita berakhir di sini saja, kurasa jalan terbaik adalah bercerai." Meski kata-katanya tidak kasar, tapi sangat menusuk. "Kamu kira semudah itu men
Read more

Bab 17 Tidak bersemangat

Hanif masih terpaku di teras tokonya, beberapa hari ini semangatnya mengendur, bahkan memasak untuk dirinya berdua Leon saja, terasa sangat malas. Di tengah keheningan situasi, rengekan ma nja putranya terdengar, gegas Hanif mengambil sikap dan mengendong Leon. "Dedek haus? Kita bikin susu dulu yuk!"Baru dia menginjakkan kakinya di dalam toko, ibu-ibu tetangga sebelah rumah datang. "Eh, Bu Monik, belanja apa hari ini?" tanya Hanif sedikit basa-basi."Sabun cuci, sama pengharum..." Wanita itu tiba-tiba diam, lalu memperhatikan anak yang masih dalam gendongan Hanif, "Anaknya baru bangun tidur?""Iya, Bu. Belakangan ini rewel sekali, keseringan nangis bikin badannya lemas." jelas Hanif sambil mengemas pesanan pelanggannya."Istri kamu ada nelpon nggak?" Hanif menghentikan aktivitasnya, lalu menyengir, mengingat masalah yang kemarin. "Ada kok, kadang dia juga datang jengukin Leon...""Kamu serius? Hanif, aku mau kas
Read more

Bab 18 Dendam

Keluar dari ruangan itu, Aldi dan Anna sama-sama diam, dan fokus pada pikiran masing-masing. Mereka masuk ke satu mobil, dalam keheningan situasi, tiba-tiba Dessy mendehem, membuat semua mata mengarah padanya. "Aldi, kamu serius mau melamar Anna?" Pria itu menaikkan sebelah alisnya, melirik Anna sekilas, tanpa kesulitan. "Tentu saja..." "Bagaimana denganmu, Anna?" Wanita itu malah gugup dan memainkan ujung bajunya tanpa menjawab. "Sebenarnya ini terlalu mendadak, jujur aku masih belum siap..." Ekspresi Aldi langsung berubah, "Tak apa, lagipula ini belum lamaran resmi kan? Jadi, kamu masih bisa menjawabnya nanti, lagipula aku hanya ingin pastikan tentang perasaanmu saja." "Tapi aku masih bingung dengan perasaanku sendiri." Mendadak, Aldi menghentikan langkahnya. "Jadi, kamu tak setuju? Atau benar-benar tak punya perasaan apapun padaku?" "Bukan itu, tapi ..." "Katakan padaku, meski tidak menjamin, tapi setidaknya aku bisa mengatasi kendalamu." Anna terdiam dan menunduk, ia ba
Read more

Bab 19 Aku kasihan padanya

"Jujur aku malah kasihan padanya..." Aldi dan Anna sama-sama menoleh kearah Dessy. "Kenapa?" "Kabarnya setelah perusahaannya bangkrut, ibunya membawa kabur dua anaknya Hanif." "Kan cucunya juga, ya pasti di kasih makan lah." sahut Aldi mengompori. Anna yang sedari tadi diam akhirnya berkomentar. "Tahu darimana kamu?" "Di internet banyak beredar, dan parahnya lagi Ayunda..." Dessy menggeleng dan mendecakkan lidahnya. "Dia semakin tidak beres saja." "Maksud kamu?" Anna mengernyit, "Dia udah jadi bintang PRN* gitu, ini benar-benar pekerjaan yang... Nauzubillah, mudah-mudahan semua keturunan aku terbebas dari hal semacam itu." Anna mulai kepo, dia sadar bahwa dirinya sekarang harus mendengar ghibahan temannya. Namun, dia harus mendapat informasi yang pas karena sudah terlanjur diberitahu. "Kamu tahu info banyak begini darimana sih?" Dessy melebarkan matanya kesal. "Aku lihat berita internet dong, belakangan dia dekat sama seorang sutradara, yang kalau nggak salah namanya..." Dess
Read more

Bab 20 Bonus dari Swiss

"Ini dia pesanannya, kamu dapat bonus satu buah tas jinjing buatan Swiss edisi eksklusif."Dessy kembali muncul membawa 3 paket pesanan yang diminta pelanggannya, sementara keduanya mengobrol, Anna menjauhkan diri dari mereka.Dan itu karena ia sedang berbalas pesan dengan Aldi, sambil berjalan-jalan di sekitar apartemen dengan mata yang fokus menatap ponsel, tanpa melihat jalan. Brukk!Sayang sekali, Anna begitu teledor hingga dirinya menabrak seseorang, lalu terburu-buru membungkuk meminta maaf. "Tunggu!"Ia belum sempat melihat sosok yang ia tabrak, kebetulan orang itu hadapannya, rasanya orang ini tidak asing, Anna memberanikan diri menyentuh masker yang menutupi wajahnya dan membukanya dengan cepat. "Aldi?"Betapa kagetnya Anna saat melihat sang tunangannya kini berdiri di depannya sambil tersenyum. "Sejak kapan kamu di sini, bukannya tadi kita baru saja..." "Benar, ini kejutan bukan?" Diawal pria itu ingin m
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status