Home / Pendekar / PENDEKAR LEMBAH HANTU / Bab 58 Kaca Benggala

Share

Bab 58 Kaca Benggala

Author: Freya
last update Last Updated: 2025-01-21 23:58:10

"Aku sudah sering berinteraksi dengan hantu, tapi yang ini benar-benar menjijikan, mana baunya amis dan busuk,"gerutu Rangga.

"Ssshh...jangan keras-keras, nanti dia ngamuk,"Awehpati memperingatkan.

Namun Rangga tak peduli, sambil menutup hidung, Rangga mundur beberapa langkah

"Hei...hantu busuk, menjauhlah dariku. Aku tidak takut denganmu tapi aku tidak tahan dengan baumu yang busuk."

Penjaga Laut Kidul itu marah lalu kembali menyabetkan cambuknya ke arah Rangga. Dengan sigap spontan Rangga menghindar. Tangannya bergerak mengerahkan energi Sang Hyang Agni ke tangannya. Sejurus kemudian api sudah berkobar di telapak tangannya membentuk selendang api. Lalu dia melemparkan selendang api ke arah si penjaga.

"Wuuush!"

Api berkobar menyambar penjaga itu. Teriakan memilukan keluar dari bibirnya yang sudah tinggal separuh karena busuk.

"Aaarrrgh!"

Rangga terus menyerang, selendang api sudah membelit tubuh penjaga berwajah busuk itu. Tak lama kemudian tubuh penjaga itu musnah jadi abu.

Para
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 59 Sisik-sisik Nyi Blorong

    Tapi para penagih itu tidak peduli, mereka tetap memukuli bapak itu hingga luka-luka. Lalu salah satu anak buahnya mengambil tiga anak gadis bapak itu, memperkosa mereka lalu membawanya pergi. Tayangan di cermin kemudian berganti, anak kecil yang sakit itu meninggal. Sedangkan tiga anak gadis yang diambil itu terlihat berada di sebuah rumah plesir, berdandan menor melayani berbagai laki-laki yang datang di sana. Prawara dan Pawana menangis melihat penderitaan leluhurnya. "Pawana, kamu lihat sendiri penderitaan leluhur kita. Betapa menyakitkan dan menderita menjadi orang miskin. Entahlah apa keluargaku nanti mampu menghadapi keadaan ketika aku meninggalkan ilmu pesugihan ini,"kata Prawara sambil terisak. "Sudahlah Kangmas Prawara, semuanya sudah terjadi. Semoga saja Sang Hyang Widi masih mengasihani kita dan memberikan kita kesempatan untuk terlahir kembali dengan keadaan yang lebih baik,"Pawana menghibur saudaranya. "Pantas saja dengan penderitaan karena kemiskinan yang sep

    Last Updated : 2025-01-22
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 60 Labirin Tak Berujung

    Rangga terkejut, dia mengira Prawara akan kembali bersama-sama. Tapi ternyata dia justru mengorbankan dirinya demi membebaskan keluarganya dari korban tumbal Nyi Blorong. Namun Ranggabtetapmingin membawa Prawara pergi."Ki Prawara, anda tetap ikut dengan kami pulang ke rumah."Ratu Kidul dan Nyi Blorong menatap Rangga dengan pandangan mengejek"Semua sudah ada di perjanjian antara kami dengan dia!"tangan Nyi Blorong menunjuk orang tua tadi.Orang tua itu hanya menunduk dan menangis menyesali keputusannya yang membuat anak keturunannya menderita."Maafkan aku sudah membuat kalian menderita. Ya, aku memang sudah memberikan stempel darah untuk kontrak perjanjian dengan Nyi Blorong bahwa aku bersedia mengorbankan anak cucuku sebagai tumbal dengan imbalan kekayaan tanpa batas,"orang tua itu berbicara sambil terisak.Nyi Blorong tersenyum sinis lalu berkata"Nah, kalian sudah dengar sendiri kan? Kami selalu menepati janji memberi kekayaan. Tapi kalian manusia yang selalu ingkar janji. Bahka

    Last Updated : 2025-01-23
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 61 Pengantar Jenazah

    "Kedua isteri dan anak-anaknya masih tinggal di sana tapi para gundiknya sudah pergi meninggaklan tempat itu begitu mendengar Prawara bangkrut. Rumah yang mereka tempati sekarangpun hanya gubug sederhana,"ujar Ki Yasa.Rangga menghela nafas lalu berkata"Kasihan mereka, pastinya berat rasanya sudah terbiasa hidup mewah kini harus hidup miskin seperti leluhurnya dulu."Nyai Yasa masuk kamar dan mengabarkan."Ki Awehpati masih belum sadar sampai saat ini."Rangga mulai mencemaskan kondisi Awehpati."Kenapa dia masih belum sadar juga?""Tidak apa-apa, besok dia sudah bisa sadar. Energi buruk yang didapatnya dari Laut Kidul membuat tubuhnya lemah. Kita bisa minta tolong Pandhita Kasyiwan di pura desa untuk mendoakannya supaya energi buruknya bisa hilang,"Ki Yasa menenangkan Rangga.Ki Yasa lalu memanggil anaknya untuk memanggilkan Pandhita Kasyiwan di pura desa.Setelah anaknya pergi, terdengar pintu rumah diketuk dan suara seorang wanita memberi salam."Kulonuwun!"Nyai Yasa keluar kama

    Last Updated : 2025-01-24
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 62 Babi Hutan Misterius

    Rangga melirik Awehpati yang masih saja mengikutinya selama dalam perjalanan. Orang tua itu katanya ingin merantau ke wilayah Kerajaan Sunda Galuh untuk menghindari pasukan Majapahit yang memburunya. Tapi bukannya memikirkan cara untuk segera sampai ke wilayah Sunda Galuh, orang tua itu malah mengikutinya mencari Pasar Dieng di gunung Lawu."Ki Sanak, mungkin sebaiknya anda meneruskan perjalanan ke Sunda Galuh saja. Biar saya sendirian saja mencari Pasar Dieng,"Rangga menyarankan.Awehpati hanya tersenyum lalu menepuk bahunya dan berkata"Ngger, kamu adalah anak dari sahabat sekaligus guruku. Dia sudah kuanggap seperti Saudara sendiri. Setelah dia tiada, akulah yang bertanggungjawab terhadapmu. Lagipula untuk menuju ke arah barat aku tetap harus melewati gunung ini."Rangga diam-diam merasa terharu dengan kebaikan Awehpati. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Di satu sisi dia gembira karena akhirnya dia mengetahui jati dirinya dan orangtua kandungnya. Namun dia juga sekalig

    Last Updated : 2025-01-26
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 1 Pembullyan

    Hari ini hari pertama Rangga datang ke Padepokan Sekar Jagad milik Mpu Waringin untuk belajar silat. Dengan diantar oleh Jalu murid senior di padepokan, tibalah mereka di sebuah ruangan besar berlantai paving terakota yang disusun rapi dengan tikar pandan tergelar di atasnya. Beberapa murid menoleh ke arah Jalu dan Rangga, sedangkan yang lainnya acuh tak acuh asyik rebahan bersantai di tikarnya setelah seharian beraktivitas. Jalu menunjuk ke sudut ruangan. "Ini ruang tidurnya, di pojok sana masih ada tempat kosong." "Baik Kangmas, terimakasih,"jawab Rangga. Rangga berjalan menuju pojok kamar sambil membawa buntelan pakaian ganti melewati beberapa murid yang sudah tiduran di atas tikar. "Permisi, permisi numpang lewat." Tiba-tiba, Rangga merasa keseimbangannya hilang. "Brruuuk," Rangga jatuh tersungkur, seseorang telah menjegal kakinya. "Ha ha ha ha....si anak manja jatuh. Aduuh kasian kamu...sakit ya," Hasta salah satu murid di padepokan dan teman-temannya menertawaka

    Last Updated : 2024-08-08
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 2 Pembunuhan

    Samar-samar Rangga mendengar suara langkah kaki menghampirinya dan suara teman-temannya memanggil namanya. Saat Rangga terbangun dia mendapati dirinya berada di kamar dan Mpu Waringin sudah duduk di sampingnya. “Tak kusangka ternyata tubuhmu begitu lemah, baiklah besok kamu tidak usah belajar silat, kamu belajar ilmu pengobatan dengan Gondo,” ujar Mpu Waringin. “Maafkan saya guru, mungkin tadi karena bangun kesiangan, saya tidak sempat sarapan dan langsung berlatih.” “Tidak apa-apa, sekarang istirahatlah dulu. Besok aku mau bertapa selama 3 bulan. Jadi aku tidak dapat mengajar kalian, semua urusan telah kuserahkan pada Jalu dan para murid senior.” Keesokan harinya, situasi bukannya membaik tapi justru semakin memburuk. Bukannya belajar ilmu pengobatan, Jalu menghukum Rangga dengan menyuruhnya bekerja di dapur menyiapkan makanan bersama para abdi yang bekerja di padepokan. Sebelum subuh, Rangga sudah memulai kegiatannya lalu menghidangkan bubur sagu untuk sarapan pada para m

    Last Updated : 2024-08-08
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 3 Lembah Hantu

    Setibanya di luar, mereka mengikat Rangga di sebuah tonggak, memukuli dan menendangnya sampai babak belur sambil memakinya. “Ampun…tolong hentikan...sakiit! Bukan aku yang membunuhnya!” “Bohong, buktinya sudah ada, kamu kan yang membantu Gondo membunuh Guru!” maki salah seorang murid. Mereka kembali memukuli Rangga tanpa ampun hingga pemuda itu muntah darah. Rangga menderita luka dalam yang teramat parah. “Sudah cukup, tenaga kalian masih diperlukan. Besok kita adili dia, jika terbukti dia bersalah, kalian boleh memukulinya sampai mati. Sementara biar dia di sini dulu, sekarang kita rawat jenazah Guru dan mempersiapkan upacara pemakaman,” perintah salah seorang sesepuh di padepokan. Beberapa murid yang memukuli Rangga masuk ke pondok meninggalkan Rangga sendirian dalam keadaan terikat. Mereka akan merawat jenazah Mpu Waringin dan mempersiapkan upacara pemakaman. Setelah semua orang pergi, suasana kembali sepi dan gelap. Lokasi padepokan yang terletak di hutan di lereng gu

    Last Updated : 2024-08-09
  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 4 Nenek Tua yang Aneh

    Rangga telah siuman dari pingsannya, dia mendapati dirinya berbaring di tempat tidur batu. Kepalanya masih terasa pusing dan dadanya masih terasa sesak. Aroma ramuan herbal yang pekat menyergap hidungnya. Rangga mencoba bangun, dia mengangkat kepala dan tubuhnya perlahan, tapi ternyata tubuhnya masih terasa sakit ketika bergerak. "Aaargh!"Rangga berseru tertahan. Tubuh Rangga kembali ambruk, pemuda itu merasakan rasa sakit yang luar biasa di dada dan perutnya serta sakit kepala yang luar biasa. Tak lama kemudian, terdengar suara langkah kaki masuk ke kamar. "Aah...syukurlah kamu sudah bangun!" Rangga terkejut dan menoleh, seorang nenek-nenek berdiri dihadapannya, dia membawa nampan yang penuh dengan guci-guci kecil dan cawan. Tapi lagi-lagi Rangga terkejut ketika menyadari siapa nenek itu. Hampir saja dia berteriak ketakutan. Nenek itu adalah nenek yang membukakan pintu untuknya. "Mbah, ternyata Simbah itu orang ya,"ujar Rangga dengan polosnya. Nenek itu tertegun

    Last Updated : 2024-11-08

Latest chapter

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 62 Babi Hutan Misterius

    Rangga melirik Awehpati yang masih saja mengikutinya selama dalam perjalanan. Orang tua itu katanya ingin merantau ke wilayah Kerajaan Sunda Galuh untuk menghindari pasukan Majapahit yang memburunya. Tapi bukannya memikirkan cara untuk segera sampai ke wilayah Sunda Galuh, orang tua itu malah mengikutinya mencari Pasar Dieng di gunung Lawu."Ki Sanak, mungkin sebaiknya anda meneruskan perjalanan ke Sunda Galuh saja. Biar saya sendirian saja mencari Pasar Dieng,"Rangga menyarankan.Awehpati hanya tersenyum lalu menepuk bahunya dan berkata"Ngger, kamu adalah anak dari sahabat sekaligus guruku. Dia sudah kuanggap seperti Saudara sendiri. Setelah dia tiada, akulah yang bertanggungjawab terhadapmu. Lagipula untuk menuju ke arah barat aku tetap harus melewati gunung ini."Rangga diam-diam merasa terharu dengan kebaikan Awehpati. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya. Di satu sisi dia gembira karena akhirnya dia mengetahui jati dirinya dan orangtua kandungnya. Namun dia juga sekalig

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 61 Pengantar Jenazah

    "Kedua isteri dan anak-anaknya masih tinggal di sana tapi para gundiknya sudah pergi meninggaklan tempat itu begitu mendengar Prawara bangkrut. Rumah yang mereka tempati sekarangpun hanya gubug sederhana,"ujar Ki Yasa.Rangga menghela nafas lalu berkata"Kasihan mereka, pastinya berat rasanya sudah terbiasa hidup mewah kini harus hidup miskin seperti leluhurnya dulu."Nyai Yasa masuk kamar dan mengabarkan."Ki Awehpati masih belum sadar sampai saat ini."Rangga mulai mencemaskan kondisi Awehpati."Kenapa dia masih belum sadar juga?""Tidak apa-apa, besok dia sudah bisa sadar. Energi buruk yang didapatnya dari Laut Kidul membuat tubuhnya lemah. Kita bisa minta tolong Pandhita Kasyiwan di pura desa untuk mendoakannya supaya energi buruknya bisa hilang,"Ki Yasa menenangkan Rangga.Ki Yasa lalu memanggil anaknya untuk memanggilkan Pandhita Kasyiwan di pura desa.Setelah anaknya pergi, terdengar pintu rumah diketuk dan suara seorang wanita memberi salam."Kulonuwun!"Nyai Yasa keluar kama

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 60 Labirin Tak Berujung

    Rangga terkejut, dia mengira Prawara akan kembali bersama-sama. Tapi ternyata dia justru mengorbankan dirinya demi membebaskan keluarganya dari korban tumbal Nyi Blorong. Namun Ranggabtetapmingin membawa Prawara pergi."Ki Prawara, anda tetap ikut dengan kami pulang ke rumah."Ratu Kidul dan Nyi Blorong menatap Rangga dengan pandangan mengejek"Semua sudah ada di perjanjian antara kami dengan dia!"tangan Nyi Blorong menunjuk orang tua tadi.Orang tua itu hanya menunduk dan menangis menyesali keputusannya yang membuat anak keturunannya menderita."Maafkan aku sudah membuat kalian menderita. Ya, aku memang sudah memberikan stempel darah untuk kontrak perjanjian dengan Nyi Blorong bahwa aku bersedia mengorbankan anak cucuku sebagai tumbal dengan imbalan kekayaan tanpa batas,"orang tua itu berbicara sambil terisak.Nyi Blorong tersenyum sinis lalu berkata"Nah, kalian sudah dengar sendiri kan? Kami selalu menepati janji memberi kekayaan. Tapi kalian manusia yang selalu ingkar janji. Bahka

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 59 Sisik-sisik Nyi Blorong

    Tapi para penagih itu tidak peduli, mereka tetap memukuli bapak itu hingga luka-luka. Lalu salah satu anak buahnya mengambil tiga anak gadis bapak itu, memperkosa mereka lalu membawanya pergi. Tayangan di cermin kemudian berganti, anak kecil yang sakit itu meninggal. Sedangkan tiga anak gadis yang diambil itu terlihat berada di sebuah rumah plesir, berdandan menor melayani berbagai laki-laki yang datang di sana. Prawara dan Pawana menangis melihat penderitaan leluhurnya. "Pawana, kamu lihat sendiri penderitaan leluhur kita. Betapa menyakitkan dan menderita menjadi orang miskin. Entahlah apa keluargaku nanti mampu menghadapi keadaan ketika aku meninggalkan ilmu pesugihan ini,"kata Prawara sambil terisak. "Sudahlah Kangmas Prawara, semuanya sudah terjadi. Semoga saja Sang Hyang Widi masih mengasihani kita dan memberikan kita kesempatan untuk terlahir kembali dengan keadaan yang lebih baik,"Pawana menghibur saudaranya. "Pantas saja dengan penderitaan karena kemiskinan yang sep

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 58 Kaca Benggala

    "Aku sudah sering berinteraksi dengan hantu, tapi yang ini benar-benar menjijikan, mana baunya amis dan busuk,"gerutu Rangga."Ssshh...jangan keras-keras, nanti dia ngamuk,"Awehpati memperingatkan.Namun Rangga tak peduli, sambil menutup hidung, Rangga mundur beberapa langkah"Hei...hantu busuk, menjauhlah dariku. Aku tidak takut denganmu tapi aku tidak tahan dengan baumu yang busuk."Penjaga Laut Kidul itu marah lalu kembali menyabetkan cambuknya ke arah Rangga. Dengan sigap spontan Rangga menghindar. Tangannya bergerak mengerahkan energi Sang Hyang Agni ke tangannya. Sejurus kemudian api sudah berkobar di telapak tangannya membentuk selendang api. Lalu dia melemparkan selendang api ke arah si penjaga."Wuuush!"Api berkobar menyambar penjaga itu. Teriakan memilukan keluar dari bibirnya yang sudah tinggal separuh karena busuk."Aaarrrgh!"Rangga terus menyerang, selendang api sudah membelit tubuh penjaga berwajah busuk itu. Tak lama kemudian tubuh penjaga itu musnah jadi abu. Para

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 57 Penebusan 2

    "Kangmas Prawara!"Pawana berlari gembira menyambut kakaknya. Pawana tidak menderita penyakit kulit seperti Prawara. Mungkin karena dia memang sudah dipilih jadi tumbal yang tentunya harus bersih dari penyakit. Tetapi tubuhnya tampak lebih kurus, dia hanya mengenakan celana gringsing yang sudah kumal, tangan dan kakinya dirantai.Kedua saudara kembar itu kemudian berbincang sementara Rangga dan Awehpati mengamati dari jauh."Kasihan Pawana, sukmanya terjebak di dunia demit dijadikan budak mereka sampai akhir jaman,"ujar Awehpati dengan suara lirih."Bisakah kita membebaskan sukmanya agar kematiannya bisa sempurna dan dia bisa terlahir kembali?""tanya Rangga."Entahlah, jika selama ini tidak ada yang mendoakan dia, mungkin sulit bagi sukmanya untuk kembali. Apalagi keluarganya adalah pemuja setan. Siapa lagi yang seharusnya mendoakannya kalau bukan dari keluarga sendiri,"ujar AwehpatiTak lama kemudian Pawana dan Prawara datang menghampiri Rangga lalu berkata"Ki Sanak sekalian, kita a

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 56 Penebusan

    "Bunuh pelaku pesugihan itu!"Para penduduk desa mulai maju masuk lebih jauh ke halaman rumah keluarga Prawara. Para pengawal Prawara tak tinggal diam. Mereka sudah melolos pedang berbaris menghadang warga yang mencoba masuk lebih dalam.Ki Yasa buru-buru maju menenangkan warganya"Sabar...tenangkan diri kalian, jangan emosi dulu, Rangga dan Ki Awehpati ternyata masih hidup. Jadi kita tidak perlu sampai harus saling berbunuhan.""Tapi keluarga mereka telah tega menumbalkan warga desa Dadapan sebagai tumbal. Ini tak bisa dibiarkan!"kata salah seorang warga.Rangga maju mendekati Ki Yasa lalu berseru pada para penduduk desa yang sudah dikuasai emosi."Kami kemari tidak hanya mengobati penyakit keluarga mereka, tapi kami juga membantu Ki Prawara memutus ilmu pesugihan yang sudah berlangsung secara turun temurun! Coba lihat dia, penyakit kulit tanda pelaku pesugihan itu sudah kami obati walaupun masih belum tuntas,"Rangga menunjuk Prawara.Para penduduk desa itu baru menyadari, benjolan-b

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 55 Balas Dendam

    Prawara tak menanggapi tawaran Rangga, dia menoleh ke arah gua dan berkata"Mungkin sudah saatnya aku sendiri yang harus mengakhirinya,"ujar Prawara lirih."Ya, anda harus segera mengakhirinya, karena anda juga sudah menumbalkan para penduduk desa pada Nyi Blorong,"ujar Rangga.Prawara menundukan kepala, matanya tampak berkaca-kaca"Bapakku bahkan pernah menumbalkan saudara kembarku Pawana, padahal dia begitu sayang padaku. Tapi bapakku tak berdaya menolak perintah Nyi Blorong,"Prawara menangis tersedu-sedu untuk beberapa saat.Rangga menanti dengan sabar sampai Prawara mulai tenang. Setelah menghapus air mata yang menitik di sudut matanya dan emosinya mulai stabil, Rangga memberanikan diri untuk bertanya"Jadi Bapak anda bahkan menumbalkan anaknya sendiri?"tanya Rangga.Prawara hanya menatap Rangga dengan pandangan kosong."Saat berusia sepuluh tahun, Pawana tiba-tiba menderita penyakit misterius dan tak sadarkan diri selama seminggu. Anehnya orangtuaku sama sekali tidak tampak sedih

  • PENDEKAR LEMBAH HANTU   Bab 54 Jalan Ke Dimensi Lain

    Mpu Sengkala tampak berpikir, sejurus kemudian, dia berkata "Bisa tapi berat untuk dilakoni." "Itu tidak masalah bagiku, yang penting ilmu pesugihan ini harus diputus agar tidak menyusahkan generasi berikutnya,"ujar Rangga. Mpu Sengkala menghela nafas "Kalau tidak bisa menyediakan tumbal pengganti, kalian harus bisa mengalahkan Nyi Blorong." "Bagiku itu tidak berat, asal ada kemauan pasti ada jalan. Tidak ada satupun makhluk di bumi ini yang sempurna dan sakti mandraguna. Karena hanya Sang Hyang Widi yang memiliki segala kesempurnaan itu." Mpu Sengkala tersenyum lalu berkata "Kamu betul Ngger dan aku yakin kamu bisa mengalahkannya." Suara deru air menghilang, cuaca kembali cerah. Awehpati keluar rumah mengecek keadaan di luar. Setibanya di luar dia melihat pohon-pohon kecil bertumbangan. Hanya pohon-pohon besar yang masih bisa bertahan. Dilihatnya bangunan rumah tempat mereka berlindung. Rumah kecil itu masih berdiri dengan kokohnya, tidak ada kerusakan yang berarti.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status