All Chapters of I Love You, Pak! Tapi Aku Takut...: Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

Chapter 41 - Membuat Batasan

Membereskan berkas di meja meeting, tampak Ayu menatap atasannya yang sedang memberikan instruksi pada anak buahnya. Bola matanya mengikuti wanita itu yang akhirnya duduk di depannya. Mereka hanya tinggal berdua dalam ruangan yang tidak terlalu besar itu. Melegakan tenggorokan dengan sedikit deheman, Ayu menatap Ema. "Bu An. Urusan jobfair dan keluar kota ini, biar sisanya saya yang mengurusnya dengan tim. Mungkin Ibu An bisa langsung ke ruangan pak Ilyas saja. Soalnya sepertinya dia kelihatan sedikit... marah tadi?" Kepala Ema mendongak. Tatapannya heran. "Kamu dengar dari mana?" "Waktu saya ke ruangan IT tadi, pak Alex dan pak Daniel sedang membicarakannya. Mereka sempet tanya apa ada masalah antara ibu dengan pak Ilyas, karena cukup jarang pak Ilyas terlihat marah seperti itu." "Tidak ada masalah kok, Yu. Mungkin pak Ilyas ada hal lain yang dia pikirkan."
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Chapter 42 - Masa Lalu yang Pahit

= Rumah utama keluarga Tjakradiningrat. Minggu siang = Rumah besar itu terisi ramai. Banyak orang saling bertukar kabar dan bertegur sapa. Berbagai muka orang yang tidak dikenal berseliweran di pandangan Ema. Wanita itu hampir tidak bisa mengingat satu pun. Ia hanya tersenyum saat ditarik dari satu orang ke orang lainnya. Semua orang memberikan ucapan selamat yang sama padanya. Telinganya terasa berdenging saat ucapan itu lama kelamaan terasa palsu untuknya. Tangannya baru saja menyentuh gelas berisi minuman, saat seseorang menepuk bahunya. Dalam pandangannya, terlihat seraut wajah tampan pria berusia pertengahan 30-an. Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangan kanannya. "Halo. Nama-mu Andromeda. Benar?" Bibir Ema otomatis tersenyum dan tangannya menjabat erat. "Siang pak Bimo. Benar. Nama saya Andromeda." Pria itu te
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Chapter 43 - Selamat Tinggal (Sementara)

"Semua persiapannya sudah beres?" "Sudah bu. Surat-suratnya juga sudah beres. Semua alat tes dan lainnya juga sudah dipacking rapih." "Bagus. Layla dan Jordi akan berangkat sore ini?" "Iya bu. Kan jobfair-nya besok pagi. Kalau ada yang oke, mereka akan langsung interview dan tes sorenya." Kepala Ema mengangguk. "Oke. Alurnya lakukan seperti biasa ya." Bibir Ema tersenyum dan ia mengamati beberapa berkas di tangannya. "Ibu sendiri jadi berangkat lebih awal?" Kembali wanita itu mengangguk. Ia memasukkan berkas tadi ke dalam amplop. "Ya. Saya akan berangkat besok pagi. Sorenya, kita langsung ketemu di lokasi. Saya mau ketemu sebentar dengan beberapa perwakilan dari universitas dan sekolahan di sana." "Baik bu. Berarti barang-barangnya nanti akan saya bawa ya."
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Chapter 44 - Membereskan Masalah yang Ia Buat

Mengusap tangan tua itu, Ilyas akhirnya menggenggam erat. Ia menatap lembut. "Oma sudah yakin?" Mata tua yang biasanya bersinar itu terlihat redup. Sama sekali tidak ada cahaya terpancar darinya. "Ini yang diinginkan Opa-mu. Kalau pun nanti 'pergi', dia ingin berbaring di sana. Bukan di sini." Mer*mas tangan tua itu, kepala Ilyas mengangguk. Ia tahu alasan kakek-neneknya kembali ke Indonesia, tidak lain dan tidak bukan adalah karena menunggu Bimo pulang dari Amerika. Sudah hampir 10 tahun ini, Opa Ahim tidak aktif di perusahaan karena sakitnya. Beberapa cabang di LN, telah dipercayakan pada orang-orang yang terpilih. Hanya cabang di Indonesia saja yang memang rencananya akan diberikan pada ahli waris langsung. Kini setelah Bimo pulang, tidak ada lagi yang menahan keduanya untuk kembali ke rumah mereka di Jerman. "Aku akan segera mengurus
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Chapter 45 - Berpisah untuk Bersatu Kembali

= Terminal 3. Bandara internasional kota J. Jam 15.45 = "Kalian pulang bersama?" "Iya bu. Kebetulan kita bertiga searah, jadi bisa menghemat ongkos taksi." Kata-kata itu membuat Ema tertawa. "Hemat ongkos taksi? Kalian ini bisa reimburse kan? Kenapa mesti repot-repot?" Kekehan canggung terlihat dari ketiga anak buahnya. Sangat paham, kembali Ema tertawa. "Oke, oke. Saya ga akan tanya-tanya lagi. Kalian mau naik taksi dari sini?" Senyuman Ayu merekah. "Iya bu. Jordi yang nanti akan-" Perkataan Ayu terputus. Mata wanita itu membelalak, yang diikuti dua orang lainnya. Ketiganya membeku. "Ayu?" Sentuhan panas terasa di bahunya, hampir membuatnya terlonjak. Jantung Ema berdebar saat menoleh, dan menatap lelaki yang sam
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Chapter 46 - Tidak Akan Melepasmu

Rasa geli di ujung d*danya membuat Ema menggeliat. Beberapa kali tangannya menepis, tapi rasa geli itu selalu kembali. Kali ini, ia merasa d*danya basah dan seolah seseorang sedang mengemutnya. Mengemut? Kedua mata Ema langsung terbuka dan wanita itu membelalak. Jantungnya berhenti berdetak saat melihat kepala berambut hitam tebal sedang tertunduk ke tubuhnya yang terbuka. Ia bisa mendengar suara cecapan rakus dari pria kurang ajar di atasnya. "Pak!" Mengangkat kepalanya, pria itu menyeringai lebar. Satu tangannya mer*mas-r*mas aset wanita itu. "Selamat pagi, Em. Bukan salahku, karena kamu ga bangun-bangun dari tadi." Mulut Ema komat-kamit dan refleks, wanita itu meraih kepala Ilyas dan mendorongnya ke tempat tidur. "Kurang ajar!!" Setelah peristiwa menyebalkan itu, keduanya berada di ruang tamu p
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Chapter 47 - Mendadak Menikah

= Bandara internasional kota J. Terminal 3. Sore hari = Keramaian itu sedikit menyita perhatian orang-orang. Tapi untungnya tidak ada yang terlalu peduli dengan urusan orang lain. Setelah menoleh, kebanyakan dari mereka kembali ke urusannya masing-masing. Membalas pelukan dari wanita tua di depannya, Ema tersenyum simpatik. "Hati-hati di jalan Oma. Sehat selalu." Meski sedang sedih, tapi senyuman wanita tua itu terlihat penuh harapan. Telapakannya menyentuh perut wanita muda yang berdiri di depannya. "Oma tidak sabar punya cucu dari Ilyas. Segeralah kalian punya anak, dan susul Oma ke Jerman." Hanyalah senyuman aneh yang bisa diberikan Ema, saat ia akhirnya melambaikan tangan pada orang yang telah resmi menjadi Oma-nya itu. Tampak cukup banyak orang mengantar wanita tua itu masuk ke dalam. Ia pun dengan canggung membalas ucapan selamat pa
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Chapter 48 - Konflik dalam Pernikahan

Hari dan minggu dilalui Ilyas cukup frustasi. Tangannya gatal ingin menyentuh wanita yang telah sah sebagai isterinya, tapi tidak mungkin menjilat ludahnya. Dia telah berjanji pada isterinya sendiri. Kepalanya terasa pusing. Bukan karena masalah pekerjaan, tapi lebih untuk mengutuk kebodohannya. Jari-jarinya menekan pelipisnya kuat, dan memejam. Ia butuh relaksasi. Ia hampir tidak tidur 2 hari ini. "Jadi kurang lebih seperti itu. Dengan estimasi jumlah lulus dari proses kemarin, sepertinya kuota MT untuk bagian Operation, Marketing dan juga Administration akan mencukupi. Bagian LnD juga sudah terinformasi mengenai ini. Dari mereka yang nanti mempresentasikan programnya langsung sebelum minggu depan. Jadi kita masih punya waktu sekitar 2 bulan kurang untuk persiapan." "Oke, Andromeda. Saya harap dari program ini bisa menelorkan hasil yang lebih baik dari tahun kemarin." "Saya hara
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Chapter 49 - Keputusan Ilyas

Kepala berambut hitam itu terlihat terayun-ayun ke depan. Matanya yang 15 menit lalu terbuka lebar, saat ini tampak hampir tertutup. Suara gaduh dari layar besar di depannya terlihat tidak mempengaruhinya Jari-jari Ema yang menggaruk kulit kepala pria itu terhenti. "Mau tidur sekarang pak? Sepertinya bapak sudah ngantuk banget." Wanita itu berbisik. "Hmmh." Mend*sah, Ilyas akhirnya menyenderkan kepala di bahu Ema. Tubuhnya ia selonjorkan di kursi. "Jangan berhenti, Em..." Satu tangan wanita itu akhirnya merangkul bahu pria itu dan kembali memberikan garukan dengan kukunya. "Selamat tidur pak..." Setelah diberikan kecupan, lelaki itu pun langsung terlelap dalam tidurnya. Seperti janjinya, selesai menonton Ema membawa mereka ke apartemennya. Saat di dapur, kepala wanita itu menoleh dan menatap pria itu yang terlihat dud
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Chapter 50 - Salah Paham

Sore itu, Ema mendengar desas-desus yang tidak enak. Firasatnya cukup buruk saat atasannya tiba-tiba saja menelepon dan memintanya untuk datang ke ruangan. Meletakkan gagang telepon, perhatian Ema teralih. "Kamu yakin, Yu?" Kepala Ayu sedikit mendekat ke arah atasannya. "Iya, bu. Saya denger sendiri dengan telinga saya. Pak Adit hari ini keluar. Timnya sendiri yang bilang katanya dia tiba-tiba saja membereskan barang-barangnya dan langsung serah terima ke bawahannya. Mungkin besok dia tidak akan masuk kantor lagi." Ema terdiam. Otaknya masih berfikir kalau pria itu tidak mungkin berhenti begitu saja. Meski Adit keturunan Prabukusuma dan anak pejabat perpajakan, tapi ayahnya sudah tidak memberikan jaminan terhadap hidupnya selain beberapa aset yang telah diwariskan. Tidak banyak yang tahu, ayah pria itu memiliki lebih dari satu wanita simpanan di luar sana da
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status