Semua Bab PENDEKAR LEMBAH HANTU: Bab 31 - Bab 40

112 Bab

Bab 31 Latihan di Sungai

Kegembiraan Hasta seketika musnah sudah, Resi Raju yang diharapkan bisa membantunya mempelajari kitab Sang Hyang Agni, ternyata menolak membantunya. Terdengar bisikan berulang di telinganya"Paksa dia, Resi itu bohong, dia tidak mau membantumu."Bisikan laknat itu terus berbunyi membuat Hasta semakin puyeng, panik dan tidak dapat lagi berpikir jernih. Hasta yang mulai marah menggebrak meja dan membentak"Braaak!""Kamu mau bantu aku tidak?!"Namun Raju tetap menolaknya "Ki Sanak, percayalah mempelajari ilmu itu sama saja dengan membunuhmu perlahan-lahan. Kalaupun selamat, kamu akan jadi gila!""Tidak, kamu jangan bohong?"Sementara itu di kamar sebelah, Amrita putri Resi Raju mendengar keributan di kamar bapaknya. segera keluar dari kamarnya lalu buru-buru masuk kamar Bapaknya."Greeek!"pintu kamar terbuka."Bapak, apa yang terjadi?"Amrita bertanya dengan panik.Hasta menoleh, dilihatnya seorang gadis India yang cantik berdiri di depan pintu. Mendadak Hasta bergerak cepat mendekati
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya

bab 32 Hantu Leak Api

Turangga berjalan dengan hati-hati agar tuannya tidak jatuh. Sesampainya di halaman rumah Hasta, Turangga meringkik panjang dengan suara keras berkali-kali sehingga abdinya keluar dari rumah. Melihat Hasta yang sudah lemas duduk di punggung Turangga. abdibya berseru kaget "Ndoro Hasta!" "Aku lelah, tolong aku!"perintah Hasta lirih. Setelah itu Hasta ambruk tak sadarkan diri. ****** Hasta tersadar dari pingsannya, seluruh tubuhnya terasa sakit semua. Tiba-tiba asap tebal muncul di depannya. Saat asap mulai menipis, tampaklah satu sosok makhluk manusia berkepala kerbau. "Mahesasura, mau apa kamu kemari?"tanya Hasta. "Sekedar mengingatkan saja, sampai saat ini kamu belum memberiku tumbal manusia lagi." Hasta terkejut, baru-baru ini dia memang sudah jarang memperhatikan Mahesasura karena sibuk mempelajari Sang Hyang Agni. "Maaf, belakangan aku sibuk. Baiklah aku akan mencari tumbal baru untukmu." **** Keesokan harinya, masyarakat kota Trowulan kembali dikejutkan deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-16
Baca selengkapnya

bab 33 pertolongan

Rangga yang baru saja datang dari Gunung Pawitra telah tiba di Trowulan. Saat sedang mencari kedai makan, dari kejauhan dia melihat ada makhluk seram sedang mengganggu orang lewat. Rangga menghunus pedang Inti Air, lalu melompat tinggi melayang menebas kepala leak. Mata leak yang besar bulat berwarna kemerahan melotot marah, lalu menyemburkan api dari mulutnya."Wuuuur!"Tak ada jalan lain, Rangga terpaksa menjatuhkan tubuhnya ke samping daripada terkena sambaran api. "Buuuk."Tubuh Rangga terbanting keras di tanah. Leak itu bertambah ngamuk melihat serangannya luput, dia mengeram marah lalu kembali menyerang. Kali ini kedua tangannya yang berkuku panjang dan tajam seperti belati menyambar-nyambar menyerang Rangga yang baru saja bangkit dari jatuhnnya."Hei kukumu perlu dipotong, sudah terlalu panjang itu. Mau aku bantu potong kuku?"ujar Rangga sambil menebas si Leak."Wuuus," sambaran pedang Rangga kembali menyerang leak di bagian tangan."Kreess!" Pedang Rangga bergerak memotong k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-17
Baca selengkapnya

bab 34 Awehpati

Halaman depan bangunan tua itu sudah ditumbuhi rumput dan semak-semak yang tinggi. Namun ada jalan setapak yang pas dilewati satu orang. Lebih tepatnya jalan setapak itu terbentuk karena rumput di area itu sering diinjak untuk jalan menuju rumah.Dengan hati-hati Rangga berjalan menyusuri jalan setapak menuju pintu rumah yang kayunya sudah pecah Ada jalan setapak, berarti ada yang rutin masuk kemari, semoga saja ada orang yang menginap di sini. Semoga saja rumah tua ini ada penghuninya, pikir Rangga.Rangga berjalan menuju pintu rumah lalu membukanya perlahan. "Krieeet!'Suara pintu yang engselnya sudah rusak itu berbunyi nyaring memecah keheningan malam. Kondisi rumah itu ternyata tidak seperti yang dibayangkannya. Ruangan di dalam rumah rusak itu ternyata lumayan bersih. Tidak ada serpihan kayu, batu ataupun barang-barang tua dan kotor di dalamnya. Yang ada hanyalah tikar dan sebuah lemari kayu. Lampu minyak dengan sinarnya yang temaram menerangi ruang depan.Benar dugaanku, ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-19
Baca selengkapnya

Bab 35 Jarum Beracun

"Siapa Ki Sanak ini? Apa salah saya kepada anda?"tanya Rangga. Namun orang itu tak menggubris Rangga. "Sssst...diam kamu, kamu pasti anak Ra Tanca yang disembunyikan itu." Rangga bertambah kesal, dia tidak kenal orang itu tapi orang itu langsung menuduhnya sebagai anak Ra Tanca. "Aku tidak kenal Ra Tanca, aku anak Ki Dipo dari desa Pandakan. Kamu kalau bicara jangan ngawur!" Orang itu bertambah kesal, dia kembali membentak Rangga "Aaah, diam kamu!" Orang itu kembali menoleh pada Awehpati "Sebentar lagi pasukan Teliksandi akan kemari membawamu ke penjara bersama anak Ra Tanca. Kecuali...." Awehpati tertegun lalu bertanya "Kecuali apa?!" Orang itu tersenyum aneh lalu berkata "Kecuali jika kamu serahkan pisau bedah Ra Tanca yang dipakai untuk membunuh Gusti Prabu Jayanegara!" "Setu, untuk apa kamu mencari pisau bedah terkutuk itu?" Ooh...jadi nama orang ini Setu, sepertinya mereka saling kenal pikir Rangga. "Setu, ternyata kamu ini sama bodohnya dengan mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

Bab 36: Buronan Kerajaan

Dengan wajah memelas Awehpati berkata "Rangga, aku ini sudah tua dan pelupa, wajar jika aku salah. Tapi kan yang penting kamu masih selamat?" Rangga sebenarnya sudah geregetan dengan orang tua aneh itu. Tapi mengingat Awehpati yang memang tampaknya mulai pikun, Rangga berusaha memakluminya. "Rangga, kamu sudah sehat kan?"Awehpati memastikan lagi. Rangga mengangguk dan berkata "Ya, badanku sudah segar kembali. Memangnya kenapa?" "Baguslah kalau begitu, bantu aku mengubur Setu,"Awehpati menyerahkan cangkul pada Rangga. Rangga membantu mengubur jenazah Setu di sekitaran semak-semak. Usai mengubur jenazah Awehpati berkata "Kita harus segera pergi dari sini, tak lama lagi pasukan Majapahit akan memburuku kemari." Rangga mulai penasaran dengan jatidiri Awehpati. Dia lalu bertanya "Ki Sanak siapa anda sebenarnya? Kenapa pasukan Majapahit itu memburu anda?" "Nanti saja aku ceritakan, sekarang kita harus pergi ke arah barat. Aku mau berlindung ke kerajaan Sunda Galuh yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

bab 37 Perubahan Hasta

Terdengar suara berkelebat di antara pepohonan. Di hadapan mereka berdiri satu sosok berkulit gelap. Melihat Rangga sosok itu berkata "Oh, ternyata kamu teman si Raja Racun, kalian berdua adalah buronan yang paling dicari kerajaan Majapahit." Rangga terkejut, sosok itu ternyata adalah Hasta. Hampir saja Rangga tidak mengenalinya karena Hasta yang dia kenal sejak di padepokan adalah Hasta yang berkulit kuning langsat dan bersih seperti umumnya pemuda dari keluarga kaya. Rangga juga melihat ada aura gelap di sekeliling Hasta, seperti aura pelaku ilmu hitam. "Aku bukanlah buronan kerajaan, urusan dia sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya kebetulan saja bertemu dia di sini,"tukas Rangga. "Siapa bilang kamu bukan buronan kerajaan? Semenjak aku dan pasukan Araraman mencarimu di Lembah Hantu, kamu sudah dicari sebagai mata-mata pemberontak Sadeng,"ujar Hasta dengan nada penuh kemenangan. Wajah Rangga langsung membesi, dia semakin geram terhadap Hasta yang telah memfi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

Bab 38 Wajah Tengkorak

Anehnya, Hasta tidak terluka atau kesakitan. Dia langsung berdiri kembali menyerang Rangga dengan beringas. "Hiyaaa!" Hasta melompat tinggi melayang ke arah Rangga. Tangannya bergerak melemparkan bola api ke arah Rangga. Rangga menghindar dan bola api itu kembali menghantam pohon. "Dhaaar!" Pohon itupun terbakar, hampir saja Rangga terkena serangannya. Terlambat sedikit saja dia akan mengalami nasib yang sama seperti pohon itu. Entah darimana datangnya tiba-tiba muncul kabut ungu yang turun di antara Rangga dan Hasta. Kabut itu baunya harum memabukan seperti wangi bunga melati yang sangat pekat membuat kepala Rangga mulai terasa pusing. Rangga berusaha bertahan agar tidak jatuh tersungkur. "Kurang ajar, ternyata kamu menggunakan racun!"seru Rangga. Rangga melihat Hasta yang kebingungan, sehingga dia mulai curiga. "Jangan-jangan ini ulah si Raja Racun, pikir Rangga. Belum sempat berpikir lebih lanjut tiba-tiba Rangga merasakan pandangannya berkunang-kunang dan akhirnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

Bab 39 Gusti Prabu Kiyongko

Wajah tengkorak itu tak menjawab, dia hanya menatap Rangga dengan lubang mata tengkoraknya, lalu kembali menatap ke depan sambil mendayung perahu perlahan. Rangga memang sudah terbiasa dengan hantu-hantu pendekar di Lembah Hantu. Namun dengan tengkorak hidup ini, Rangga merasakan Aura neraka saat berada di dekatnya."Makhluk ini bukanlah sesuatu yang baik, dia seperti penjaga gerbang neraka,"bisik Rangga pada Awehpati.Awehpati mengangguk, dia sudah sering menemui hal seperti ini saat mencari bahan obat di alam sebelah."Sebaiknya kamu berdoa sebisamu, mohon keselamatan pada Sang Hyang Widhi agar dapat segera menemukan Bunga Ungu."Sepanjang perjalanan Rangga terus berdoa memohon keselamatan pada Sang Hyang Widhi. Perahu terus melaju menembus kabut pekat di sungai. Perjalanan itu seperti sebuah perjalanan panjang tanpa akhir. Rangga yang merasa kuatir menoleh pada Awehpati yang tampak tenang duduk di perahu sambil terkantuk-kantuk."Ki Sanak, apa perjalanan kita masih lama?"tanya R
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

bab 40 Siluman Tengkorak

"Kami harus segera pergi dari tempat ini, kami tak punya waktu lagi dengan kalian!" Awehpati yang sedari tadi tak berkomentar mulai emosi perjalanannya terhambat "Maaf Ki Sanak, kami harus segera pergi, kami tidak mengenalmu dan tidak ada urusan dengan kalian. Jadi biarkan kami pergi!" Awehpati menoleh pada Rangga dan berkata "Rangga, ayo kita pergi dari sini, lebih cepat lebih baik!" Tiba-tiba terdengar suara Kiyongko tertawa ngakak "Ha ha ha tidak semudah itu kalian bisa pergi dari sini! Kalian sudah terjebak di istanaku!" Kiyongko menatap tajam Rangga dan Awehpati lalu mulai mengancam_ "Makanya, nggak usahlah berlagak sebagai pahlawan! Jangan pernah mencoba membebaskan jiwa-jiwa para pendekar itu atau kalian akan menerima siksaan dariku!" Rangga dan Awehpati menoleh dan betapa terkejutnya mereka melihat Kiyongko telah berubah wujud. Kiyongko yang tadinya tampak charming dan tampan berubah menjadi tengkorak yang menyeramkan. Demikian pula para abdinya, wajah mereka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status