Beranda / Romansa / I Love You, Pak! Tapi Aku Takut... / Chapter 31 - Pentingnya Kehadiran Seorang Teman

Share

Chapter 31 - Pentingnya Kehadiran Seorang Teman

Penulis: Jnxdoe
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-04 07:30:50

'Yang aku tanam di sini milikku, Em. Kamu boleh menolakku, tapi aku pemberi benihnya. Ingat itu!'

Kata-kata bernada ancaman itu membuat Ema mau tidak mau kepikiran.

Bolak-balik ia memeriksa kasur, tapi tidak menemukan setitik noda pun. Tidak ada cairan atau apapun itu. Dia juga memeriksa badannya sendiri dan semua bersih. Mulus seperti biasa. Tidak ada sakit. Tidak ada perih.

Dia sangat ingin menyingkirkan pikirannya, tapi ekspresi Ilyas dan kata-katanya tadi membuat Ema mulai merasa takut. Apa benar mereka melakukannya?

Menelan ludahya, Ema baru teringat resiko yang mungkin muncul kalau apa yang ia pikirkan benar terjadi.

Sedikit gemetar, tangan wanita itu memegang ponsel dan menghubungi seseorang.

"De? Kamu ada di rumah ga? Aku boleh mampir sebentar?"

Hanya dalam waktu kurang dari satu jam, Ema sudah ada di depan rumah temannya. Tubuhnya tegang. Selain karena kejadian pagi ta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 32 - Aku Mencintainya

    = Di salah satu taman bermain. Kota J = Selama beberapa waktu, dua wanita itu hanya duduk berhadapan. Tidak ada yang bicara. Pikiran Ema kacau. Pertemuan dengan Ade tadi malah membuatnya makin gelisah. Wanita itu bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Ia buta sama sekali mengenai 'masalah' tadi pagi. "Kamu ngapain ketemu Ade tadi?" Pertanyaan pelan itu membuat Ema menoleh dan lagi-lagi, alisnya berkerut. Mungkin karena emosinya sedang naik, tapi ia merasa tersinggung dan membuatnya menjawab ketus. "Memangnya kenapa? Bukan urusan kamu juga, Min. Ade temanku." Setelah kata-kata itu lolos dari mulutnya, Ema langsung terdiam. Keduanya saling memandang dan dalam kesempatan itu, ia dapat melihat wajah Mimin yang tampak lesu dan pucat. Sepertinya badannya juga sedikit lebih kurus dibanding beberapa bulan lalu. "Kamu ga apa-apa, Min? Kamu kelihatan k

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 33 - Perlu Sedikit Pemaksaan

    Meeting pagi itu berlangsung lancar. Tampak beberapa orang keluar ruangan itu dan mulai kembali ke meja masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Ema baru saja akan membuka pintu, ketika Herman berdiri di sampingnya. "Andromeda. Terima kasih ya. Barang-barang kita akhirnya sudah bisa diterima. Tidak sampai seminggu." Senyuman wanita itu melebar dan membentuk lesung di salah satu pipinya. "Tidak masalah pak. Saya senang bisa membantu." Sejenak Herman hanya mengamati wanita di depannya. Ia tersenyum simpul. "Saya akan sangat kehilangan kalau kau memutuskan pergi dari perusahaan ini, Andie." Mata Ema mengerjap bingung. "Maksud bapak?" "Tidak. Saya hanya sedang berfikir. Kalau seorang wanita menikah, biasanya mereka memutuskan tinggal di rumah dan mengurus keluarga kan? Apalagi di Indonesia sini, tradisinya seper

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 34 - Tangan yang Melindungi

    Beberapa hari setelah kejadian itu, Ema berusaha menghindari Ilyas. Untungnya, meeting yang dilakukannya di bulan itu tidak bersinggungan dengan pria itu. Lantai mereka pun berbeda jauh, sehingga kemungkinan keduanya bertemu kecil sekali. Ia juga tidak mungkin dipanggil, kalau tidak ada kepentingan khusus. Hampir melewati minggu itu, dengan lega Ema membereskan berkas di mejanya. Menyender di kursinya, wanita itu meraih tasnya dan mengeluarkan benda kecil yang masih di dalam kotak. Sudah hampir 2 minggu. Apa aku periksa sekarang ya? Tubuhnya terlonjak kaget saat mendengar suara ketukan pelan di kubikalnya. "An?" Wanita itu buru-buru memasukkan lagi benda tadi ke tasnya dan mendongak. Mukanya perlahan pucat. "Aditya?" Peristiwa beberapa minggu lalu kembali melintas di benak Ema, membuatnya langsung menyambar tas dan b

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 35 - Badai dalam Hati

    Cuaca di sabtu pagi itu tampak mendung. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Udara yang berhembus dari jendela yang terbuka, terasa dingin di lantai yang cukup tinggi itu. Memegang cangkir tehnya, Ilyas menatap Ema yang masih tertunduk di seberangnya. "Apa yang terjadi tadi malam, Em? Tolong jujur padaku karena aku akan tahu kalau kamu berbohong." Suara serak pria itu terdengar lembut, sekaligus tegas. Tersirat nada mengancam di dalamnya. Tarikan nafas Ema terdengar sangat panjang. Mata wanita itu terpaku pada cangkir yang dipegangnya. "Saya juga ga tahu apa yang terjadi pak. Tadi malam dia datang ke kubikal dan tiba-tiba saja mengejar saya." "Ini bukan untuk yang pertama kalinya kan, Em?" Wanita itu masih menunduk, alisnya berkerut. Ia menjawab sangat pelan, "Ya." "Ini sudah ke-empat kalinya."

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-06
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 36 - Ditolak Lagi

    = Rumah keluarga besar Tjakaradiningrat di kota J. Minggu pagi = "Terima kasih sudah datang, Ilyas." "Jangan begitu, Oma. Aku ini tetap cucu kalian kan?" Mata tua itu memandanginya sendu. Tangan keriputnya memeluk erat. "Kamu ini cucuku, Ilyas. Apapun kata orang di luar sana, kamu ini tetap cucu laki-lakiku yang pertama." Menepuk punggung lebar itu, Ara sedikit menjauh dan menepuk rahang yang kuat itu. "Kamu sendirian ke sini? Mana Andromeda?" Kepala pria di depannya menunduk. Wajahnya muram. "Jangan bilang sudah putus dari dia, Ilyas. Kamu akhirnya melepasnya?" Pertanyaan itu membuat Ilyas mendongak kaget dan langsung menggeleng. "Tidak, Oma! Justru sebaliknya. Aku..." Pipi Ilyas mulai memerah. Pandangan matanya menunduk, terlihat malu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 37 - Hati yang Tegar karena Kamu

    = Kantor Tj Corp. Senin siang = "Kau ini kenapa seharian? Marah-marah tidak jelas!" Stanley melemparkan berkas ke meja kerja Ilyas. Dengan kesal, ia membanting b*kongnya di kursi. Mengurut pelipisnya, pria yang jadi sumber kemarahan itu menutup matanya. "Please, Stan. Aku tidak ada mood berdebat denganmu." Suara serak pria itu terdengar lesu. Beda jauh dengan tampilan kemarahannya tadi saat ia menggebrak meja dan berteriak lantang dalam meeting. Pria itu benar-benar menyemburkan sisi gelapnya pada satu-satunya orang yang Stanley tahu, sangat tidak disukai rekannya ini. Rasa kasihan mulai mampir ke diri Stanley. Ia sangat tahu, rekannya ini bukan seorang pemarah. "Sebenarnya ada apa denganmu, Hag? Minggu kemarin, kau terlihat bersemangat menghamili Andromeda, tapi kenapa sekarang loyo begini? Apalagi hanya menghadapi Aditya, kau sampai lep

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 38 - Melamar

    "Hmm. Jadi akan ada tambahan orang lagi untuk procurement?" "Ya. Cari yang spek-nya seperti kamu. Pernah kerja di logistik, fasih bahasa asing, yada-yada. Terserah kamu saja. Kamu yang paling tahu soal impor-ekspor. Aku tidak mau ada kejadian seperti kemarin lagi." Kepala Ema mengangguk-angguk. Matanya menatap berkas MPP yang ada di tangannya. "Saya akan coba bahas ini dengan pak Herman soal job desc dan spek-nya. Untuk budget-nya sendiri ada kemungkinan lebih besar pak, karena rate gaji di logistik bisa saja lebih tinggi. Tapi akan coba saya cari tahu." Melihat wanita di sampingnya fokus dengan berkas di depannya, rahang Ilyas mengeras. "Kamu dari mana tadi?" "Tadi? Oh ketemu Mimin sebentar." "Mimin? Siapa itu?" "Isterinya Aditya. Katanya mereka mau cerai." Ruangan langsung hening.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 39 - Kebenaran yang Terungkap

    "Tadi aku ketemu Andie." "Kamu bilang apa padanya, Min? Jangan berani macem-macem-" "Aku bilang kita akan bercerai." Adit akhirnya terdiam di kursinya. "Andie bilang apa?" Hati Mimin hancur melihat lelaki di depannya ini. Sama sekali tidak ada penyesalan dalam suaranya. "Dia tidak peduli, Dit." "Apa!?" "Dia bilang, dia tidak peduli apakah kita cerai atau tidak! Dia sama sekali ga mau tahu urusan kita." Tangan Adit di atas meja sedikit mengepal. Matanya kosong. "Apa kamu sadar, Dit? Andie sudah ngelupain kamu sejak kamu milih aku. Dia sudah ga mencintai kamu, Dit. Dia cinta orang lain." "Tidak! Andie pasti kembali padaku." Putus asa, Mimin meraih tangan Adit di meja dan mencengkeramnya. "Mau sampai kapan kamu mimpi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08

Bab terbaru

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   EPILOG 3 - Red Thread of Fate

    = Sekitar enam tahun kemudian. Kantor TJ Corp. Kota J, Indonesia = "Selamat bergabung, Andie. Saya senang banget kau akhirnya join ke sini." "Terima kasih, bu Anita. Semoga saya bisa berkontribusi di sini." Dua orang itu saling berjabat tangan akrab. Dengan cepat, karyawan baru itu diberikan tugas-tugas yang harus dikuasainya dalam waktu singkat. Dan seperti harapan sang atasan, bawahannya itu ternyata dapat memenuhi ekspektasinya dengan sempurna. Hanya dalam waktu 6 bulan, Ema pun sudah dipercaya untuk memegang beberapa tugas penting dan mendapat promosi sebagai Assistant Manager. Hari ini adalah hari pertama Ema akhirnya dapat bertemu dengan para direksi langsung. Biasanya ia hanya akan meeting dengan para Manager departemen. Tapi hari ini, atasannya membawanya serta dalam rapat terkait dengan rekrutmen MT di tahun itu. Wanita muda itu menelan ludah dan jantungnya berdebar penu

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   EPILOG 2 - Redemption

    "Akhirnya kau jadi juga pergi, Hag. Kali ini kau mau kemana?" Pria tinggi itu tidak menjawab dan hanya meneruskan membereskan barang-barang di tas ranselnya. Lelaki itu jauh lebih kurus dibanding beberapa bulan lalu. Tampak kedua pria lain yang sedang berdiri itu saling memandang penuh arti. "Hag? Kau yakin akan pergi sekarang? Kau ini baru keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu, man." Memasukkan beberapa surat penting dalam dompet khusus, Ilyas menjawab datar, "Aku sudah beli tiket." "Hagen..." Mencantolkan ranselnya ke salah satu bahu, Ilyas menepuk bahu Stanley tanpa menatapnya. "Kunci pintunya waktu kalian pergi. Titip di Oma. Aku akan kembali satu bulan lagi." Tidak mengatakan apapun lagi, pria itu keluar dari apartemen, meninggalkan dua rekannya yang mematung di sana. Tampak kedua lelaki itu saling memandang

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   EPILOG 1 - Scattered Dreams

    = Flashback hampir 13 tahun lalu. Rumah utama keluarga Tjakradiningrat. Kota B. Jerman = "Dasar kau J*LANGGG!!" Tampak tangan berotot itu menjambak rambut panjang seorang wanita dan menyeretnya ke lantai. Pria itu hampir saja mencekik leher yang rapuh itu saat tangan lain mencengkeram dan menahannya. "Kak!! Sadar kak! Jangan!!" "Kau...!" Menggeram, Ilyas memberikan tonjokan mematikan ke wajah sepupunya yang tampan. Tampak Bimo tidak sempat mengelak dan pria itu terjengkang ke belakang. Melihat kesempatan, Yasmin merangkak di lantai dan menyambar sisa pakaiannya. Terburu-buru, wanita itu segera kabur dari kamar tidur itu, meninggalkan hasil perbuatannya dengan tidak bertanggungjawab. Dua bersaudara itu masih saling bergulat di lantai, sampai cukup banyak orang datang ke sana dan berusaha melerai mereka. Butuh sekitar lima orang pria dewasa

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 62 - Kenangan & Nostalgia

    "Kenapa Bjorn? Kamu mau pipis?" Kepala mungil itu mengangguk-angguk. Satu tangan yang memegang Ilyas tampak menarik-nariknya. Saat ini, Ilyas dan Ema lebih banyak menggunakan bahasa Jerman ke anak mereka. Nanti perlahan, mereka bersepakat mengajarkan bahasa Indonesia dan juga Inggris agar Bjorn lebih siap saat bersekolah. Memangku anaknya, Ilyas menepuk bahu isterinya yang sedang berdiri di depannya. "Em. Aku mau bawa Bo ke toilet sebentar. Kamu ga apa-apa ngantri sendirian sebentar?" "No problem, pak. Nanti kita ketemuan saja di tempat biasa." "Oke." Keduanya melambai dan Ema kembali konsentrasi melihat layar di depannya. Ia memilih tiga tempat duduk dan tersenyum sendiri. Dirinya bernostalgia ke peristiwa beberapa tahun lalu. "Silahkan kak." Tampak seorang petugas menyerahkan tiket ke tangan wanita itu.

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 61 - Prioritas dalam Hidup

    Mengusap ranjang di sampingnya yang terasa dingin, mata Ema perlahan membuka dan ia pun bangkit dari tidurnya dan menatap sekelilingnya. Kamar itu terasa kosong. Merapatkan jubah tidurnya, ia pun turun dari ranjang dan segera ke kamar lain di apartemen itu. Tampak pintu kamar itu tertutup rapat dan dengan hati-hati, Ema membukanya. Pemandangan di depannya membuat wajah wanita itu yang tadinya cemas, perlahan rileks. Ia tersenyum. Di tempat tidur, Ilyas sedang memeluk anaknya. Pria berjubah tidur itu meringkuk di samping Bjorn, dan satu tangannya di perut balita itu. Tampak Bjorn sudah bangun dan menggeliat gemas melihat ibunya di pintu. "Mam-mam!" "Sayang..." Perlahan, Ema mengangkat anaknya dan mengecup dahinya. Jari-jari gemuk Bjorn menunjuk tempat tidur dan anak itu terkekeh gembira. "Pap-pap tidur!"

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 60 - Permainan Antar Suami-Isteri

    Bola mata itu masih mengikuti mobil hitam itu sampai menghilang dari pandangan. Barulah setelahnya, kaki pria itu melangkah keluar dari persembunyiannya. Ia berhenti di satu makam yang baru ditinggalkan tadi. Wajah pria itu terlihat shock saat menatap ke bawah. Tampak karangan bunga segar tergeletak di sana. "Ilyas... dengan Andie...?" Ingatan Adit dengan cepat berkelana dari satu kenangan ke kenangan lainnya. Akhirnya pertanyaannya selama ini terjawab. Kenapa ia merasa Ilyas tidak pernah menyukainya. Kenapa pria itu seolah sering mencari masalah dengannya. Dan kenapa, mantan atasannya itu dulu seperti sangat melindungi wanita itu. Ketika semua keheranannya itu terjawab, Adit menengadahkan kepala dan menghembuskan nafas keras. Perasaan di d*danya dipenuhi dengan kemarahan yang amat sangat. "S*alan orang itu! Jadi selama ini, dia cari masalah dan memecatku karena Andie? Hanya kare

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 59 - Layar yang Mulai Menutup

    = Sekitar dua tahun kemudian. Kota B. Indonesia = Tampak seorang pria sedang bermain dengan anak perempuan di teras depan sebuah rumah sederhana. Wajah pria itu terlihat gembira dan bahagia saat memeluk balita itu. Bola matanya bergerak-gerak mengikuti balita yang baru belajar jalan tersebut dan saat anak itu hampir jatuh, lelaki itu dengan sigap memeluknya. "Ups. Hati-hati, Nana..." Anak itu hanya tertawa, memperlihatkan gusinya yang masih ompong. Melihat itu, sang pria itu hanya tertawa geli dan memeluk anak itu erat-erat di tangannya. "Adit." Panggilan itu membuat Adit menoleh, masih tersenyum. Ia langsung berdiri dan memangku balita itu. "Papih." Sangat sopan, Adit membungkuk dan mencium punggung tangan pria tua yang pernah menjadi mertuanya.

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 58 - Aku akan Selalu Pulang ke Rumah

    = Salah satu taman bermain. Kota B. Indonesia = "Bagaimana kabarmu?" Pria yang duduk di depannya itu mengangguk. "Baik. Kamu sendiri?" "Aku juga baik..." Tatapan keduanya bertemu dan terlihat senyuman sendu dari mereka berdua. Mata pria itu turun dan menatap perut wanita di depannya yang tampak membesar. Bola matanya terlihat sedikit berair dan lelaki itu mengerjapkan matanya cepat. Suaranya terdengar pelan saat bertanya, "Kapan kamu lahiran?" "Sekitar 2 minggu lagi." Kepala pria itu mengangguk dan ia menelan ludahnya. Wajahnya sedikit memerah. "Maafin aku, Min... Kalau aku tahu..." Sesaat keduanya terdiam. Mimin menatap pria yang telah menjadi mantan suaminya belum sampai setahun lalu. Sama seperti lelaki itu, ia menundukkan kepalanya.

  • I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...   Chapter 57 - Nama untuk Anakku

    "Bagaimana isteri saya dok?" Pertanyaan itu membuat sang dokter menaikkan salah satu alisnya. "Kalau Anda mau menoleh sedikit, Anda bisa melihat kondisi isteri Anda langsung, Tuan Hagen." Kepala Ilyas masih berpaling ke arah lain. Kedua matanya menutup erat. "Sa- Saya ga bisa dok! Saya ga bisa lihat dia kesakitan!" "Tiap wanita yang melahirkan pasti kesakitan, Tuan. Kalau keenakan, itu namanya sedang org*sme." Candaan itu sama sekali tidak membuat pria tinggi itu tersenyum. Wajahnya pucat dan berkeringat. Teriakan pendek wanita di sampingnya membuat sang dokter kembali konsentrasi. "Apa sudah keluar?" "Masih kepalanya." Kembali teriakan itu terdengar dan Ilyas sedikit melirik takut-takut. "Sudah keluar?" "Kelihatan bahunya."

DMCA.com Protection Status