Semua Bab Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal: Bab 21 - Bab 30

167 Bab

Bab 21 - Perubahan Sikap

"Permintaan tolong dan pemaksaan adalah dua hal yang berbeda, Windy,” ucap Klein dengan dingin. “Bukan hanya membawa keluargamu kemari tanpa seizinku, tapi juga membiarkan mereka menjadikan hubungan kita sebagai dasar diriku harus memberikan bantuan padahal aku tidak pernah mengenal mereka sama sekali sebelumnya, menurutmu … aku harus bagaimana?”Ditanya seperti itu, Windy sangat terkejut. Dia terbata-bata menjawab, “K-Klein! Aku–”“Silakan pergi dari apartemenku,” ucap Klein dengan ekspresi serius. “Tindakanmu hari ini sangat membuatku kecewa, Windy.” Dia menatap wanita itu lurus saat berkata, “Tidak kusangka kau wanita yang seperti ini.”Ruangan itu seketika hening. Windy menatap Klein tidak percaya, pria yang selama ini menatapnya penuh dengan cinta ternyata bisa menampilkan ekspresi penuh kekecewaan.Sementara itu, mendengar Windy ‘ditegur’ seperti itu, Meredith beserta dua anaknya merasa tidak terima!"Hei, buruk rupa," geram Jake. "Kau harusnya berterima kasih Windy mau menikah
Baca selengkapnya

Bab 22 - Pembalasan

Kelima pria berjas hitam itu menatap Klein dengan pandangan meremehkan. Salah satu dari mereka, pria bertubuh besar dengan bekas luka di pipi kirinya, tertawa keras."Hah! Lihat siapa yang sok jagoan di sini," ejeknya, matanya menyipit mengamati Klein dari atas ke bawah. "Apa kau pikir dengan melinting lengan kemejamu seperti itu, kau bisa menakuti kami?"Klein hanya tersenyum tipis, tidak terpengaruh oleh ejekan itu. Ia tetap berdiri tegak, lengannya yang tampak padat dari luar terpampang jelas.Pria lain, yang lebih kurus namun memiliki tatapan tajam, mendengus. "Mungkin dia pikir dengan menunjukkan lengan kurusnya itu, kita akan lari ketakutan," ujarnya, disambut tawa rekan-rekannya."Hei, buruk rupa!" seru pria ketiga, yang memiliki tato naga di lehernya. "Lebih baik kau pergi sebelum kami menghajarmu sampai ibumu sendiri tidak mengenalimu! Jangan campuri urusan kami!"Klein tetap diam, matanya dengan tenang mengamati kelima pria di hadapannya. Ia bisa merasakan ketegangan yang mu
Baca selengkapnya

Bab 23 - Takdir Yang Berubah

Klein mengusap rambut Bella dan Ella dengan lembut saat mereka tiba di Paviliun Moon Lake. Kedua gadis kecil itu masih tampak ketakutan, namun mata mereka membelalak lebar melihat kemewahan rumah yang akan menjadi tempat tinggal sementara mereka.Paviliun Moon Lake berdiri megah di tepi danau buatan yang jernih, dikelilingi oleh taman yang indah dengan berbagai jenis bunga warna-warni. Arsitektur rumah itu memadukan gaya modern dan klasik, dengan jendela-jendela besar yang memungkinkan cahaya alami masuk dan memberikan pemandangan menakjubkan ke arah danau. Di malam hari, lampu-lampu taman yang artistik menerangi halaman, menciptakan suasana yang menenangkan dan magis."Wah ..." Bella berdecak kagum, matanya tak lepas dari pemandangan di sekitarnya. "Ini seperti istana dalam negeri dongeng!"Ella mengangguk setuju, mulutnya terbuka lebar karena takjub. "Apa kita benar-benar akan tinggal di sini, Paman?"Klein tersenyum melihat reaksi mereka. Rasa hangat menyebar di dadanya, mengga
Baca selengkapnya

Bab 24 - Informasi

Setelah beberapa saat, Klein melepaskan pelukan dan berdiri tegak. Wajahnya kembali ke ekspresi dingin dan tenangnya yang biasa, namun matanya masih menyiratkan kelembutan saat memandang Bella dan Ella."Nah," ujarnya, kembali ke nada bicaranya yang tegas, "Mari kita bersihkan diri kalian. Setelah itu, kita akan berkeliling danau Bulan."Kedua gadis itu mengangguk antusias, senyum mulai terkembang di wajah mereka yang masih sedikit pucat.Klein kemudian meminta Helda untuk memandikan dan mempersiapkan kedua gadis kembar tersebut. Bagaimanapun, keduanya tampak sangat kotor dan lelah setelah pengalaman mengerikan yang mereka alami.Sementara Bella dan Ella dibersihkan, Klein menggunakan waktu ini untuk berbicara dengan Sonny. Wajahnya berubah serius, menunjukkan sisi lain dari dirinya yang baru saja menunjukkan kelembutan pada kedua gadis itu."Bagaimana?" tanya Klein, nada suaranya berubah dingin.Sonny membungkuk hormat sebelum menjawab, "Mereka sudah bicara, Tuan Muda. Seperti yan
Baca selengkapnya

Bab 25 - Pesta Keluarga Downey

Klein menoleh ke arah suara-suara itu, matanya menyipit saat mengenali wajah-wajah familiar dari kantornya. Ekspresinya tetap tenang, seolah keributan di sekitarnya hanyalah angin lalu.Ia bisa merasakan Bella dan Ella yang bersembunyi di belakangnya, ketakutan dengan situasi yang tiba-tiba menjadi tegang."Astaga, benar itu dia!" Lisa berseru, suaranya campuran antara terkejut dan mengejek. "Apa yang kau lakukan di sini, Klein? Tersesat?"Jack tertawa keras. "Atau mungkin dia sedang mencari pekerjaan sampingan sebagai tukang kebun? Hei Klein, rumahku butuh sedikit perawatan. Mau kubayar lima ribu per jam?"Bisik-bisik mulai terdengar di antara tamu pesta. Beberapa menatap Klein dengan pandangan jijik, seolah kehadirannya telah mencemari kemewahan pesta mereka.Klein tetap tenang, wajahnya tidak menunjukkan emosi apa pun. Ia menatap Jack dan Lisa sesaat tanpa berkata apa-apa, dan kemudian mengalihkan perhatiannya kembali pada pria berbadan kekar itu."Hei, jawab kami, buruk rupa! Jang
Baca selengkapnya

Bab 26 - Victor Downey

Victor Downey melangkah masuk ke area pesta dengan aura yang menegangkan udara di sekitarnya. Putra pertama Robert Downey, Wali Kota Zephir, ini terkenal sebagai pria jenius dalam hal politik dan selalu bersikap dingin. Banyak orang percaya, dia akan mewarisi mantel Wali Kota Zephir di masa depan."Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Victor dengan nada dingin. Matanya yang tajam menusuk Damien, membuat beberapa tamu di sekitar mereka mundur selangkah.Klein berdiri tenang di tengah kekacauan, wajahnya tak menunjukkan emosi apa pun. Namun, tangannya yang berada di pundak Bella dan Ella sedikit mengerat, seolah berusaha menenangkan kedua gadis kecil itu tanpa kata-kata.Damien terlihat gugup, namun ia segera mengubah ekspresinya, berusaha tampak heroik. "Kakak, ada gembel yang mencoba menyusup ke pesta kita. Dan aku curiga," ia menunjuk Bella dan Ella, "gadis-gadis kecil ini adalah anak-anak yang diculiknya. Aku hanya ingin menyelamatkan mereka."Jack, melihat kesempatan untuk menjila
Baca selengkapnya

Bab 27 - Tantangan Penjualan

Pagi itu, Klein duduk di ruang tamu Paviliun Moon Lake, memandangi Bella dan Ella yang sedang asyik menonton kartun di televisi layar datar berukuran besar. Senyum tipis tersungging di bibirnya melihat kepolosan kedua gadis kecil itu."Bibi Helda," panggil Klein pada wanita paruh baya yang baru saja masuk ke ruangan. "Ada yang ingin kubicarakan."Helda mengangguk dan mendekat. "Ada apa, Tuan Muda?"Klein menatap Bella dan Ella sejenak sebelum kembali pada Helda. "Tolong urus dokumen sekolah untuk Bella dan Ella. Aku ingin menyekolahkan mereka sebelum kami pindah ke Riverdale."“Tuan Muda akan membawa mereka juga ke Riverdale?” tanya Bibi Helda terkejut.Klein mengangguk. “Aku ingin mengadopsi mereka menjadi adikku. Aku yakin Kakek akan senang memiliki cucu perempuan seperti mereka,” senyumnya."Baik, Tuan Muda. Tapi ... apakah mereka pernah bersekolah sebelumnya?" tanya Helda hati-hati.Klein menggeleng pelan. "Sayangnya tidak. Aku dengar, mereka hanya diajari baca tulis dan berhitun
Baca selengkapnya

Bab 28 - Hanya Satu Telepon

Jack mengangkat alisnya, ekspresinya campuran antara geli dan meremehkan. "Bertaruh? Kau serius, Klein?"Klein mengangguk, wajahnya tetap tanpa ekspresi. "Jika aku berhasil menjual semua alat medis itu dan menutupi selisih yang dibuat Rudy, kalian berdua harus berlutut di depanku, di hadapan semua orang di kantor ini."Lisa tertawa mengejek, suaranya melengking tinggi. "Dan jika kau gagal? Apa yang akan kau lakukan, buruk rupa?""Maka aku yang akan berlutut di depan kalian," jawab Klein tanpa ragu. Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bahkan aku akan memanggil kalian Ayah dan Ibu."Tawa Jack dan Lisa meledak, diikuti oleh beberapa karyawan lain yang mendengarkan. Mereka tidak percaya Klein berani mengambil risiko sebesar itu.Jack dan Lisa saling pandang, senyum licik terpampang di wajah keduanya. "Baiklah, kami terima taruhanmu, buruk rupa!" seru Jack. "Tapi ingat, kau hanya punya waktu sampai jam 3 sore. Itu batas waktu penyetoran ke
Baca selengkapnya

Bab 29 - Rencana Yang Berjalan

Felix mengepalkan tangannya erat, berusaha menahan amarah yang bergejolak di dadanya. Laporan dari bawahannya baru saja mengonfirmasi keberhasilan Klein dalam menolong Lina dari masalah finansial yang seharusnya menghancurkan karir wanita itu."Sial!" umpatnya pelan, mengingat perintah Rudy untuk menyingkirkan Lina. Wanita itu terlalu sering melawan ketika Rudy meminta 'sedikit uang' dari kas perusahaan. Bagi Rudy, uang Heaven Group adalah miliknya juga, mengingat keluarganyalah pemilik perusahaan tersebut.Dengan langkah berat, Felix memasuki ruang pertemuan tempat Rudy sedang menjamu tamu penting mereka, Luther Brownbear. Pria paruh baya itu dikenal sebagai pembeli tetap alat kesehatan, terutama peralatan operasi, dari Heaven Group."Maaf mengganggu, Pak Rudy," ujar Felix sopan. "Ada hal penting yang perlu saya laporkan."Rudy mengangguk, mempersilakan Felix untuk mendekat. Dengan suara rendah, Felix melaporkan kejadian hari ini, termasuk bagaimana Klein berhasil menjual semua
Baca selengkapnya

Bab 30 - Undangan

Lina duduk di mejanya, matanya sesekali melirik ke arah Klein yang sedang berbicara dengan beberapa rekan kerjanya. Entah mengapa, hari ini Klein terlihat berbeda di matanya. Mungkin karena kejadian tadi, atau mungkin karena ia baru menyadarinya, tapi Klein ternyata cukup ... tampan.Jantungnya berdebar kencang setiap kali melihat ekspresi tenang di wajah pria itu. Klein jarang tersenyum, tapi justru itu yang membuatnya semakin misterius dan menarik.'Bagaimana bisa aku tidak menyadarinya selama ini?' batin Lina, pipinya merona merah. Ya, wajahnya memang tidak sempurna. Ada beberapa kekurangan di sana-sini, tapi justru itu yang membuatnya terlihat unik. Dibandingkan dengan kebaikan hatinya, kekurangan fisik itu tidak ada artinya sama sekali.Lina masih ingat jelas bagaimana Klein dengan berani melangkah maju untuk menolongnya, sementara yang lain hanya berdiri diam menonton. Keberanian dan ketenangan Klein membuat hatinya tersentuh.Rambut pirang Lina yang dikuncir satu bergoyang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status