Share

bab 34 Awehpati

Author: Freya
last update Last Updated: 2024-12-19 23:56:28

Halaman depan bangunan tua itu sudah ditumbuhi rumput dan semak-semak yang tinggi. Namun ada jalan setapak yang pas dilewati satu orang. Lebih tepatnya jalan setapak itu terbentuk karena rumput di area itu sering diinjak untuk jalan menuju rumah.

Dengan hati-hati Rangga berjalan menyusuri jalan setapak menuju pintu rumah yang kayunya sudah pecah

Ada jalan setapak, berarti ada yang rutin masuk kemari, semoga saja ada orang yang menginap di sini. Semoga saja rumah tua ini ada penghuninya, pikir Rangga.

Rangga berjalan menuju pintu rumah lalu membukanya perlahan.

"Krieeet!'

Suara pintu yang engselnya sudah rusak itu berbunyi nyaring memecah keheningan malam. Kondisi rumah itu ternyata tidak seperti yang dibayangkannya.

Ruangan di dalam rumah rusak itu ternyata lumayan bersih. Tidak ada serpihan kayu, batu ataupun barang-barang tua dan kotor di dalamnya. Yang ada hanyalah tikar dan sebuah lemari kayu. Lampu minyak dengan sinarnya yang temaram menerangi ruang depan.

Benar dugaanku, ada
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 35 Jarum Beracun

    "Siapa Ki Sanak ini? Apa salah saya kepada anda?"tanya Rangga. Namun orang itu tak menggubris Rangga. "Sssst...diam kamu, kamu pasti anak Ra Tanca yang disembunyikan itu." Rangga bertambah kesal, dia tidak kenal orang itu tapi orang itu langsung menuduhnya sebagai anak Ra Tanca. "Aku tidak kenal Ra Tanca, aku anak Ki Dipo dari desa Pandakan. Kamu kalau bicara jangan ngawur!" Orang itu bertambah kesal, dia kembali membentak Rangga "Aaah, diam kamu!" Orang itu kembali menoleh pada Awehpati "Sebentar lagi pasukan Teliksandi akan kemari membawamu ke penjara bersama anak Ra Tanca. Kecuali...." Awehpati tertegun lalu bertanya "Kecuali apa?!" Orang itu tersenyum aneh lalu berkata "Kecuali jika kamu serahkan pisau bedah Ra Tanca yang dipakai untuk membunuh Gusti Prabu Jayanegara!" "Setu, untuk apa kamu mencari pisau bedah terkutuk itu?" Ooh...jadi nama orang ini Setu, sepertinya mereka saling kenal pikir Rangga. "Setu, ternyata kamu ini sama bodohnya dengan mereka

    Last Updated : 2024-12-21
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 36: Buronan Kerajaan

    Dengan wajah memelas Awehpati berkata "Rangga, aku ini sudah tua dan pelupa, wajar jika aku salah. Tapi kan yang penting kamu masih selamat?" Rangga sebenarnya sudah geregetan dengan orang tua aneh itu. Tapi mengingat Awehpati yang memang tampaknya mulai pikun, Rangga berusaha memakluminya. "Rangga, kamu sudah sehat kan?"Awehpati memastikan lagi. Rangga mengangguk dan berkata "Ya, badanku sudah segar kembali. Memangnya kenapa?" "Baguslah kalau begitu, bantu aku mengubur Setu,"Awehpati menyerahkan cangkul pada Rangga. Rangga membantu mengubur jenazah Setu di sekitaran semak-semak. Usai mengubur jenazah Awehpati berkata "Kita harus segera pergi dari sini, tak lama lagi pasukan Majapahit akan memburuku kemari." Rangga mulai penasaran dengan jatidiri Awehpati. Dia lalu bertanya "Ki Sanak siapa anda sebenarnya? Kenapa pasukan Majapahit itu memburu anda?" "Nanti saja aku ceritakan, sekarang kita harus pergi ke arah barat. Aku mau berlindung ke kerajaan Sunda Galuh yang

    Last Updated : 2024-12-22
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 37 Perubahan Hasta

    Terdengar suara berkelebat di antara pepohonan. Di hadapan mereka berdiri satu sosok berkulit gelap. Melihat Rangga sosok itu berkata "Oh, ternyata kamu teman si Raja Racun, kalian berdua adalah buronan yang paling dicari kerajaan Majapahit." Rangga terkejut, sosok itu ternyata adalah Hasta. Hampir saja Rangga tidak mengenalinya karena Hasta yang dia kenal sejak di padepokan adalah Hasta yang berkulit kuning langsat dan bersih seperti umumnya pemuda dari keluarga kaya. Rangga juga melihat ada aura gelap di sekeliling Hasta, seperti aura pelaku ilmu hitam. "Aku bukanlah buronan kerajaan, urusan dia sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya kebetulan saja bertemu dia di sini,"tukas Rangga. "Siapa bilang kamu bukan buronan kerajaan? Semenjak aku dan pasukan Araraman mencarimu di Lembah Hantu, kamu sudah dicari sebagai mata-mata pemberontak Sadeng,"ujar Hasta dengan nada penuh kemenangan. Wajah Rangga langsung membesi, dia semakin geram terhadap Hasta yang telah memfi

    Last Updated : 2024-12-23
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 38 Wajah Tengkorak

    Anehnya, Hasta tidak terluka atau kesakitan. Dia langsung berdiri kembali menyerang Rangga dengan beringas. "Hiyaaa!" Hasta melompat tinggi melayang ke arah Rangga. Tangannya bergerak melemparkan bola api ke arah Rangga. Rangga menghindar dan bola api itu kembali menghantam pohon. "Dhaaar!" Pohon itupun terbakar, hampir saja Rangga terkena serangannya. Terlambat sedikit saja dia akan mengalami nasib yang sama seperti pohon itu. Entah darimana datangnya tiba-tiba muncul kabut ungu yang turun di antara Rangga dan Hasta. Kabut itu baunya harum memabukan seperti wangi bunga melati yang sangat pekat membuat kepala Rangga mulai terasa pusing. Rangga berusaha bertahan agar tidak jatuh tersungkur. "Kurang ajar, ternyata kamu menggunakan racun!"seru Rangga. Rangga melihat Hasta yang kebingungan, sehingga dia mulai curiga. "Jangan-jangan ini ulah si Raja Racun, pikir Rangga. Belum sempat berpikir lebih lanjut tiba-tiba Rangga merasakan pandangannya berkunang-kunang dan akhirnya

    Last Updated : 2024-12-24
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 39 Gusti Prabu Kiyongko

    Wajah tengkorak itu tak menjawab, dia hanya menatap Rangga dengan lubang mata tengkoraknya, lalu kembali menatap ke depan sambil mendayung perahu perlahan. Rangga memang sudah terbiasa dengan hantu-hantu pendekar di Lembah Hantu. Namun dengan tengkorak hidup ini, Rangga merasakan Aura neraka saat berada di dekatnya."Makhluk ini bukanlah sesuatu yang baik, dia seperti penjaga gerbang neraka,"bisik Rangga pada Awehpati.Awehpati mengangguk, dia sudah sering menemui hal seperti ini saat mencari bahan obat di alam sebelah."Sebaiknya kamu berdoa sebisamu, mohon keselamatan pada Sang Hyang Widhi agar dapat segera menemukan Bunga Ungu."Sepanjang perjalanan Rangga terus berdoa memohon keselamatan pada Sang Hyang Widhi. Perahu terus melaju menembus kabut pekat di sungai. Perjalanan itu seperti sebuah perjalanan panjang tanpa akhir. Rangga yang merasa kuatir menoleh pada Awehpati yang tampak tenang duduk di perahu sambil terkantuk-kantuk."Ki Sanak, apa perjalanan kita masih lama?"tanya R

    Last Updated : 2024-12-25
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 40 Siluman Tengkorak

    "Kami harus segera pergi dari tempat ini, kami tak punya waktu lagi dengan kalian!" Awehpati yang sedari tadi tak berkomentar mulai emosi perjalanannya terhambat "Maaf Ki Sanak, kami harus segera pergi, kami tidak mengenalmu dan tidak ada urusan dengan kalian. Jadi biarkan kami pergi!" Awehpati menoleh pada Rangga dan berkata "Rangga, ayo kita pergi dari sini, lebih cepat lebih baik!" Tiba-tiba terdengar suara Kiyongko tertawa ngakak "Ha ha ha tidak semudah itu kalian bisa pergi dari sini! Kalian sudah terjebak di istanaku!" Kiyongko menatap tajam Rangga dan Awehpati lalu mulai mengancam_ "Makanya, nggak usahlah berlagak sebagai pahlawan! Jangan pernah mencoba membebaskan jiwa-jiwa para pendekar itu atau kalian akan menerima siksaan dariku!" Rangga dan Awehpati menoleh dan betapa terkejutnya mereka melihat Kiyongko telah berubah wujud. Kiyongko yang tadinya tampak charming dan tampan berubah menjadi tengkorak yang menyeramkan. Demikian pula para abdinya, wajah mereka

    Last Updated : 2024-12-27
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 41: Keluarga Prawara

    Dalam keadaan kulit yang meleleh seperti patung lilin kepanasan, Kiyongko masih berusaha masuk kembali ke dunianya menyelamatkan diri. Rangga dan Awehpati berusaha keras menahan Kiyongko agar tetap berada di sisi terang di dunia manusia dengan memegangi kakinya dan menyeretnya menjauh dari portal ke dunia siluman. Suara Kiyongko yang melolong memelas membuat miris hati siapapun yang melihatnya. Tiba-tiba terdengar suara ledakan "Blaaar!" Tubuh Kiyongko langsung hancur jadi debu, Rangga dan Awehpati terlempar dan jatuh di antara tanaman sayur. Upaya mereka berhasil, tubuh siluman tengkorak itu akhirnya hancur jadi debu. Rangga dan Awehpati akhirnya menghela nafas lega, siluman itu telah musnah terbakar. Rangga melirik ke arah portal, hutan terbakar itu terlihat makin samar dan akhirnya menghilang beserta portalnya. "Aku pernah mendengar legenda Siluman Tengkorak tapi baru kali ini aku bisa melihatnya sendiri. Ternyata legenda itu benar ada,"ujar Awehpati. Rangga masih tampa

    Last Updated : 2024-12-29
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 42 Syarat Prawara

    Nyai, apakah di sini ada Sinshe atau tabib dari China yang buka praktek pengobatan?"tanya Rangga.Nyai Yasa menggeleng"Tidak ada, mereka hanya buka praktek di kota,"jawab Nyai Yasa.Rangga menghela nafas berat, desa Dadapan adalah desa terpencil yang dikelilingi hutan. Sepertinya tidak ada harapan untuk memperoleh bahan obat terbaik. Dia harus bisa mencari bahan alternatif yang ada di desa itu. "Suami Nyai daya tahan tubuhnya sangat lemah sehingga penyakit ini dengan mudah menjangkitinya. Saya rasa dia juga ada penyakit lain sehingga makin memperparah sakitnya. Ginseng itu dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya, setidaknya beliau bisa segera sembuh termasuk penyakit-penyakit lain yang sudah lama dideritanya,"ujar Rangga.Nyai Yasa hanya termangu mendengar penjelasan Rangga, dia lalu berkata"Aku tidak berani meminta pada keluarga Prawara. Aku takut anggota keluargaku bakal dijadikan tumbal. Mereka keluarga yang aneh, jarang bergaul dengan masyarakat di desa ini."Rangga terdiam me

    Last Updated : 2024-12-30

Latest chapter

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 90 Hari Saraswati

    Sementara Rangga langsung menyabetkan pedang menyambut serangan lawan. Kembali terdengar bunyi senjata beradu. "Traang traaang traaang....sreeet!" Musuh mencoba menggaet pedang Rangga, namun Rangga segera menarik pedangnya. Percikan api meletik kala pedang dan clurit beradu. Rangga mundur beberapa langkah, kali ini Rangga menyadari, kemampuan lawannya tidak bisa disepelekan, dia harus berhati-hati jika masih ingin hidup. Musuh kembali mengayunkan clurit menebas ke arah wajah Rangga. Rangga berkelit menjauhi serangan sambil menangkis dengan pedangnya. Kali ini musuh menyabetkan clurit lebih cepat dari serangan awal. Makin lama serangan itu makin cepat. Clurit musuh seolah berada di mana-mana sehingga Rangga sulit membedakan mana clurit yang asli mana yang bayangan. Merasa kesal Rangga juga menambah kecepatan dua kali lebih besar daripada tadi. Kali ini musuh mulai terlihat kewalahan. Rangga yang ingin segera menyelesaikan pertarungan melihat ada celah di serangan lawan. Pedangny

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 89 Penguntit

    Rangga sesekali melirik ke arah dua orang tadi. Keduanya masih ada di sana sibuk dengan hidangan di depannya. "Kamu dan aku sama-sama pendatang baru di dunia persilatan. Tapi kalau ada kejadian seperti ini, siapa dan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mengincarku atau mengincarmu terkait dengan Bapakmu di masa lalu,"ucap Rangga."Entahlah, Bapak tidak pernah terbuka dengan masa lalunya.""Kami tidak pernah bertemu atau berseteru dengan sekte Bulan Sabit Emas. Aku curiga, setelah kejadian Nyai Wijil, bisa jadi mereka sedang mengincar pusaka yang kalian miliki. Pedang Inti Air dan Kapak Setan,"tambah Blandhong."Ya tapi kami kan bukan pendekar terkenal. Masa berita tentang pusaka ini sudah tersebar?"tanya Rangga.Blandhong terbahak mendengar pertanyaan Rangga.kalian"Ha ha ha ha kaliang ini lugu sekali. Rangga, berapa kali pedangmu kamu gunakan di depan banyak orang? Ketua, Kapak Setan dalam gembolanmu itu juga menarik perhatian para pemburu pusaka. Apalagi saat berada di pengina

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 88 Sekte Bulan Sabit Emas

    Hasta sedang minum tuak di kapalnya berdama Tunggul dan Gembong saat Rama datang melapor."Kangmas Hasta, sepertinya kali ini lawanmu berat. Rangga ternyata bersahabat dengan Gerombolan Kapak Setan, gerombolan perampok yang paling ditakuti di Pajang.Hasta mengerutkan keningnya, dia baru saja mendengar nama gerombolan Kapak Setan."Ah, masa sih aku belum pernah mendengar kehebatan mereka di Timur,"ucap Hasta dengan nada meremehkan.Rama tersenyum melihat sikap Hasta yang memang suka merendahkan orang."Tapi kalau kamu tahu ilmu andalan mereka, pasti kamu juga menginginkan pusaka Kapak Setan itu. Dulu Liman adalah pemimpin mereka dengan senjata andalannya kapak setan. Di tangan Liman, kapak itu menjadi sebuah kapak yang bahkan mampu membelah bumi,"ungkap Rama."Ah, itu pasti cuma dongeng saja. Memangnya kamu pernah melihat sendiri kehebatan kapak itu?"tanya Hasta sambil menenggak tuaknya.Rama menggeleng"Belum pernah, aku mendengarnya dari Bapakku. Saat itu Liman ketua mereka masih ma

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 87 Perjalanan ke Sywagrha

    Sebuah kapal besar dan mewah tampak bersandar di dermaga. Pemilik kapal itu pastilah seorang bangsawan atau pedagang kaya. Terlihat Hasta yang berdiri di geladak kapal, sedang melihat kesibukan di pelabuhan Pajang. Di sebelahnya kirinya berdiri Tunggul sahabat sekaligus pengikutnya. Sedangkan di sebelah Tunggul seseorang yang berpakaian seperti pendekar ikut berbincang bersama Hasta. Saat mereka sedang asyik berbincang, Gembong naik ke kapal dengan tergesa-gesa, sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan."Gembong, kamu ini kenapa?"tanya Hasta heran."Huuh, aku melihat bocah itu berada di sini juga. Kukira dia sudah mati, tapi ternyata dia masih hidup."Hasta mengerutkan keningnya dan bertanya"Siapa bocah yang kamu maksud?""Rangga, dia ada di sini!""Lho, mau apa dia kemari?"tanya Hasta terkejut."Sudahlah Kangmas Hasta, kedatangan kita ke Pajang ini kan untuk menemui Bhre Pajang lalu menyampaikan surat perintah dari Gusti Ratu Tribuana agar Bhre Pajang mewakili Gusti Ratu T

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 86 Penawar Racun

    Rangga belum melihat sosok Nyai Wijil namun suaranya seolah-olah begitu dekat dengan mereka. Beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara berkelebat di udara. Dari arah belakang perahu muncul Nyai Wijil. Kali ini Rangga terkagum-kagum dengan ilmu meringankan tubuhnya. Nyai Wijil melompat ke sungai. Saat akan mendarat di air, kakinya menutul air sungai laku melompat lagi, bagai berjalan di atas air.Setelah dengan perahu, wanita itu langsung melompat ke dalam perahu."Wijil, kenapa kamu tidak pernah berhenti mengganggu hidupku?"Nyai Wijil melihat ke arah Dhesta yang sedang terbaring di perahu dengan tatapan penuh kebencian."Itu anakmu dengan penari murahan itu kan?"Tapi Liman pura-pura tak mendengar, dia menghadang Nyai Wijil."Dia terkena racun Lali Jiwo milikmu, berikan obat penawarnya!""Aku mau memberikan penawarnya tapi dengan satu syarat!"Liman tertegun, matanya menatap curiga pada Nyai Wijil."Apa yang kamu inginkan dariku?""Tinggalkan penari murahan itu dan ikutlah dengank

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   bab 85 Senandung Nyai Wijil

    "Dhesta!"seru Rangga cemas."Rangga, Dhesta keracunan, aku sudah berusaha mengeluarkan racunnya dari paru-parunya.Tapi hanya sedikit yang berhasil keluarkan."Mendengar suara yang yang sangat dikenalnya, Rangga segera menghampiri orang itu menyapanya."Ki Liman, anda di sini?"Liman tersenyum dan mengangguk, lalu dengan nada cemas dia berkata."Anakku satu-satunya yang selama bertahun-tahun tidak pernah keluar kampung. Tiba-tiba saja meninggalkan rumah pergi merantau. Tentu saja aku sangat mencemaskannya. Jadi aku memutuskan untuk menyusulnya kemari. Ternyata firasatku benar, pantas saja hatiku tidak tenang. Racun ini hanya orang-orang dari sekte ular hijau yang punya obatnya.""Ya, biar saya coba mengobatinya semoga saja berhasil. Tadi dia terkena asap beracun yang ditiupkan dari lubang di jendela itu. Saya tidak tahu racun jenis apa itu."Rangga segera mengeluarkan peralatannya dan mulai memeriksa Dhesta. Pemuda itu masih pingsan, wajahnya sudah mulai membiru.Celaka, racun itu tel

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 84 Daging Manusia

    Para pengeroyoknya terperangah melihat Rangga yang dengan santainya berdiri di atas dahan pohon Hujan yang lemah. Rangga tampak anteng dan tenang di atas dahan pohon. Tak sekalipun dia terlihat kerepotan menjaga keseimbangan. Sesekali tubuhnya bergerak mengikuti gerakan dahan yang terkena angin. Orang-orang itu tersadar, kali ini lawan yang mereka hadapi bukanlah lawan sembarangan. Kini mereka semakin waspada terhadap lawannya. "Hei, jangan cari aman sendiri di atas pohon. Kalau kamu memang pemberani, turunlah lawan kami di bawah!" Rangga berkelebat turun dari pohon lalu berseru. "Ayo majulah, lawan aku!" Para pengeroyoknya langsung menyerang Rangga. Pedang Inti Air berkelebat menangkis serangan mereka. Tenaga dalam sudah dikerahkan ke tangan Rangga, lalu pedangnya membuat gerakan memotong. "Traang traang traang!" "Klontrang klontraang!" Terdengar bunyi besi jatuh disusul bunyi teriakan kematian. "Aaaarrrrghh....aaarrgh....aaargh!" "Bruuuk...bruuuk...bruuuk!" Tubuh para p

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 83 Asap Beracun di Nagagini

    Dhesta tampak kecewa, hidangan itu lezat tapi dia tidak bisa memakannya karena beracun. Dia meihat ke sekelilingnya, para tamu sedang makan dengan lahapnya, namun tidak terlihat tanda-tanda keracunan. Dhesta akhirnya duduk memeluk lutut sambil bersandar di tembok mencoba meredakan rasa laparnya.Rangga mengalihkan pandangan ke arah lain. Terlihat Nyai Wijil sudah kembali lagi menghampiri laki-laki lain, lalu duduk dipangkuannya. Sedangkan pria brewok yang tadi bersamanya sudah tak tampak lagi."Melihat tamunya hanya melihat situasi di sekitarnya dan tidak segera menyantap hidangannya, seorang pelayan mendatangi Rangga dan Dhesta lalu bertanya"Ki Sanak, kok makanannya tidak segera dimakan? Apa makanan ini tidak enak? Jika tidak berkenan kami akan menggantinya dengan yang lain.""Ooh, tidak bukan itu. Kami hanya kecapekan dan mengantuk. Bagaimana jika makanan ini kami bawa ke kamar saja."Wajah pelayan itu tampak berubah, senyum ramahnya lenyap seketika. Namun sejurus kemudian wajahnya

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 82 Penginapan Nagagini

    "Gruuudug gruudug gruudug!"bunyi tanah terbelah.Para penonton bubar ketakutan, sedangkan teman-teman si Kumis yang menonton pertarungan itu tertegun. Pria genderuwo pemimpin gerombolan itu langsung berseru"Itu jurus 'Kapak Pembelah Bumi'! Tidak salah lagi, hanya Liman yang bisa melakukannya. Bocah itu anaknya Liman!"Sementara itu si Kumis kelabakan melihat bumi merekah di bawahnya. Sontak dia menghentikan serangannya, melompat menghindar ke tempat yang aman. Rekahan tanah berhenti, pria genderuwo maju ke hadapan Dhesta sambil menunjuk"Tidak salah lagi, kamulah anaknya Liman!"Pria genderuwo memberi tanda pada anak buahnya untuk maju ke hadapan Dhesta."Kalian kemarilah, beri hormat pada ketua Kapak Setan yang baru!"Para perampok itu serta merta langsung mendatangi Dhesta lalu menundukan kepala memberi hormat di hadapannya."Terimalah hormat kami Ketua!"Dhesta hanya bisa bengong melihat para perampok itu memberi hormat kepadanya. Beberapa menit yang lalu mereka berlaku kasar kep

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status