Beranda / Romansa / I Love You, Pak! Tapi Aku Takut... / Chapter 34 - Tangan yang Melindungi

Share

Chapter 34 - Tangan yang Melindungi

Penulis: Jnxdoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-06 07:46:52

Beberapa hari setelah kejadian itu, Ema berusaha menghindari Ilyas. Untungnya, meeting yang dilakukannya di bulan itu tidak bersinggungan dengan pria itu. Lantai mereka pun berbeda jauh, sehingga kemungkinan keduanya bertemu kecil sekali. Ia juga tidak mungkin dipanggil, kalau tidak ada kepentingan khusus.

Hampir melewati minggu itu, dengan lega Ema membereskan berkas di mejanya.

Menyender di kursinya, wanita itu meraih tasnya dan mengeluarkan benda kecil yang masih di dalam kotak.

Sudah hampir 2 minggu. Apa aku periksa sekarang ya?

Tubuhnya terlonjak kaget saat mendengar suara ketukan pelan di kubikalnya.

"An?"

Wanita itu buru-buru memasukkan lagi benda tadi ke tasnya dan mendongak. Mukanya perlahan pucat.

"Aditya?"

Peristiwa beberapa minggu lalu kembali melintas di benak Ema, membuatnya langsung menyambar tas dan b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 35 - Badai dalam Hati

    Cuaca di sabtu pagi itu tampak mendung. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Udara yang berhembus dari jendela yang terbuka, terasa dingin di lantai yang cukup tinggi itu. Memegang cangkir tehnya, Ilyas menatap Ema yang masih tertunduk di seberangnya. "Apa yang terjadi tadi malam, Em? Tolong jujur padaku karena aku akan tahu kalau kamu berbohong." Suara serak pria itu terdengar lembut, sekaligus tegas. Tersirat nada mengancam di dalamnya. Tarikan nafas Ema terdengar sangat panjang. Mata wanita itu terpaku pada cangkir yang dipegangnya. "Saya juga ga tahu apa yang terjadi pak. Tadi malam dia datang ke kubikal dan tiba-tiba saja mengejar saya." "Ini bukan untuk yang pertama kalinya kan, Em?" Wanita itu masih menunduk, alisnya berkerut. Ia menjawab sangat pelan, "Ya." "Ini sudah ke-empat kalinya."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 36 - Ditolak Lagi

    = Rumah keluarga besar Tjakaradiningrat di kota J. Minggu pagi = "Terima kasih sudah datang, Ilyas." "Jangan begitu, Oma. Aku ini tetap cucu kalian kan?" Mata tua itu memandanginya sendu. Tangan keriputnya memeluk erat. "Kamu ini cucuku, Ilyas. Apapun kata orang di luar sana, kamu ini tetap cucu laki-lakiku yang pertama." Menepuk punggung lebar itu, Ara sedikit menjauh dan menepuk rahang yang kuat itu. "Kamu sendirian ke sini? Mana Andromeda?" Kepala pria di depannya menunduk. Wajahnya muram. "Jangan bilang sudah putus dari dia, Ilyas. Kamu akhirnya melepasnya?" Pertanyaan itu membuat Ilyas mendongak kaget dan langsung menggeleng. "Tidak, Oma! Justru sebaliknya. Aku..." Pipi Ilyas mulai memerah. Pandangan matanya menunduk, terlihat malu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 37 - Hati yang Tegar karena Kamu

    = Kantor Tj Corp. Senin siang = "Kau ini kenapa seharian? Marah-marah tidak jelas!" Stanley melemparkan berkas ke meja kerja Ilyas. Dengan kesal, ia membanting b*kongnya di kursi. Mengurut pelipisnya, pria yang jadi sumber kemarahan itu menutup matanya. "Please, Stan. Aku tidak ada mood berdebat denganmu." Suara serak pria itu terdengar lesu. Beda jauh dengan tampilan kemarahannya tadi saat ia menggebrak meja dan berteriak lantang dalam meeting. Pria itu benar-benar menyemburkan sisi gelapnya pada satu-satunya orang yang Stanley tahu, sangat tidak disukai rekannya ini. Rasa kasihan mulai mampir ke diri Stanley. Ia sangat tahu, rekannya ini bukan seorang pemarah. "Sebenarnya ada apa denganmu, Hag? Minggu kemarin, kau terlihat bersemangat menghamili Andromeda, tapi kenapa sekarang loyo begini? Apalagi hanya menghadapi Aditya, kau sampai lep

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 38 - Melamar

    "Hmm. Jadi akan ada tambahan orang lagi untuk procurement?" "Ya. Cari yang spek-nya seperti kamu. Pernah kerja di logistik, fasih bahasa asing, yada-yada. Terserah kamu saja. Kamu yang paling tahu soal impor-ekspor. Aku tidak mau ada kejadian seperti kemarin lagi." Kepala Ema mengangguk-angguk. Matanya menatap berkas MPP yang ada di tangannya. "Saya akan coba bahas ini dengan pak Herman soal job desc dan spek-nya. Untuk budget-nya sendiri ada kemungkinan lebih besar pak, karena rate gaji di logistik bisa saja lebih tinggi. Tapi akan coba saya cari tahu." Melihat wanita di sampingnya fokus dengan berkas di depannya, rahang Ilyas mengeras. "Kamu dari mana tadi?" "Tadi? Oh ketemu Mimin sebentar." "Mimin? Siapa itu?" "Isterinya Aditya. Katanya mereka mau cerai." Ruangan langsung hening.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 39 - Kebenaran yang Terungkap

    "Tadi aku ketemu Andie." "Kamu bilang apa padanya, Min? Jangan berani macem-macem-" "Aku bilang kita akan bercerai." Adit akhirnya terdiam di kursinya. "Andie bilang apa?" Hati Mimin hancur melihat lelaki di depannya ini. Sama sekali tidak ada penyesalan dalam suaranya. "Dia tidak peduli, Dit." "Apa!?" "Dia bilang, dia tidak peduli apakah kita cerai atau tidak! Dia sama sekali ga mau tahu urusan kita." Tangan Adit di atas meja sedikit mengepal. Matanya kosong. "Apa kamu sadar, Dit? Andie sudah ngelupain kamu sejak kamu milih aku. Dia sudah ga mencintai kamu, Dit. Dia cinta orang lain." "Tidak! Andie pasti kembali padaku." Putus asa, Mimin meraih tangan Adit di meja dan mencengkeramnya. "Mau sampai kapan kamu mimpi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 40 - Keraguan yang Belum Hilang

    Sementara itu di dalam salah satu ruangan direktur, tampak dua pasang mata saling memandang. Satu penuh rasa ingin tahu, sedang yang lainnya ketakutan. Gugup, Ema baru akan menggeser kepala Ilyas di pangkuannya ketika tangan Herman terangkat. "Jangan bangunkan dia!" Sentakan pria itu membuat Ema terkejut. Pelan, ia meletakkan lagi kepala Ilyas ke pangkuannya. Herman duduk di sofa seberangnya dan matanya terarah ke pria yang tertidur itu. Pandangannya takjub. "Apa dia selalu seperti ini?" "Seperti ini?" Tatapan Herman akhirnya naik. Tampak senyuman tipis di bibirnya. "Tidur di pangkuanmu begini. Ini bukan pertama kalinya kan?" Mer*mas tanpa sadar d*da pria di pelukannya, Ema mengangguk gugup. "Beberapa kali pak Ilyas memang suka tidur seperti ini." "Syukurl

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 41 - Membuat Batasan

    Membereskan berkas di meja meeting, tampak Ayu menatap atasannya yang sedang memberikan instruksi pada anak buahnya. Bola matanya mengikuti wanita itu yang akhirnya duduk di depannya. Mereka hanya tinggal berdua dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu. Melegakan tenggorokan dengan sedikit deheman, Ayu menatap Ema. "Bu An. Urusan jobfair dan keluar kota ini, biar sisanya saya yang mengurusnya dengan tim. Mungkin Ibu An bisa langsung ke ruangan pak Ilyas saja. Soalnya sepertinya dia kelihatan sedikit... marah tadi?" Kepala Ema mendongak. Tatapannya heran. "Kamu dengar dari mana?" "Waktu saya ke ruangan IT tadi, pak Alex dan pak Daniel sedang membicarakannya. Mereka sempet tanya apa ada masalah antara ibu dengan pak Ilyas, karena cukup jarang pak Ilyas terlihat marah seperti itu." "Tidak ada masalah kok, Yu. Mungkin pak Ilyas ada hal lain yang dia pikirkan."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-09
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 42 - Masa Lalu yang Pahit

    = Rumah utama keluarga Tjakradiningrat. Minggu siang = Rumah besar itu terisi ramai. Banyak orang saling bertukar kabar dan bertegur sapa. Berbagai muka orang yang tidak dikenal berseliweran di pandangan Ema. Wanita itu hampir tidak bisa mengingat satu pun. Ia hanya tersenyum saat ditarik dari satu orang ke orang lainnya. Semua orang memberikan ucapan selamat yang sama padanya. Telinganya terasa berdenging saat ucapan itu lama kelamaan terasa palsu untuknya. Tangannya baru saja menyentuh gelas berisi minuman, saat seseorang menepuk bahunya. Dalam pandangannya, terlihat seraut wajah tampan pria berusia pertengahan 30-an. Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya. "Halo. Nama-mu Andromeda. Benar?" Bibir Ema otomatis tersenyum dan tangannya menjabat erat. "Siang pak Bimo. Benar. Nama saya Andromeda." Pria itu te

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10

Bab terbaru

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   EPILOG 3 - Red Thread of Fate

    = Sekitar enam tahun kemudian. Kantor TJ Corp. Kota J, Indonesia = "Selamat bergabung, Andie. Saya senang banget kau akhirnya join ke sini." "Terima kasih, bu Anita. Semoga saya bisa berkontribusi di sini." Dua orang itu saling berjabat tangan akrab. Dengan cepat, karyawan baru itu diberikan tugas-tugas yang harus dikuasainya dalam waktu singkat. Dan seperti harapan sang atasan, bawahannya itu ternyata dapat memenuhi ekspektasinya dengan sempurna. Hanya dalam waktu 6 bulan, Ema pun sudah dipercaya untuk memegang beberapa tugas penting dan mendapat promosi sebagai Assistant Manager. Hari ini adalah hari pertama Ema akhirnya dapat bertemu dengan para direksi langsung. Biasanya ia hanya akan meeting dengan para Manager departemen. Tapi hari ini, atasannya membawanya serta dalam rapat terkait dengan rekrutmen MT di tahun itu. Wanita muda itu menelan ludah dan jantungnya berdebar penu

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   EPILOG 2 - Redemption

    "Akhirnya kau jadi juga pergi, Hag. Kali ini kau mau kemana?" Pria tinggi itu tidak menjawab dan hanya meneruskan membereskan barang-barang di tas ranselnya. Lelaki itu jauh lebih kurus dibanding beberapa bulan lalu. Tampak kedua pria lain yang sedang berdiri itu saling memandang penuh arti. "Hag? Kau yakin akan pergi sekarang? Kau ini baru keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu, man." Memasukkan beberapa surat penting dalam dompet khusus, Ilyas menjawab datar, "Aku sudah beli tiket." "Hagen..." Mencantolkan ranselnya ke salah satu bahu, Ilyas menepuk bahu Stanley tanpa menatapnya. "Kunci pintunya waktu kalian pergi. Titip di Oma. Aku akan kembali satu bulan lagi." Tidak mengatakan apapun lagi, pria itu keluar dari apartemen, meninggalkan dua rekannya yang mematung di sana. Tampak kedua lelaki itu saling memandang

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   EPILOG 1 - Scattered Dreams

    = Flashback hampir 13 tahun lalu. Rumah utama keluarga Tjakradiningrat. Kota B. Jerman = "Dasar kau J*LANGGG!!" Tampak tangan berotot itu menjambak rambut panjang seorang wanita dan menyeretnya ke lantai. Pria itu hampir saja mencekik leher yang rapuh itu saat tangan lain mencengkeram dan menahannya. "Kak!! Sadar kak! Jangan!!" "Kau...!" Menggeram, Ilyas memberikan tonjokan mematikan ke wajah sepupunya yang tampan. Tampak Bimo tidak sempat mengelak dan pria itu terjengkang ke belakang. Melihat kesempatan, Yasmin merangkak di lantai dan menyambar sisa pakaiannya. Terburu-buru, wanita itu segera kabur dari kamar tidur itu, meninggalkan hasil perbuatannya dengan tidak bertanggungjawab. Dua bersaudara itu masih saling bergulat di lantai, sampai cukup banyak orang datang ke sana dan berusaha melerai mereka. Butuh sekitar lima orang pria dewasa

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 62 - Kenangan & Nostalgia

    "Kenapa Bjorn? Kamu mau pipis?" Kepala mungil itu mengangguk-angguk. Satu tangan yang memegang Ilyas tampak menarik-nariknya. Saat ini, Ilyas dan Ema lebih banyak menggunakan bahasa Jerman ke anak mereka. Nanti perlahan, mereka bersepakat mengajarkan bahasa Indonesia dan juga Inggris agar Bjorn lebih siap saat bersekolah. Memangku anaknya, Ilyas menepuk bahu isterinya yang sedang berdiri di depannya. "Em. Aku mau bawa Bo ke toilet sebentar. Kamu ga apa-apa ngantri sendirian sebentar?" "No problem, pak. Nanti kita ketemuan saja di tempat biasa." "Oke." Keduanya melambai dan Ema kembali konsentrasi melihat layar di depannya. Ia memilih tiga tempat duduk dan tersenyum sendiri. Dirinya bernostalgia ke peristiwa beberapa tahun lalu. "Silahkan kak." Tampak seorang petugas menyerahkan tiket ke tangan wanita itu.

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 61 - Prioritas dalam Hidup

    Mengusap ranjang di sampingnya yang terasa dingin, mata Ema perlahan membuka dan ia pun bangkit dari tidurnya dan menatap sekelilingnya. Kamar itu terasa kosong. Merapatkan jubah tidurnya, ia pun turun dari ranjang dan segera ke kamar lain di apartemen itu. Tampak pintu kamar itu tertutup rapat dan dengan hati-hati, Ema membukanya. Pemandangan di depannya membuat wajah wanita itu yang tadinya cemas, perlahan rileks. Ia tersenyum. Di tempat tidur, Ilyas sedang memeluk anaknya. Pria berjubah tidur itu meringkuk di samping Bjorn, dan satu tangannya di perut balita itu. Tampak Bjorn sudah bangun dan menggeliat gemas melihat ibunya di pintu. "Mam-mam!" "Sayang..." Perlahan, Ema mengangkat anaknya dan mengecup dahinya. Jari-jari gemuk Bjorn menunjuk tempat tidur dan anak itu terkekeh gembira. "Pap-pap tidur!"

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 60 - Permainan Antar Suami-Isteri

    Bola mata itu masih mengikuti mobil hitam itu sampai menghilang dari pandangan. Barulah setelahnya, kaki pria itu melangkah keluar dari persembunyiannya. Ia berhenti di satu makam yang baru ditinggalkan tadi. Wajah pria itu terlihat shock saat menatap ke bawah. Tampak karangan bunga segar tergeletak di sana. "Ilyas... dengan Andie...?" Ingatan Adit dengan cepat berkelana dari satu kenangan ke kenangan lainnya. Akhirnya pertanyaannya selama ini terjawab. Kenapa ia merasa Ilyas tidak pernah menyukainya. Kenapa pria itu seolah sering mencari masalah dengannya. Dan kenapa, mantan atasannya itu dulu seperti sangat melindungi wanita itu. Ketika semua keheranannya itu terjawab, Adit menengadahkan kepala dan menghembuskan nafas keras. Perasaan di d*danya dipenuhi dengan kemarahan yang amat sangat. "S*alan orang itu! Jadi selama ini, dia cari masalah dan memecatku karena Andie? Hanya kare

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 59 - Layar yang Mulai Menutup

    = Sekitar dua tahun kemudian. Kota B. Indonesia = Tampak seorang pria sedang bermain dengan anak perempuan di teras depan sebuah rumah sederhana. Wajah pria itu terlihat gembira dan bahagia saat memeluk balita itu. Bola matanya bergerak-gerak mengikuti balita yang baru belajar jalan tersebut dan saat anak itu hampir jatuh, lelaki itu dengan sigap memeluknya. "Ups. Hati-hati, Nana..." Anak itu hanya tertawa, memperlihatkan gusinya yang masih ompong. Melihat itu, sang pria itu hanya tertawa geli dan memeluk anak itu erat-erat di tangannya. "Adit." Panggilan itu membuat Adit menoleh, masih tersenyum. Ia langsung berdiri dan memangku balita itu. "Papih." Sangat sopan, Adit membungkuk dan mencium punggung tangan pria tua yang pernah menjadi mertuanya.

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 58 - Aku akan Selalu Pulang ke Rumah

    = Salah satu taman bermain. Kota B. Indonesia = "Bagaimana kabarmu?" Pria yang duduk di depannya itu mengangguk. "Baik. Kamu sendiri?" "Aku juga baik..." Tatapan keduanya bertemu dan terlihat senyuman sendu dari mereka berdua. Mata pria itu turun dan menatap perut wanita di depannya yang tampak membesar. Bola matanya terlihat sedikit berair dan lelaki itu mengerjapkan matanya cepat. Suaranya terdengar pelan saat bertanya, "Kapan kamu lahiran?" "Sekitar 2 minggu lagi." Kepala pria itu mengangguk dan ia menelan ludahnya. Wajahnya sedikit memerah. "Maafin aku, Min... Kalau aku tahu..." Sesaat keduanya terdiam. Mimin menatap pria yang telah menjadi mantan suaminya belum sampai setahun lalu. Sama seperti lelaki itu, ia menundukkan kepalanya.

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 57 - Nama untuk Anakku

    "Bagaimana isteri saya dok?" Pertanyaan itu membuat sang dokter menaikkan salah satu alisnya. "Kalau Anda mau menoleh sedikit, Anda bisa melihat kondisi isteri Anda langsung, Tuan Hagen." Kepala Ilyas masih berpaling ke arah lain. Kedua matanya menutup erat. "Sa- Saya ga bisa dok! Saya ga bisa lihat dia kesakitan!" "Tiap wanita yang melahirkan pasti kesakitan, Tuan. Kalau keenakan, itu namanya sedang org*sme." Candaan itu sama sekali tidak membuat pria tinggi itu tersenyum. Wajahnya pucat dan berkeringat. Teriakan pendek wanita di sampingnya membuat sang dokter kembali konsentrasi. "Apa sudah keluar?" "Masih kepalanya." Kembali teriakan itu terdengar dan Ilyas sedikit melirik takut-takut. "Sudah keluar?" "Kelihatan bahunya."

DMCA.com Protection Status