All Chapters of I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...: Chapter 21 - Chapter 30

65 Chapters

Chapter 21 - Rahasia yang Masih Tersimpan

= Salah satu ruangan meeting kantor TJ Corp. Seminggu kemudian =Baru beberapa menit lalu ruangan itu terlihat cerah, tapi kini udaranya terasa berat dan gelap. Pria yang duduk di ujung itu memandang seseorang di depannya tajam."Jadi suka tidak suka, mau tidak mau, aku tetap harus menerima keputusan ini?"Rahang Direktur Personalia dan Keuangan itu tampak mengetat."Ya. Ini sudah keputusan aku dan Stanley.""Meski dia tidak perform?"Melihat situasi mulai memanas, Stanley mengambil alih."Dia bukannya tidak perform, Ilyas. Dia masih adaptasi. Aku melihat kemajuannya dalam 5 bulan ini. Selama tim di bawahnya kuat, seharusnya dia bisa mengikuti pace kerja kita. Mungkin kau yang harus menurunkan sedikit ekspektasi-mu. Toh dia juga sudah memberikan data-data yang kau mau, kan?"Salah satu tangan Ilyas mengepal di atas meja. Ia masih menatap Herman tajam."Apa kau sadar, Man? Yang membuat tim anak itu masih
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Chapter 22 - Menurunkan Ekspektasi

= Salah satu kedai kopi di kota J. Jam 07.30 malam =Meletakkan cangkirnya di meja, senyuman Ema tampak mengembang."Tumben kamu datang lagi ke kota J, Tik. Ada urusan?"Temannya terkekeh pelan. "Kebetulan suami-ku lagi perjalanan dinas ke sini. Karena dapet jatah hotel, ya sudah dia ajak aku. Kita juga besok akan langsung pulang, makanya aku ajak kamu ketemuan malem ini."Ema ikut terkekeh. "Yah. Hitung-hitung bulan madu karena belum ada anak kan? Kalau sudah punya anak pasti akan repot dan kamu ga akan bisa gini lagi."Tika masih tertawa, tapi lama-lama suara tawa itu menghilang. Kali ini wanita itu tersenyum sedih."Aku dan mas Anton sudah pasrah, An. Kami sudah nikah hampir 3 tahun, tapi sampai sekarang belum dapat momongan. Mungkin belum rezeki kali ya."Tangan Ema mer*mas tangan temannya di atas meja. Wanita itu tersenyum tidak enak."Maaf, Tik. Aku ga bisa hibur kamu. Aku ga bisa ngomong apa-apa
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

Chapter 23 - Enggan Mengakui

Hari sabtu pagi itu cerah. Cahaya matahari masuk dari jendela balkon dan angin terasa berhembus lembut. Di depan jendela, Ema memandang kejauhan. Tatapannya terlihat melamun. Wanita itu sudah berdiri cukup lama sampai perhatiannya teralih karena deringan ponselnya."Halo?""Em? Aku sudah di bawah.""Ok. Sebentar pak. Saya segera turun."Beberapa menit kemudian, keduanya kembali masuk ke ruangan. Wangi harum masakan membuat kepala Ilyas menoleh dan wajah pria itu sumringah."Kamu masak apa? Bau-nya enak banget."Senyuman Ema mengembang. Wanita itu meletakkan kantong makanan penutup yang dibawa Ilyas ke meja."Cuman masakan rumahan kok. Ayo kita makan sekarang."Setelah Ilyas selesai menyuapkan sendok terakhirnya, Ema terkekeh pelan."Laper banget pak? Makannya rakus begitu.""Aku memang laper, Em. Dari tadi malem belum makan juga.""Bapak harus makan teratur. Kalau ga, nanti b
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Chapter 24 - Jatuh untuk Kedua Kalinya

Di dalam toilet yang luas itu, tampak Ema memperhatikan penampilannya. Ia mengoleskan lipstik-nya tipis di bibir dan kembali mengamati bayangannya di cermin yang besar.Benak wanita itu berputar-putar saat ia mencoba menilai dirinya sendiri. Ia memiliki gelar di belakang namanya. Ia juga punya uang di rekeningnya. Secara fisik, dia juga tidak jelek. Rambutnya panjang dan indah. Matanya bulat dan besar. Tubuhnya semampai. Ia tidak cacat. Ia sempurna.Tapi nyatanya, apa yang ia miliki ternyata tetap tidak cukup untuk membuat seseorang tulus mencintainya.Tidak dulu, tidak sekarang. Ia tetaplah Ema yang dulu. Ema yang berasal dari kota kecil dan sangat polos. Seorang wanita miskin yang sangat mudah dimanfaatkan, dan ia pun terlalu bodoh untuk menyadarinya.Wanita itu menutup matanya erat dan mengambil nafas beberapa kali. Setelah berhasil menenangkan diri, ia pun keluar dari toilet. Saat berjalan kembali ke ruang tamu, telinganya
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Chapter 25 - Arti Sebuah Rumah

Selama seminggu ke depan, dua orang yang tadinya cukup sering ketemu sembunyi-sembunyi itu kini saling menghindar. Tidak hanya karena sibuk masalah pekerjaan, tapi juga karena keduanya masih belum sanggup menghadapi secara frontal masalah mereka sendiri. Satu sama lain masih takut mengungkap kebenaran.Tidak ada yang sadar hubungan dua orang itu mendingin, sampai suatu ketika Stanley bertemu Herman."Kau perhatikan Ilyas akhir-akhir ini?"Membubuhkan tanda tangan di berkas terakhir, Herman menggeleng ringan."Memang kenapa dengan Ilyas? Sepertinya biasa saja."Pria itu berdiri dan akhirnya duduk di sofa. Ia meminum santai kopi yang disediakan sekretarisnya tadi."Entahlah. Tapi aku lihat sepertinya dia kurang tidur lagi. Kantong matanya hitam."Perkataan Stanley membuat Herman terdiam dan meletakkan cangkirnya."Mungkin dia punya masalah di pikirannya. Kau tahu sendiri kan, dia seperti apa.""Karena itu
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Chapter 26 - Putus

"Kamu masih kedinginan, Em? Cuaca agak dingin malam ini." "Ga apa-apa pak. Nanti juga hangat." Tanpa mengatakan apapun lagi, Ilyas membantu Ema memakaikan jas-nya di luar jaket wanita itu. "Pak? Nanti bapak yang kedinginan." Menyender ke bahu Ema, Ilyas mengambil tangan wanita itu dan mengusapnya lembut. Ia menautkan jari-jari mereka dan menggenggamnya erat. Hati pria itu berdesir hangat. "Aku ga pernah kedinginan, Em. Kan ada kamu." Wanita itu terkekeh kecil. Pria itu bisa merasakan kepalanya dicium pelan oleh wanita di sebelahnya. "Kalau capek, tidur ya pak. Nanti akan saya bangunkan." Mendekatkan hidungnya ke leher Ema, Ilyas bisa melihat denyutan samar di kulit leher wanita itu yang halus. Bibirnya mendekat dan ia mengecupnya. Hidungnya mengendus aroma wanita itu yang sangat dikenalinya. "Pak?" Tubuh pria itu makin beringsut mendek
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Chapter 27 - Kesadaran yang Datang Terlambat

Aku mengerti? "Ilyas?" Kenapa aku bilang, aku mengerti? "Hagen?" Tangan kirinya yang memegang bolpoin mengetat. Goresannya di atas kertas menguat dan makin menekan. Wajahnya tanpa sadar mengeras dan keningnya berkerut dalam. Mulutnya tertekuk ke bawah. Apa yang aku mengerti dari kata-kata wanita itu? Tidak! Aku tidak mengerti! Aku tidak akan pernah- "Hagen!" Seruan itu membuat Ilyas terkejut dan refleks, mata penanya yang tajam membuat robekan pada kertas itu. Suara koyakan terdengar kencang dalam ruangan yang tadinya hening itu. Beberapa pasang mata tertuju padanya. Semua orang memandangnya dengan bola mata melebar dan raut mereka terlihat tegang. Tidak ada satu pun yang bersuara. "Hagen. Ada apa denganmu?" Teguran itu membuat Ilyas menoleh ke samping. Tampak Stanley memandanginya tajam, dan juga cemas. Mengepalkan sat
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

Chapter 28 - Kebodohannya lagi

"Andie. Aku perlu bicara denganmu." Ia baru keluar dari toilet, dan tiba-tiba saja pria ini menghadang di hadapannya. Memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di sekitar mereka, Ema sedikit memelankan suaranya. "Ada keperluan apa?" Mata Adit memejam sebentar. Pria itu terlihat frustasi. "Aku perlu bicara dengan seseorang. Kepalaku mau pecah. Please, An. Sekali ini saja." Menghela nafasnya, Ema memperhatikan tampilan kusut pria di depannya. Tadi ia mendengar selentingan, kalau lelaki ini menjadi bulan-bulanan saat rapat siang dengan direksi. Ilyas sudah menghabisinya. Ema sangat tahu perasaan pria ini, karena dulu dia juga pernah mengalaminya. "Baiklah. Saya punya waktu sebentar saja. Kita bisa bicara di ruangan meeting kecil di sana." "Kita ke kafe. Aku akan-" "Ruangan meeting, pak Aditya. Di sini, atau tidak sama sekali."
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

Chapter 29 - Kemalangan yang Berbuah Manis

Menatap pintu kamar yang tertutup itu, konsentrasi Ilyas kembali ke teko air yang ada di atas kompor. Seolah telah tinggal lama di sana, pria itu mempersiapkan teh dan menyeduhnya dengan air panas. Berdiri di depan kamar, Ilyas mengetuknya pelan. "Ema? Boleh aku aku masuk?" Terdengar suara kunci yang diputar dan pintu itu terbuka. Tampak wanita itu berdiri dengan muka kusut. Ia terlihat sudah mandi dan mengenakan baju rumahnya. "Boleh aku masuk?" Kepala wanita itu mengangguk dan duduk di tempat tidur. Melangkahkan kakinya, Ilyas memandang sekelilingnya. Tidak ada yang bisa dilihat sebenarnya. Kamar tidur itu hanya cukup untuk satu tempat tidur ukuran queen, sebuah lemari pakaian, dan satu meja kecil. Tampak ada satu pintu tertutup yang ia tahu mengarah ke kamar mandi. Meletakkan cangkir teh ke atas meja, Ilyas duduk di samping Ema. Ia mengambil tangan wanita itu.
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

Chapter 30 - Siasat yang Gagal

Hampir 20 menit lamanya, pria di tempat tidur itu berbaring diam. Ia menunggu wanita di sampingnya terbangun, tapi detik demi detik berlalu dan wanita itu malah beringsut menjauh dan berbaring membelakanginya. Memandang langit-langit di atasnya, Ilyas menimbang-nimbang. Hatinya ragu. Ema wanita baik, Hag. Kau sudah menipunya sekali, apa kau yakin akan menipunya kedua kali? Melirik ke sampingnya, pria itu menumpu tangan di bawah kepala dan memandangi punggung Ema. Sambil melamun, tangannya terulur dan mengelus kulit wanita itu yang halus. Ia menarik dirinya mendekat dan mencium punggung itu ringan. Ilyas menyenderkan kepalanya di sana dan matanya terpejam, menikmati momen kedekatannya dengan wanita itu. Lengannya memeluk Ema erat. Jantungnya berdebar lebih cepat, bersamaan dengan matanya yang perlahan terbuka. Maafkan aku, Em. Aku tidak bisa kehilangan kamu lagi. Aku butuh kamu.
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status