Terdengar suara berkelebat di antara pepohonan. Di hadapan mereka berdiri satu sosok berkulit gelap. Melihat Rangga sosok itu berkata "Oh, ternyata kamu teman si Raja Racun, kalian berdua adalah buronan yang paling dicari kerajaan Majapahit." Rangga terkejut, sosok itu ternyata adalah Hasta. Hampir saja Rangga tidak mengenalinya karena Hasta yang dia kenal sejak di padepokan adalah Hasta yang berkulit kuning langsat dan bersih seperti umumnya pemuda dari keluarga kaya. Rangga juga melihat ada aura gelap di sekeliling Hasta, seperti aura pelaku ilmu hitam. "Aku bukanlah buronan kerajaan, urusan dia sama sekali tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya kebetulan saja bertemu dia di sini,"tukas Rangga. "Siapa bilang kamu bukan buronan kerajaan? Semenjak aku dan pasukan Araraman mencarimu di Lembah Hantu, kamu sudah dicari sebagai mata-mata pemberontak Sadeng,"ujar Hasta dengan nada penuh kemenangan. Wajah Rangga langsung membesi, dia semakin geram terhadap Hasta yang telah memfi
Anehnya, Hasta tidak terluka atau kesakitan. Dia langsung berdiri kembali menyerang Rangga dengan beringas. "Hiyaaa!" Hasta melompat tinggi melayang ke arah Rangga. Tangannya bergerak melemparkan bola api ke arah Rangga. Rangga menghindar dan bola api itu kembali menghantam pohon. "Dhaaar!" Pohon itupun terbakar, hampir saja Rangga terkena serangannya. Terlambat sedikit saja dia akan mengalami nasib yang sama seperti pohon itu. Entah darimana datangnya tiba-tiba muncul kabut ungu yang turun di antara Rangga dan Hasta. Kabut itu baunya harum memabukan seperti wangi bunga melati yang sangat pekat membuat kepala Rangga mulai terasa pusing. Rangga berusaha bertahan agar tidak jatuh tersungkur. "Kurang ajar, ternyata kamu menggunakan racun!"seru Rangga. Rangga melihat Hasta yang kebingungan, sehingga dia mulai curiga. "Jangan-jangan ini ulah si Raja Racun, pikir Rangga. Belum sempat berpikir lebih lanjut tiba-tiba Rangga merasakan pandangannya berkunang-kunang dan akhirnya
Wajah tengkorak itu tak menjawab, dia hanya menatap Rangga dengan lubang mata tengkoraknya, lalu kembali menatap ke depan sambil mendayung perahu perlahan. Rangga memang sudah terbiasa dengan hantu-hantu pendekar di Lembah Hantu. Namun dengan tengkorak hidup ini, Rangga merasakan Aura neraka saat berada di dekatnya."Makhluk ini bukanlah sesuatu yang baik, dia seperti penjaga gerbang neraka,"bisik Rangga pada Awehpati.Awehpati mengangguk, dia sudah sering menemui hal seperti ini saat mencari bahan obat di alam sebelah."Sebaiknya kamu berdoa sebisamu, mohon keselamatan pada Sang Hyang Widhi agar dapat segera menemukan Bunga Ungu."Sepanjang perjalanan Rangga terus berdoa memohon keselamatan pada Sang Hyang Widhi. Perahu terus melaju menembus kabut pekat di sungai. Perjalanan itu seperti sebuah perjalanan panjang tanpa akhir. Rangga yang merasa kuatir menoleh pada Awehpati yang tampak tenang duduk di perahu sambil terkantuk-kantuk."Ki Sanak, apa perjalanan kita masih lama?"tanya R
"Kami harus segera pergi dari tempat ini, kami tak punya waktu lagi dengan kalian!" Awehpati yang sedari tadi tak berkomentar mulai emosi perjalanannya terhambat "Maaf Ki Sanak, kami harus segera pergi, kami tidak mengenalmu dan tidak ada urusan dengan kalian. Jadi biarkan kami pergi!" Awehpati menoleh pada Rangga dan berkata "Rangga, ayo kita pergi dari sini, lebih cepat lebih baik!" Tiba-tiba terdengar suara Kiyongko tertawa ngakak "Ha ha ha tidak semudah itu kalian bisa pergi dari sini! Kalian sudah terjebak di istanaku!" Kiyongko menatap tajam Rangga dan Awehpati lalu mulai mengancam_ "Makanya, nggak usahlah berlagak sebagai pahlawan! Jangan pernah mencoba membebaskan jiwa-jiwa para pendekar itu atau kalian akan menerima siksaan dariku!" Rangga dan Awehpati menoleh dan betapa terkejutnya mereka melihat Kiyongko telah berubah wujud. Kiyongko yang tadinya tampak charming dan tampan berubah menjadi tengkorak yang menyeramkan. Demikian pula para abdinya, wajah mereka
Dalam keadaan kulit yang meleleh seperti patung lilin kepanasan, Kiyongko masih berusaha masuk kembali ke dunianya menyelamatkan diri. Rangga dan Awehpati berusaha keras menahan Kiyongko agar tetap berada di sisi terang di dunia manusia dengan memegangi kakinya dan menyeretnya menjauh dari portal ke dunia siluman. Suara Kiyongko yang melolong memelas membuat miris hati siapapun yang melihatnya. Tiba-tiba terdengar suara ledakan "Blaaar!" Tubuh Kiyongko langsung hancur jadi debu, Rangga dan Awehpati terlempar dan jatuh di antara tanaman sayur. Upaya mereka berhasil, tubuh siluman tengkorak itu akhirnya hancur jadi debu. Rangga dan Awehpati akhirnya menghela nafas lega, siluman itu telah musnah terbakar. Rangga melirik ke arah portal, hutan terbakar itu terlihat makin samar dan akhirnya menghilang beserta portalnya. "Aku pernah mendengar legenda Siluman Tengkorak tapi baru kali ini aku bisa melihatnya sendiri. Ternyata legenda itu benar ada,"ujar Awehpati. Rangga masih tampa
Nyai, apakah di sini ada Sinshe atau tabib dari China yang buka praktek pengobatan?"tanya Rangga.Nyai Yasa menggeleng"Tidak ada, mereka hanya buka praktek di kota,"jawab Nyai Yasa.Rangga menghela nafas berat, desa Dadapan adalah desa terpencil yang dikelilingi hutan. Sepertinya tidak ada harapan untuk memperoleh bahan obat terbaik. Dia harus bisa mencari bahan alternatif yang ada di desa itu. "Suami Nyai daya tahan tubuhnya sangat lemah sehingga penyakit ini dengan mudah menjangkitinya. Saya rasa dia juga ada penyakit lain sehingga makin memperparah sakitnya. Ginseng itu dapat meningkatkan daya tahan tubuhnya, setidaknya beliau bisa segera sembuh termasuk penyakit-penyakit lain yang sudah lama dideritanya,"ujar Rangga.Nyai Yasa hanya termangu mendengar penjelasan Rangga, dia lalu berkata"Aku tidak berani meminta pada keluarga Prawara. Aku takut anggota keluargaku bakal dijadikan tumbal. Mereka keluarga yang aneh, jarang bergaul dengan masyarakat di desa ini."Rangga terdiam me
"Kamu harus bisa menyembuhkan penyakit kami sekeluarga,"ujar Prawara. Rangga terkejut lalu buru-buru menukas "Kalau penyakit itu menurut saya adalah penyakit keturunan. Mohon maaf, kalau penyakit keturunan saya tidak bisa,"tukas Rangga. Prawara tampak tidak suka dengan alasan Rangga. "Ini bukan penyakit keturunan, aku tidak mau tahu pokoknya penyakit di keluargaku ini harus sembuh! Kamu mau orang-orang desa itu sembuh tidak?" Rangga sejenak tertegun, ucapan Prawara seolah bagai ancaman bagi penduduk desa. Sedangkan penyakit itu ada karena praktek pesugihan yang mereka lakukan. "Baiklah saya bersedia mengobati anda sekeluarga. Tapi saya harus mengobati penduduk desa terlebih dahulu baru keluarga anda." Prawara tampak gembira mendengarnya. "Baiklah, mari ke gudang, di sana ada banyak bahan obat yang kamu perlukan. Ambil saja semaumu." Prawara dan Rangga ke gudang penyimpanan obat. Saat memasuki tempat itu, aroma herbal langsung menyergap.hidung. Saat memasuki ruangan, Rangga
"Ya memang seperti itu resikonya. Tapi di sini aku akan mendapatkan keuntungan, jika pasukanku berhasil menghancurkan Sadeng, pasti Gusti Ratu akan menganugerahkan kenaikan pangkat bahkan menjadikanku sebagai Mahapatih Majapahit menggantikan Mpu Krewes,"ujar Ra Kembar dengan yakin.Wajah Ra Kembar merah menahan kemarahan, nafasnya sudah terengah-engah. Persaingan Ra Kembar dengan Gajah Mada dalam memperebutkan jabatan Mahapatih Majapahit sudah menjadi rahasia umum. Ra Kembar yang merasa senior, mengabdi sejak Prabu Wijaya berkuasa tak rela jika harus menjadi bawahan Gajah Mada yang jauh lebih muda.Melihat Ra Kembar yang dalan keadaan marah, Hasta belum berani berkomentar. Setelah berhasil menenangkan dirinya Ra Kembar melanjutkan perkataannya."Aku ini sudah mengabdi semenjak Prabu Wijaya berkuasa. Aku juga ikut serta berperang melawan Jayakatwang dan pasukan Mongol, memadamkan pemberontakan Ranggalawe ,Nambi dan Ra Kuti. Masa bertahun aku terus menerus berada bersama para prajurit y
Rangga sesekali melirik ke arah dua orang tadi. Keduanya masih ada di sana sibuk dengan hidangan di depannya. "Kamu dan aku sama-sama pendatang baru di dunia persilatan. Tapi kalau ada kejadian seperti ini, siapa dan apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia mengincarku atau mengincarmu terkait dengan Bapakmu di masa lalu,"ucap Rangga."Entahlah, Bapak tidak pernah terbuka dengan masa lalunya.""Kami tidak pernah bertemu atau berseteru dengan sekte Bulan Sabit Emas. Aku curiga, setelah kejadian Nyai Wijil, bisa jadi mereka sedang mengincar pusaka yang kalian miliki. Pedang Inti Air dan Kapak Setan,"tambah Blandhong."Ya tapi kami kan bukan pendekar terkenal. Masa berita tentang pusaka ini sudah tersebar?"tanya Rangga.Blandhong terbahak mendengar pertanyaan Rangga.kalian"Ha ha ha ha kaliang ini lugu sekali. Rangga, berapa kali pedangmu kamu gunakan di depan banyak orang? Ketua, Kapak Setan dalam gembolanmu itu juga menarik perhatian para pemburu pusaka. Apalagi saat berada di pengina
Hasta sedang minum tuak di kapalnya berdama Tunggul dan Gembong saat Rama datang melapor."Kangmas Hasta, sepertinya kali ini lawanmu berat. Rangga ternyata bersahabat dengan Gerombolan Kapak Setan, gerombolan perampok yang paling ditakuti di Pajang.Hasta mengerutkan keningnya, dia baru saja mendengar nama gerombolan Kapak Setan."Ah, masa sih aku belum pernah mendengar kehebatan mereka di Timur,"ucap Hasta dengan nada meremehkan.Rama tersenyum melihat sikap Hasta yang memang suka merendahkan orang."Tapi kalau kamu tahu ilmu andalan mereka, pasti kamu juga menginginkan pusaka Kapak Setan itu. Dulu Liman adalah pemimpin mereka dengan senjata andalannya kapak setan. Di tangan Liman, kapak itu menjadi sebuah kapak yang bahkan mampu membelah bumi,"ungkap Rama."Ah, itu pasti cuma dongeng saja. Memangnya kamu pernah melihat sendiri kehebatan kapak itu?"tanya Hasta sambil menenggak tuaknya.Rama menggeleng"Belum pernah, aku mendengarnya dari Bapakku. Saat itu Liman ketua mereka masih ma
Sebuah kapal besar dan mewah tampak bersandar di dermaga. Pemilik kapal itu pastilah seorang bangsawan atau pedagang kaya. Terlihat Hasta yang berdiri di geladak kapal, sedang melihat kesibukan di pelabuhan Pajang. Di sebelahnya kirinya berdiri Tunggul sahabat sekaligus pengikutnya. Sedangkan di sebelah Tunggul seseorang yang berpakaian seperti pendekar ikut berbincang bersama Hasta. Saat mereka sedang asyik berbincang, Gembong naik ke kapal dengan tergesa-gesa, sepertinya ada hal penting yang akan disampaikan."Gembong, kamu ini kenapa?"tanya Hasta heran."Huuh, aku melihat bocah itu berada di sini juga. Kukira dia sudah mati, tapi ternyata dia masih hidup."Hasta mengerutkan keningnya dan bertanya"Siapa bocah yang kamu maksud?""Rangga, dia ada di sini!""Lho, mau apa dia kemari?"tanya Hasta terkejut."Sudahlah Kangmas Hasta, kedatangan kita ke Pajang ini kan untuk menemui Bhre Pajang lalu menyampaikan surat perintah dari Gusti Ratu Tribuana agar Bhre Pajang mewakili Gusti Ratu T
Rangga belum melihat sosok Nyai Wijil namun suaranya seolah-olah begitu dekat dengan mereka. Beberapa saat kemudian, terdengar lagi suara berkelebat di udara. Dari arah belakang perahu muncul Nyai Wijil. Kali ini Rangga terkagum-kagum dengan ilmu meringankan tubuhnya. Nyai Wijil melompat ke sungai. Saat akan mendarat di air, kakinya menutul air sungai laku melompat lagi, bagai berjalan di atas air.Setelah dengan perahu, wanita itu langsung melompat ke dalam perahu."Wijil, kenapa kamu tidak pernah berhenti mengganggu hidupku?"Nyai Wijil melihat ke arah Dhesta yang sedang terbaring di perahu dengan tatapan penuh kebencian."Itu anakmu dengan penari murahan itu kan?"Tapi Liman pura-pura tak mendengar, dia menghadang Nyai Wijil."Dia terkena racun Lali Jiwo milikmu, berikan obat penawarnya!""Aku mau memberikan penawarnya tapi dengan satu syarat!"Liman tertegun, matanya menatap curiga pada Nyai Wijil."Apa yang kamu inginkan dariku?""Tinggalkan penari murahan itu dan ikutlah dengank
"Dhesta!"seru Rangga cemas."Rangga, Dhesta keracunan, aku sudah berusaha mengeluarkan racunnya dari paru-parunya.Tapi hanya sedikit yang berhasil keluarkan."Mendengar suara yang yang sangat dikenalnya, Rangga segera menghampiri orang itu menyapanya."Ki Liman, anda di sini?"Liman tersenyum dan mengangguk, lalu dengan nada cemas dia berkata."Anakku satu-satunya yang selama bertahun-tahun tidak pernah keluar kampung. Tiba-tiba saja meninggalkan rumah pergi merantau. Tentu saja aku sangat mencemaskannya. Jadi aku memutuskan untuk menyusulnya kemari. Ternyata firasatku benar, pantas saja hatiku tidak tenang. Racun ini hanya orang-orang dari sekte ular hijau yang punya obatnya.""Ya, biar saya coba mengobatinya semoga saja berhasil. Tadi dia terkena asap beracun yang ditiupkan dari lubang di jendela itu. Saya tidak tahu racun jenis apa itu."Rangga segera mengeluarkan peralatannya dan mulai memeriksa Dhesta. Pemuda itu masih pingsan, wajahnya sudah mulai membiru.Celaka, racun itu tel
Para pengeroyoknya terperangah melihat Rangga yang dengan santainya berdiri di atas dahan pohon Hujan yang lemah. Rangga tampak anteng dan tenang di atas dahan pohon. Tak sekalipun dia terlihat kerepotan menjaga keseimbangan. Sesekali tubuhnya bergerak mengikuti gerakan dahan yang terkena angin. Orang-orang itu tersadar, kali ini lawan yang mereka hadapi bukanlah lawan sembarangan. Kini mereka semakin waspada terhadap lawannya. "Hei, jangan cari aman sendiri di atas pohon. Kalau kamu memang pemberani, turunlah lawan kami di bawah!" Rangga berkelebat turun dari pohon lalu berseru. "Ayo majulah, lawan aku!" Para pengeroyoknya langsung menyerang Rangga. Pedang Inti Air berkelebat menangkis serangan mereka. Tenaga dalam sudah dikerahkan ke tangan Rangga, lalu pedangnya membuat gerakan memotong. "Traang traang traang!" "Klontrang klontraang!" Terdengar bunyi besi jatuh disusul bunyi teriakan kematian. "Aaaarrrrghh....aaarrgh....aaargh!" "Bruuuk...bruuuk...bruuuk!" Tubuh para p
Dhesta tampak kecewa, hidangan itu lezat tapi dia tidak bisa memakannya karena beracun. Dia meihat ke sekelilingnya, para tamu sedang makan dengan lahapnya, namun tidak terlihat tanda-tanda keracunan. Dhesta akhirnya duduk memeluk lutut sambil bersandar di tembok mencoba meredakan rasa laparnya.Rangga mengalihkan pandangan ke arah lain. Terlihat Nyai Wijil sudah kembali lagi menghampiri laki-laki lain, lalu duduk dipangkuannya. Sedangkan pria brewok yang tadi bersamanya sudah tak tampak lagi."Melihat tamunya hanya melihat situasi di sekitarnya dan tidak segera menyantap hidangannya, seorang pelayan mendatangi Rangga dan Dhesta lalu bertanya"Ki Sanak, kok makanannya tidak segera dimakan? Apa makanan ini tidak enak? Jika tidak berkenan kami akan menggantinya dengan yang lain.""Ooh, tidak bukan itu. Kami hanya kecapekan dan mengantuk. Bagaimana jika makanan ini kami bawa ke kamar saja."Wajah pelayan itu tampak berubah, senyum ramahnya lenyap seketika. Namun sejurus kemudian wajahnya
"Gruuudug gruudug gruudug!"bunyi tanah terbelah.Para penonton bubar ketakutan, sedangkan teman-teman si Kumis yang menonton pertarungan itu tertegun. Pria genderuwo pemimpin gerombolan itu langsung berseru"Itu jurus 'Kapak Pembelah Bumi'! Tidak salah lagi, hanya Liman yang bisa melakukannya. Bocah itu anaknya Liman!"Sementara itu si Kumis kelabakan melihat bumi merekah di bawahnya. Sontak dia menghentikan serangannya, melompat menghindar ke tempat yang aman. Rekahan tanah berhenti, pria genderuwo maju ke hadapan Dhesta sambil menunjuk"Tidak salah lagi, kamulah anaknya Liman!"Pria genderuwo memberi tanda pada anak buahnya untuk maju ke hadapan Dhesta."Kalian kemarilah, beri hormat pada ketua Kapak Setan yang baru!"Para perampok itu serta merta langsung mendatangi Dhesta lalu menundukan kepala memberi hormat di hadapannya."Terimalah hormat kami Ketua!"Dhesta hanya bisa bengong melihat para perampok itu memberi hormat kepadanya. Beberapa menit yang lalu mereka berlaku kasar kep
Mata Si Kumis terbelalak melihat kapak yang dipegang Dhesta. Namun dia mencoba menguasai diri."Baiklah, kapak itu tampaknya memang benar Kapak Setan. Tapi pesan kapak besar seperti itu di pande besi pembuat pisau dapur juga bisa. Kalau kamu memang benar-benar anaknya Liman, tunjukan jurus-jurus Kapak Setan itu!"tantang si Kumis.Dhesta tak mengiyakan atau menolaknya, dia balik bertanya."Lalu bagaimana seandainya aku bisa membuktikannya?"Si Kumis tertegun, dia menoleh pada kakaknya minta persetujuannya. Lalu pria genderuwo itulah yang menjawabnya."Kalau kamu bisa menunjukan jurus-jurus khas kapak setan, kami akan patuh kepadamu dan mengangkatmu sebagai pengganti Liman pemimpin kami!"Dhesta terkejut, orang-orang itu tidak dikenalnya tapi malah akan mengangkatnya sebagai pemimpin gerombolan perampok."Hei...apa-apaan ini? Aku tidak sudi melakukan kejahatan seperti kalian. Bapakku melarangku mengikuti jejaknya sebagai perampok. Sekarang dia sudah insyaf, mengasingkan diri dari dunia