Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of PENDEKAR LEMBAH HANTU: Chapter 51 - Chapter 60

112 Chapters

Bab 51 Jangan Buka Pintunya

Rangga mengangkat pisau bedah itu lalu menunjukan gagang berukir ular naga yang belum selesai. "Ki Sanak, lihat di bagian mulut ular ini, tadi sewaktu memegang pisau ini, tanganku tak sengaja tergores ukiran gigi ular ini hingga berdarah. Darah itu menempel di gagang. Ketika akan kubersihkan, darahnya kulihat ditelan kepala ular ini. Pisau bedah ini ternyata hidup, dia makan darah,"kata Rangga mulai takut. Wajah Awehpati tampak berubah, namun sejurus kemudian dia memalingkan wajahnya dan berkata "Ah, aku selama menggunakan pisau bedah ini tidak pernah mengalami hal aneh. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Yaah...mungkin Ra Tanca menciptakan suatu mekanisme agar ketika membedah pasien, gagang pisaunya tidak licin karena darah,"Awehpati berusaha menenangkan Rangga. Awehpati lalu menepuk bahu Rangga sambil berkata. "Dengan memiliki pisau itu, kamu akan jadi seorang tabib yang ternama." Rangga menimang pisau itu, ada keraguan dalam dirinya. Tapi Rangga juga ingin membuktikan kat
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 52 Prajurit Laut Kidul

"Siapa itu?"tanya Rangga."Ini aku Prawara, tolong kami, kami dalam bahaya.""Dia Ki Prawara,"Rangga beranjak hendak membuka pintu.Namun Awehpati mencegahnya"Sudah kubilang jangan dibuka.""Kenapa?"tanya Rangga."Itu bukan Prawara,"jawab Awehpati."Bukan Prawara bagaimana? Itu Prawara,"kata Rangga.Suara Prawara terdengar lagi"Rangga, Ki Awehpati tolong kami!"Rangga bergerak hendak membuka pintu namun Awehpati masih terus berusaha mencegah dan membentak Rangga."Sudah kubilang jangan!"Rangga menepis tangan Awehpati lalu berkata"Paman, dimana hati nuranimu? Ki Prawara memerlukan pertolongan tapi kita hanya mendiamkan saja!""Baiklah akan kubuktikan dia bukan Prawara, coba kamu intip dia dari tempat yang aman,"ujar Awehpati.Suara ketukan itu kemudian berpindah ke jendela di samping rumah. Jendela rumah digedor dengan keras dan terdengar suara Prawara memanggil nama mereka. "Rangga.. Ki Awehpati buka pintunya tolong kami!"Merasa penasaran Rangga menghampiri jendela. Namun Awehp
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 53 Mpu Sengkala

Namun ombak besar kembali menghantam ke pantai. Ombak itu memadamkan api Rangga. "Ah, sial mereka memadamkan apiku!"seru Rangga kesal. Rangga dan Awehpati terus berlari hingga akhirnya mereka berhasil mencapai hutan. Tapi baru beberapa langkah masuk ke hutan, tiba-tiba wanita cantik tapi seram itu sudah muncul di hadapan mereka "Mau ke mana kalian?!"tanya wanita itu. Rangga mulai kesal karena gara-gara wanita ular itu dia harus nyasar ke dimensi lain. Ranggapun memakinya. "Hei uler keket, aku mau pulang ke duniaku. Pergilah jangan ganggu kami lagi!" Wanita ular itu hanya tersenyum sinis, lalu mulai menembangkan sebuah kidung kematian yang nadanya terasa menyeramkan di telinga Rangga walaupun sebenarnya suara wanita itu merdu dan lembut. Mendadak perasaan Rangga mulai dihinggapi rasa takut dan kuatir yang sangat kuat. Lalu dia mulai merasa pusing dan sulit bernafas seperti dicekik lehernya. Dia mulai merasa engap hingga terengah-engah kesulitan bernafas. Melihat keadaan R
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 54 Jalan Ke Dimensi Lain

Mpu Sengkala tampak berpikir, sejurus kemudian, dia berkata "Bisa tapi berat untuk dilakoni." "Itu tidak masalah bagiku, yang penting ilmu pesugihan ini harus diputus agar tidak menyusahkan generasi berikutnya,"ujar Rangga. Mpu Sengkala menghela nafas "Kalau tidak bisa menyediakan tumbal pengganti, kalian harus bisa mengalahkan Nyi Blorong." "Bagiku itu tidak berat, asal ada kemauan pasti ada jalan. Tidak ada satupun makhluk di bumi ini yang sempurna dan sakti mandraguna. Karena hanya Sang Hyang Widi yang memiliki segala kesempurnaan itu." Mpu Sengkala tersenyum lalu berkata "Kamu betul Ngger dan aku yakin kamu bisa mengalahkannya." Suara deru air menghilang, cuaca kembali cerah. Awehpati keluar rumah mengecek keadaan di luar. Setibanya di luar dia melihat pohon-pohon kecil bertumbangan. Hanya pohon-pohon besar yang masih bisa bertahan. Dilihatnya bangunan rumah tempat mereka berlindung. Rumah kecil itu masih berdiri dengan kokohnya, tidak ada kerusakan yang berarti.
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 55 Balas Dendam

Prawara tak menanggapi tawaran Rangga, dia menoleh ke arah gua dan berkata"Mungkin sudah saatnya aku sendiri yang harus mengakhirinya,"ujar Prawara lirih."Ya, anda harus segera mengakhirinya, karena anda juga sudah menumbalkan para penduduk desa pada Nyi Blorong,"ujar Rangga.Prawara menundukan kepala, matanya tampak berkaca-kaca"Bapakku bahkan pernah menumbalkan saudara kembarku Pawana, padahal dia begitu sayang padaku. Tapi bapakku tak berdaya menolak perintah Nyi Blorong,"Prawara menangis tersedu-sedu untuk beberapa saat.Rangga menanti dengan sabar sampai Prawara mulai tenang. Setelah menghapus air mata yang menitik di sudut matanya dan emosinya mulai stabil, Rangga memberanikan diri untuk bertanya"Jadi Bapak anda bahkan menumbalkan anaknya sendiri?"tanya Rangga.Prawara hanya menatap Rangga dengan pandangan kosong."Saat berusia sepuluh tahun, Pawana tiba-tiba menderita penyakit misterius dan tak sadarkan diri selama seminggu. Anehnya orangtuaku sama sekali tidak tampak sedih
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 56 Penebusan

"Bunuh pelaku pesugihan itu!"Para penduduk desa mulai maju masuk lebih jauh ke halaman rumah keluarga Prawara. Para pengawal Prawara tak tinggal diam. Mereka sudah melolos pedang berbaris menghadang warga yang mencoba masuk lebih dalam.Ki Yasa buru-buru maju menenangkan warganya"Sabar...tenangkan diri kalian, jangan emosi dulu, Rangga dan Ki Awehpati ternyata masih hidup. Jadi kita tidak perlu sampai harus saling berbunuhan.""Tapi keluarga mereka telah tega menumbalkan warga desa Dadapan sebagai tumbal. Ini tak bisa dibiarkan!"kata salah seorang warga.Rangga maju mendekati Ki Yasa lalu berseru pada para penduduk desa yang sudah dikuasai emosi."Kami kemari tidak hanya mengobati penyakit keluarga mereka, tapi kami juga membantu Ki Prawara memutus ilmu pesugihan yang sudah berlangsung secara turun temurun! Coba lihat dia, penyakit kulit tanda pelaku pesugihan itu sudah kami obati walaupun masih belum tuntas,"Rangga menunjuk Prawara.Para penduduk desa itu baru menyadari, benjolan-b
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 57 Penebusan 2

"Kangmas Prawara!"Pawana berlari gembira menyambut kakaknya. Pawana tidak menderita penyakit kulit seperti Prawara. Mungkin karena dia memang sudah dipilih jadi tumbal yang tentunya harus bersih dari penyakit. Tetapi tubuhnya tampak lebih kurus, dia hanya mengenakan celana gringsing yang sudah kumal, tangan dan kakinya dirantai.Kedua saudara kembar itu kemudian berbincang sementara Rangga dan Awehpati mengamati dari jauh."Kasihan Pawana, sukmanya terjebak di dunia demit dijadikan budak mereka sampai akhir jaman,"ujar Awehpati dengan suara lirih."Bisakah kita membebaskan sukmanya agar kematiannya bisa sempurna dan dia bisa terlahir kembali?""tanya Rangga."Entahlah, jika selama ini tidak ada yang mendoakan dia, mungkin sulit bagi sukmanya untuk kembali. Apalagi keluarganya adalah pemuja setan. Siapa lagi yang seharusnya mendoakannya kalau bukan dari keluarga sendiri,"ujar AwehpatiTak lama kemudian Pawana dan Prawara datang menghampiri Rangga lalu berkata"Ki Sanak sekalian, kita a
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 58 Kaca Benggala

"Aku sudah sering berinteraksi dengan hantu, tapi yang ini benar-benar menjijikan, mana baunya amis dan busuk,"gerutu Rangga."Ssshh...jangan keras-keras, nanti dia ngamuk,"Awehpati memperingatkan.Namun Rangga tak peduli, sambil menutup hidung, Rangga mundur beberapa langkah"Hei...hantu busuk, menjauhlah dariku. Aku tidak takut denganmu tapi aku tidak tahan dengan baumu yang busuk."Penjaga Laut Kidul itu marah lalu kembali menyabetkan cambuknya ke arah Rangga. Dengan sigap spontan Rangga menghindar. Tangannya bergerak mengerahkan energi Sang Hyang Agni ke tangannya. Sejurus kemudian api sudah berkobar di telapak tangannya membentuk selendang api. Lalu dia melemparkan selendang api ke arah si penjaga."Wuuush!"Api berkobar menyambar penjaga itu. Teriakan memilukan keluar dari bibirnya yang sudah tinggal separuh karena busuk."Aaarrrgh!"Rangga terus menyerang, selendang api sudah membelit tubuh penjaga berwajah busuk itu. Tak lama kemudian tubuh penjaga itu musnah jadi abu. Para
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Bab 59 Sisik-sisik Nyi Blorong

Tapi para penagih itu tidak peduli, mereka tetap memukuli bapak itu hingga luka-luka. Lalu salah satu anak buahnya mengambil tiga anak gadis bapak itu, memperkosa mereka lalu membawanya pergi. Tayangan di cermin kemudian berganti, anak kecil yang sakit itu meninggal. Sedangkan tiga anak gadis yang diambil itu terlihat berada di sebuah rumah plesir, berdandan menor melayani berbagai laki-laki yang datang di sana. Prawara dan Pawana menangis melihat penderitaan leluhurnya. "Pawana, kamu lihat sendiri penderitaan leluhur kita. Betapa menyakitkan dan menderita menjadi orang miskin. Entahlah apa keluargaku nanti mampu menghadapi keadaan ketika aku meninggalkan ilmu pesugihan ini,"kata Prawara sambil terisak. "Sudahlah Kangmas Prawara, semuanya sudah terjadi. Semoga saja Sang Hyang Widi masih mengasihani kita dan memberikan kita kesempatan untuk terlahir kembali dengan keadaan yang lebih baik,"Pawana menghibur saudaranya. "Pantas saja dengan penderitaan karena kemiskinan yang sep
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Bab 60 Labirin Tak Berujung

Rangga terkejut, dia mengira Prawara akan kembali bersama-sama. Tapi ternyata dia justru mengorbankan dirinya demi membebaskan keluarganya dari korban tumbal Nyi Blorong. Namun Ranggabtetapmingin membawa Prawara pergi."Ki Prawara, anda tetap ikut dengan kami pulang ke rumah."Ratu Kidul dan Nyi Blorong menatap Rangga dengan pandangan mengejek"Semua sudah ada di perjanjian antara kami dengan dia!"tangan Nyi Blorong menunjuk orang tua tadi.Orang tua itu hanya menunduk dan menangis menyesali keputusannya yang membuat anak keturunannya menderita."Maafkan aku sudah membuat kalian menderita. Ya, aku memang sudah memberikan stempel darah untuk kontrak perjanjian dengan Nyi Blorong bahwa aku bersedia mengorbankan anak cucuku sebagai tumbal dengan imbalan kekayaan tanpa batas,"orang tua itu berbicara sambil terisak.Nyi Blorong tersenyum sinis lalu berkata"Nah, kalian sudah dengar sendiri kan? Kami selalu menepati janji memberi kekayaan. Tapi kalian manusia yang selalu ingkar janji. Bahka
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status