All Chapters of I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...: Chapter 31 - Chapter 40

65 Chapters

Chapter 31 - Pentingnya Kehadiran Seorang Teman

'Yang aku tanam di sini milikku, Em. Kamu boleh menolakku, tapi aku pemberi benihnya. Ingat itu!' Kata-kata bernada ancaman itu membuat Ema mau tidak mau kepikiran. Bolak-balik ia memeriksa kasur, tapi tidak menemukan setitik noda pun. Tidak ada cairan atau apapun itu. Dia juga memeriksa badannya sendiri dan semua bersih. Mulus seperti biasa. Tidak ada sakit. Tidak ada perih. Dia sangat ingin menyingkirkan pikirannya, tapi ekspresi Ilyas dan kata-katanya tadi membuat Ema mulai merasa takut. Apa benar mereka melakukannya? Menelan ludahya, Ema baru teringat resiko yang mungkin muncul kalau apa yang ia pikirkan benar terjadi. Sedikit gemetar, tangan wanita itu memegang ponsel dan menghubungi seseorang. "De? Kamu ada di rumah ga? Aku boleh mampir sebentar?" Hanya dalam waktu kurang dari satu jam, Ema sudah ada di depan rumah temannya. Tubuhnya tegang. Selain karena kejadian pagi ta
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Chapter 32 - Aku Mencintainya

= Di salah satu taman bermain. Kota J = Selama beberapa waktu, dua wanita itu hanya duduk berhadapan. Tidak ada yang bicara. Pikiran Ema kacau. Pertemuan dengan Ade tadi malah membuatnya makin gelisah. Wanita itu bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia buta sama sekali mengenai 'masalah' tadi pagi. "Kamu ngapain ketemu Ade tadi?" Pertanyaan pelan itu membuat Ema menoleh dan lagi-lagi, alisnya berkerut. Mungkin karena emosinya sedang naik, tapi ia merasa tersinggung dan membuatnya menjawab ketus. "Memangnya kenapa? Bukan urusan kamu juga, Min. Ade temanku." Setelah kata-kata itu lolos dari mulutnya, Ema langsung terdiam. Keduanya saling memandang dan dalam kesempatan itu, ia dapat melihat wajah Mimin yang tampak lesu dan pucat. Sepertinya badannya juga sedikit lebih kurus dibanding beberapa bulan lalu. "Kamu ga apa-apa, Min? Kamu kelihatan k
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

Chapter 33 - Perlu Sedikit Pemaksaan

Meeting pagi itu berlangsung lancar. Tampak beberapa orang keluar ruangan itu dan mulai kembali ke meja masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Ema baru saja akan membuka pintu, ketika Herman berdiri di sampingnya. "Andromeda. Terima kasih ya. Barang-barang kita akhirnya sudah bisa diterima. Tidak sampai seminggu." Senyuman wanita itu melebar dan membentuk lesung di salah satu pipinya. "Tidak masalah pak. Saya senang bisa membantu." Sejenak Herman hanya mengamati wanita di depannya. Ia tersenyum simpul. "Saya akan sangat kehilangan kalau kau memutuskan pergi dari perusahaan ini, Andie." Mata Ema mengerjap bingung. "Maksud bapak?" "Tidak. Saya hanya sedang berfikir. Kalau seorang wanita menikah, biasanya mereka memutuskan tinggal di rumah dan mengurus keluarga kan? Apalagi di Indonesia sini, tradisinya seper
last updateLast Updated : 2024-10-05
Read more

Chapter 34 - Tangan yang Melindungi

Beberapa hari setelah kejadian itu, Ema berusaha menghindari Ilyas. Untungnya, meeting yang dilakukannya di bulan itu tidak bersinggungan dengan pria itu. Lantai mereka pun berbeda jauh, sehingga kemungkinan keduanya bertemu kecil sekali. Ia juga tidak mungkin dipanggil, kalau tidak ada kepentingan khusus. Hampir melewati minggu itu, dengan lega Ema membereskan berkas di mejanya. Menyender di kursinya, wanita itu meraih tasnya dan mengeluarkan benda kecil yang masih di dalam kotak. Sudah hampir 2 minggu. Apa aku periksa sekarang ya? Tubuhnya terlonjak kaget saat mendengar suara ketukan pelan di kubikalnya. "An?" Wanita itu buru-buru memasukkan lagi benda tadi ke tasnya dan mendongak. Mukanya perlahan pucat. "Aditya?" Peristiwa beberapa minggu lalu kembali melintas di benak Ema, membuatnya langsung menyambar tas dan b
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Chapter 35 - Badai dalam Hati

Cuaca di sabtu pagi itu tampak mendung. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Udara yang berhembus dari jendela yang terbuka, terasa dingin di lantai yang cukup tinggi itu. Memegang cangkir tehnya, Ilyas menatap Ema yang masih tertunduk di seberangnya. "Apa yang terjadi tadi malam, Em? Tolong jujur padaku karena aku akan tahu kalau kamu berbohong." Suara serak pria itu terdengar lembut, sekaligus tegas. Tersirat nada mengancam di dalamnya. Tarikan nafas Ema terdengar sangat panjang. Mata wanita itu terpaku pada cangkir yang dipegangnya. "Saya juga ga tahu apa yang terjadi pak. Tadi malam dia datang ke kubikal dan tiba-tiba saja mengejar saya." "Ini bukan untuk yang pertama kalinya kan, Em?" Wanita itu masih menunduk, alisnya berkerut. Ia menjawab sangat pelan, "Ya." "Ini sudah ke-empat kalinya."
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Chapter 36 - Ditolak Lagi

= Rumah keluarga besar Tjakaradiningrat di kota J. Minggu pagi = "Terima kasih sudah datang, Ilyas." "Jangan begitu, Oma. Aku ini tetap cucu kalian kan?" Mata tua itu memandanginya sendu. Tangan keriputnya memeluk erat. "Kamu ini cucuku, Ilyas. Apapun kata orang di luar sana, kamu ini tetap cucu laki-lakiku yang pertama." Menepuk punggung lebar itu, Ara sedikit menjauh dan menepuk rahang yang kuat itu. "Kamu sendirian ke sini? Mana Andromeda?" Kepala pria di depannya menunduk. Wajahnya muram. "Jangan bilang sudah putus dari dia, Ilyas. Kamu akhirnya melepasnya?" Pertanyaan itu membuat Ilyas mendongak kaget dan langsung menggeleng. "Tidak, Oma! Justru sebaliknya. Aku..." Pipi Ilyas mulai memerah. Pandangan matanya menunduk, terlihat malu.
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Chapter 37 - Hati yang Tegar karena Kamu

= Kantor Tj Corp. Senin siang = "Kau ini kenapa seharian? Marah-marah tidak jelas!" Stanley melemparkan berkas ke meja kerja Ilyas. Dengan kesal, ia membanting b*kongnya di kursi. Mengurut pelipisnya, pria yang jadi sumber kemarahan itu menutup matanya. "Please, Stan. Aku tidak ada mood berdebat denganmu." Suara serak pria itu terdengar lesu. Beda jauh dengan tampilan kemarahannya tadi saat ia menggebrak meja dan berteriak lantang dalam meeting. Pria itu benar-benar menyemburkan sisi gelapnya pada satu-satunya orang yang Stanley tahu, sangat tidak disukai rekannya ini. Rasa kasihan mulai mampir ke diri Stanley. Ia sangat tahu, rekannya ini bukan seorang pemarah. "Sebenarnya ada apa denganmu, Hag? Minggu kemarin, kau terlihat bersemangat menghamili Andromeda, tapi kenapa sekarang loyo begini? Apalagi hanya menghadapi Aditya, kau sampai lep
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Chapter 38 - Melamar

"Hmm. Jadi akan ada tambahan orang lagi untuk procurement?" "Ya. Cari yang spek-nya seperti kamu. Pernah kerja di logistik, fasih bahasa asing, yada-yada. Terserah kamu saja. Kamu yang paling tahu soal impor-ekspor. Aku tidak mau ada kejadian seperti kemarin lagi." Kepala Ema mengangguk-angguk. Matanya menatap berkas MPP yang ada di tangannya. "Saya akan coba bahas ini dengan pak Herman soal job desc dan spek-nya. Untuk budget-nya sendiri ada kemungkinan lebih besar pak, karena rate gaji di logistik bisa saja lebih tinggi. Tapi akan coba saya cari tahu." Melihat wanita di sampingnya fokus dengan berkas di depannya, rahang Ilyas mengeras. "Kamu dari mana tadi?" "Tadi? Oh ketemu Mimin sebentar." "Mimin? Siapa itu?" "Isterinya Aditya. Katanya mereka mau cerai." Ruangan langsung hening.
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Chapter 39 - Kebenaran yang Terungkap

"Tadi aku ketemu Andie." "Kamu bilang apa padanya, Min? Jangan berani macem-macem-" "Aku bilang kita akan bercerai." Adit akhirnya terdiam di kursinya. "Andie bilang apa?" Hati Mimin hancur melihat lelaki di depannya ini. Sama sekali tidak ada penyesalan dalam suaranya. "Dia tidak peduli, Dit." "Apa!?" "Dia bilang, dia tidak peduli apakah kita cerai atau tidak! Dia sama sekali ga mau tahu urusan kita." Tangan Adit di atas meja sedikit mengepal. Matanya kosong. "Apa kamu sadar, Dit? Andie sudah ngelupain kamu sejak kamu milih aku. Dia sudah ga mencintai kamu, Dit. Dia cinta orang lain." "Tidak! Andie pasti kembali padaku." Putus asa, Mimin meraih tangan Adit di meja dan mencengkeramnya. "Mau sampai kapan kamu mimpi
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Chapter 40 - Keraguan yang Belum Hilang

Sementara itu di dalam salah satu ruangan direktur, tampak dua pasang mata saling memandang. Satu penuh rasa ingin tahu, sedang yang lainnya ketakutan. Gugup, Ema baru akan menggeser kepala Ilyas di pangkuannya ketika tangan Herman terangkat. "Jangan bangunkan dia!" Sentakan pria itu membuat Ema terkejut. Pelan, ia meletakkan lagi kepala Ilyas ke pangkuannya. Herman duduk di sofa seberangnya dan matanya terarah ke pria yang tertidur itu. Pandangannya takjub. "Apa dia selalu seperti ini?" "Seperti ini?" Tatapan Herman akhirnya naik. Tampak senyuman tipis di bibirnya. "Tidur di pangkuanmu begini. Ini bukan pertama kalinya kan?" Mer*mas tanpa sadar d*da pria di pelukannya, Ema mengangguk gugup. "Beberapa kali pak Ilyas memang suka tidur seperti ini." "Syukurl
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status