"Ini dia pesanannya, kamu dapat bonus satu buah tas jinjing buatan Swiss edisi eksklusif."Dessy kembali muncul membawa 3 paket pesanan yang diminta pelanggannya, sementara keduanya mengobrol, Anna menjauhkan diri dari mereka.Dan itu karena ia sedang berbalas pesan dengan Aldi, sambil berjalan-jalan di sekitar apartemen dengan mata yang fokus menatap ponsel, tanpa melihat jalan. Brukk!Sayang sekali, Anna begitu teledor hingga dirinya menabrak seseorang, lalu terburu-buru membungkuk meminta maaf. "Tunggu!"Ia belum sempat melihat sosok yang ia tabrak, kebetulan orang itu hadapannya, rasanya orang ini tidak asing, Anna memberanikan diri menyentuh masker yang menutupi wajahnya dan membukanya dengan cepat. "Aldi?"Betapa kagetnya Anna saat melihat sang tunangannya kini berdiri di depannya sambil tersenyum. "Sejak kapan kamu di sini, bukannya tadi kita baru saja..." "Benar, ini kejutan bukan?" Diawal pria itu ingin m
"Percuma kamu bicara panjang lebar, Aldi, karena itu tidak akan berhasil. Aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Air mata kekecewaan Anna tumpah begitu saja tanpa pemberitahuan, ia tak percaya dengan kenyataan yang di lihat bahwa Aldi punya kekasih lain di luar sana, jika memang begitu, lalu apa arti pertunangan waktu itu? Perlahan tangannya menghapus jejak yang membekas di kedua pipi, bayangan saat Aldi berpelukan dengan seorang gadis belia, kembali melintas di kepalanya. 'Andai saat itu aku tak tiba di sana, mungkin saja mereka akan melakukan adegan yang dramatis di dalam lift." Namun, Anna kini tersenyum miring, "Ternyata, semua pria itu sama saja, selalu ada rahasia yang mereka simpan." Anna tak ingin lemah, mengotak-atik ponsel menjadi pilihan terbaiknya, hingga tanpa sadar sopir taksi menghentikan laju mobilnya secara tiba-tiba. "Maaf nona, kita sudah sampai." Tanpa ragu, Anna turun setelah membayar ongkos taksi. Langkahnya terasa berat masuk ke dalam. Namun t
Acara makan selesai, Randy dan Dessy masih menonton acara tv, sementara Anna memilih duduk di ruang teras dan menyibukkan diri dengan ponselnya. "Anna..." Aldi ternyata juga menyusul ke sana, dan itu di sambut masam oleh Anna, diiringi satu pertanyaan yang menusuk. "Kenapa kamu melakukan itu?" Tanpa sadar suaranya agak serak, Aldi menggerakkan mulutnya mencoba menjelaskan. "Ini salah paham, aku sama sekali tak kenal dengan gadis itu, entah kenapa gadis begitu nekat..." Anna bisa melihat kejujuran dari matanya, namun hatinya masih sakit hingga sebuah kata terlontar begitu saja. "Untuk sekarang lebih baik kita tak usah bertemu dulu..." "Kenapa?" Aldi tak terima mendengar kalimat singkat yang seakan menghujam jantungnya, matanya menatap wajah Anna dengan nanar. Sedangkan Anna sengaja beralih pandang kearah lain, "Aku hanya ingin sendiri, jadi jangan ganggu aku dulu." Aldi mencoba mendekatinya, namun seketika dia menjauh. "Hanya karena masalah tadi?" Ekpresinya seakan itu masal
Jika saja Aldi tak melihat Anna berada dalam situasi bahaya, entah bagaimana nasibnya. Jadi, saat tangan Anna yang cekatan membersihkan luka kecil di wajahnya, pada waktu yang sama mereka berbaikan, hingga Aldi hampir saja menyentuh Anna sembarangan. "Astaga! Apa yang sedang aku pikirkan?" Aldi menggeleng, sambil beristighfar berkali-kali. Ia dan Anna jelas belum menjadi pasangan sah menurut agama, untungnya, Aldi bisa mengontrol nafsunya. Anna yang merasa tak nyaman bergegas pergi. "Maaf, Dessy pasti sudah menunggu lama." Aldi hanya bisa memperhatikan punggungnya dari belakang. "Cantik."Esoknya, Aldi kembali standbye di depan apartemen yang di tinggali Anna. "Ayo kita berangkat sekarang."Tanpa mengulur waktu, Anna mengikuti Aldi masuk ke mobil, hingga kendaraan itu melajukan perlahan dan berhenti di tempat parkiran, tepat di depan toko busana ekslusif yang di kelola Aldi. "Selamat pagi pak Aldi, Bu Anna..." Semua orang men
Anna mengalihkan pandangannya pada sosok bertopi koki warna putih yang muncul bersama chef lain, dengan celemek di tubuhnya.Itu… "Anna, itu Hanif yang kita kenal kan?" Anna memperhatikan sosok yang berdiri dengan malu-malu di atas panggung Benarkah itu dia? Dessy tak ingin kehilangan kesempatan, tangannya sigap memotret, tanpa peduli pengambilan gambar yang buram. "Jika benar, kenapa berita mengenai kehidupan pribadi lain Hanif tidak terpapar di sana."Anna tak berkomentar, dan tak berminat dengan itu. Tapi, salah satu tamu undangan tiba-tiba berdiri sambil mengangkat tangan. "Bisa lepaskan topi anda sebentar?" Ya, topi itu memang menutupi wajahnya, jadi orang-orang tak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dan permintaan itu, membuat sang kepala koki terkejut, ia sedikit ragu. Namun, dia berpikir bagaimana caranya agar para tamu itu tidak tersinggung, sementara dia sudah membuat persetujuan dengan para sponsor agar dirinya ta
"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?" Aldi tampaknya tak senang dengan keakraban mereka. "Kamu tak perlu tahu, jadi fokuslah dengan rencanamu..." Dessy sengaja membisikinya. "Jangan sampai Anna berubah pikiran, aku sudah susah payah membuatnya setuju." Setelah berbicara begitu, Dessy kembali menjauhkan diri. "Well, aku akan turut serta mengatur semuanya dengan sempurna."Entah itu ikhlas berasal dari hatinya, tak ada yang tahu. Namun itu berhasil membuat Anna tersenyum. "Hei, jangan diam saja, segeralah istirahat, besok kita harus mendatangi Wedding Organizer terbaik."Dessy mengemasi barang belanjaan Anna yang berantakan, dia sedikit mengeluhkan itu. "Kamu belanja sebanyak ini untuk apa? Kamarmu sudah penuh dengan barang yang kamu borong.""Hanya cemilan kecil, kamu pasti akan tertarik." Mereka tak lagi peduli dengan Aldi yang masih berdiri di ruang tamu, namun kini pria itu malah bernafas lega karena sebentar lagi wanita
"Benarkah? Kamu serius Kak? Kalau begitu terima kasih banyak." Anna tak mengira Randy menyetujui sarannya, pria itu ternyata menerima perjodohan darinya. Karena tak menganggap dirinya orang lain lagi, Anna memeluk dua teman sekaligus sahabatnya itu dengan erat. Namun, Randy malah merasa aneh, jantungnya malah berdetak lebih cepat. 'Aku sungguh tidak bisa membiarkan ini.' Perlahan pria itu menghindar dari Anna, ia tak mau membuat dirinya jatuh lebih dalam lagi, tahu kenapa? Randy tetap menyimpan perasaannya pada Anna. Tapi demi mengalihkannya, Randy sengaja menyibukkan diri mengotak-atik ponsel, membuka media sosial setelah dua wanita yang di sekitarnya itu kini sibuk berbincang. "Ehmm, kalau begitu lanjutkanlah obrolan kalian, aku akan keluar sebentar..." *** Di tempat lain, Aldi masih menyelesaikan pekerjaannya yang tinggal sedikit, namun bunyi notifikasi yang tak berhenti membuatnya agak terganggu. "Siapa
Anna lagi-lagi menyendiri di luar ruangan menghibur diri agar moodnya kembali, namun suara mobil mendecit, sebuah truk terlihat dari arah berlawanan tanpa bisa di kendalikan oleh supirnya, suara teriakan terdengar menyebut nama Anna, Namun semuanya terlambat, dentuman keras yang jatuh ke aspal menarik perhatian orang-orang. "Anna ...!!!" Pemilik suara yang tadi berteriak memanggilnya langsung histeris melihat kejadian itu dan menemukan Anna sudah tergeletak tak berdaya di jalan. "Tidak, Anna bangun, bangun..." Isak tangis itu berujung penyesalan karena membiarkannya pergi sendirian. "Maafkan aku Anna, kumohon sadarlah." Derap langkah kaki yang berlarian menghampiri mereka. Ia bahkan tak bisa berbuat apa-apa selain meletakkan kepala Anna dalam pangkuannya. "Tolong bantu panggilkan ambulan." Suaranya serak di tengah kasak-kusuk kerumunan. "Semuanya, tolong bantu kami." Sirine ambulan me