All Chapters of Cinta dalam Rahim Sang Madu: Chapter 51 - Chapter 60

69 Chapters

51. Bekas Merah

Gabriel menatapku dengan hasrat yang mendalam, dengan perlahan, dia mulai melepas baju tidurnya dan aku terpana melihat tubuhnya yang terpahat sempurna. Siapa pun yang melihatnya, pasti ingin menari-narikan jemarinya di sana. “Sentuh aku, Grace,” pinta Gabriel sambil menempelkan bagian tubuhnya yang mengeras di bawah sana, tepat di bagian intimku yang pernah dia renggut dulu. Untungnya masih ada pakaian yang menghalangi kami berdua. Tubuh Gabriel seolah-olah sedang menantang dan menjanjikan suatu kenikmatan yang pastinya akan sangat menjanjikan. Tanganku hampir terulur ke depan untuk menyentuh dadanya yang berotot, tapi langsung kutarik begitu menyadari bahwa dia bukanlah milikku. Pikiran sehatku seakan menamparku untuk kembali ke dunia nyata. “GABRIEL!!!” Suara Natalia terdengar menggelegar dari luar kamar. Dia sepertinya sudah bangun dan sedang mencari suaminya. Suara langkah kaki Natalia terdengar hilir mudik di luar sana. Jantungku berdegup dua kali lebih kencang, tapi kuliha
Read more

52. Mulai Melawan

“Apa yang kamu lakukan di luar sini?” tanya Natalia saat melihat Gabriel yang sedang berdiri di dekat mobil.“Memeriksa mobil, memangnya kenapa?”“Oooh,” ucap Natalia pelan. Dia mendekati Gabriel dan tiba-tiba menarik baju tidur Gabriel ke arah bawah. Wanita itu ingin sekali melihat apakah di saja ada bekas-bekas merah di leher dan dada suaminya seperti yang dimiliki Grace.“Kamu kenapa, sih?” sentak Gabriel kaget dan tidak suka. Dia menahan tangan Natalia sehingga wanita itu tidak bisa meneruskan tindakannya.“Tidak apa-apa, aku hanya ingin memperbaiki kerah baju tidurmu yang entah sudah diberantakin oleh siapa,” ucap Natalia ketus. Tangannya kembali terulur dan memaksa untuk memperbaiki baju Gabriel. Melihat hal itu, Gabriel membiarkan saja, lagian tidak ada jejak-jejak merah juga di sana.Dengan mata berkilat, Natalia meneliti tubuh Gabriel, baik di bagian leher, dagu, rahang, atau pun dada. Sinar matanya terlihat sedikit kecewa karena dia tidak menemukan apa yang dia cari. Denga
Read more

53. Saling Menyindir

Aku menunduk dan menarik napas panjang. Kalau aku terus-menerusan diam, maka Natalia akan semakin merajalela atas hidupku. Aku sudah muak ditindas seperti ini. “Kenapa kamu diam saja? Apakah kamu sudah menyadari kesalahan yang telah kamu lakukan, huh?” dengus Natalia dengan wajah sinis.Aku hampir saja berteriak kesal mendengar tuduhan Natalia yang tidak masuk akal. Kutatap dia dengan tajam sambil mengumpulkan semua keberanian yang aku punya.“Nyonya Natalia, bagaimana kalau pria yang melakukan hal ini, adalah pria yang tinggal di dalam mansion ini?”Kulihat dengan jelas raut wajah Natalia yang ketakutan. Entahlah, mungkin dia takut hal yang aku katakan benar adanya. Gabriel sendiri terlihat cukup kaget melihat keberanianku. Dia berdiri dengan gelisah. Kakinya bergerak-gerak tanpa kendali.Natalia memandang suaminya seakan ingin membunuhnya di tempat itu sekarang juga. “APAKAH ITU BENAR, GABRIEL?”Gabriel menatap kami secara bergantian. Dia terlihat mati kutu. Ingin rasanya aku men
Read more

54. Drama yang memanas

“Ingat ya, wanita kotor, kalaupun kamu mengatakan bahwa Gabriel yang melakukan hal itu, aku tidak akan pernah percaya satu kata pun yang keluar dari bibirmu.”“Oh, really?” ejekku pelan sambil mengulum senyum.“Melihat kelakuanmu di pesta kemarin malam, aku sudah tahu bahwa kamu adalah wanita yang berpengalaman. Pasti kamu sudah terbiasa melaya ….”“Cukup, Natalia!!!” bentak Gabriel dengan suara bergetar. “Grace bukan wanita seperti yang kamu kira selama ini,” lanjutnya.Natalia tersentak kaget mendengar suara dan bentakan Gabriel. Sepertinya dia tidak menyangka Gabriel akan marah dan membentaknya seperti itu. Aku sendiri pun terkejut dengan reaksi Gabriel yang sangat tiba-tiba.“Kamu mau membelanya lagi?” ucap Natalia sarkas. “Aku bukan hendak membelanya, tapi kelakuanmu sudah keterlaluan, Natalia.”“Heh! Dengar ya kalian berdua. Aku mengatakan semua itu bukan karena aku asal bicara, tapi aku melihat kenyataan yang ada.” Usai berkata seperti itu, Natalia mendekatiku dan menarik kerah
Read more

55. Ingkar Janji Lagi

"Dengar ya pelakor bebek, saat itu berurusan dengan rumah tanggaku, maka aku akan berjuang dan membasmi wanita mana pun yang berniat merusak semua kebahagiaan kami. Bukankah begitu Gabriel?" Gabriel hanya terdiam kelu, sehingga membuat aku kembali membalas kata-kata Natalia."Berhenti memanggilku dengan sebutan pelakor bebek!""Kenapa? Bukannya jalanmu memang seperti bebek?""Huh!" dengusku sini. Aku, berjalan seperti bebek, itu semua karena keganasan suamimu," bentakku tak mau kalah. Biarlah, kalau Natalia sendiri tidak tahu malu, kenapa juga aku terus menutup-nutupi semuanya. Terus menerus disalahkan selama ini, telah membuat kedua taringku tumbuh.Kulihat Natalia mengepalkan tangannya sambil menahan emosi yang hampir meledak."Pasang telingamu baik-baik ya, PE-LA-KOR BE-BEK. Semua itu terjadi karena kamu gatal dan merayu suamiku, kalau tidak, mana mungkin Gabriel selera pada wanita sepertimu?""Oh, ya?" Bagaimana kalau kita tanyakan langsung pada orangnya? Kebetulan orangnya di si
Read more

56. Licin

Natalia berdiri di depan Gabriel dengan terkejut sambil menyaksikan perbuatan suaminya yang sedang asyik bermain dengan senjata peperangan miliknya, dalam genggaman tangannya.“Apa yang kamu lakukan?” teriaknya dengan wajah memerah. Tubuh bugil suaminya dan nama wanita lain yang keluar dari bibir Gabriel, adalah pengkhianatan terbesar di hidupnya. Dia tidak pernah menyangka akan menemukan sang suami dalam keadaan seperti itu.Gabriel buru-buru berbalik membelakangi Natalia dan mengumpat dalam hati.‘Fu**! Sialan banget sih? Kenapa dia harus muncul dan menemukan aku dalam keadaan seperti ini?’Natalia yang tadinya sudah hampir berangkat, harus kembali ke lantai atas karena dia lupa sesuatu. Tapi kini ia harus menyaksikan pengkhianatan terbesar dari sang suami."Huuueeeekkk! Kamu sangat menjijikkan,” cemooh Natalia sambil menatap Gabriel dengan geram. Diambilnya sebuah botol sampo dan melemparkannya ke arah Gabriel, untungnya pria itu langsung menghindar sehingga tidak terkena lemparan.
Read more

57. Panik

Setelah selesai memberi perintah kepada Bik Sumi, Gabriel segera menuju ke garasi mobil. “Aku harus mencari Natalia sekarang sebelum terjadi sesuatu,” gumamnya sambil meluncur bersama mobil kesayangannya. Sepanjang perjalanan, dia berusaha untuk berkonsentrasi dan melihat setiap sudut yang ia lewati. Namun, Natalia sudah menghilang entah ke mana. Senyum pahit tiba-tiba muncul di bibir Gabriel menyadari bahwa perbuatannya yang salah. “Kamu di mana, Natalia??? Please, angkat teleponku?” ucap Gabriel bermonolog. Dicobanya berulang kali untuk menelpon Natalia, tapi tidak ada hasil sama sekali. “Apakah lebih baik aku mencari Natalia di kantornya saja?” Dia memutuskan untuk ke sana, tapi pencariannya juga nihil. Natalia tidak berada di sana. Istrinya seakan menghilang tanpa jejak. Gabriel terus berkeliling dan berharap bisa menemukan Natalia di tempat-tempat yang sering mereka kunjungi. “Mungkin aku pulang saja dulu sambil menunggunya sampai dia kembali ke dalam pelukanku.” Gabriel y
Read more

58. Di Bawah Guyuran Air Hujan

“Silahkan pergi dari sini, Nona, sebelum kami melakukan tindakan yang tidak menyenangkan.” Aku mengusap wajahku yang sudah basah kuyup, yang entah oleh air mata atau air hujan, aku pun sudah tidak peduli lagi. Tubuhku mulai menggigil kedinginan. “Baiklah, Pak. Aku akan pergi sekarang juga." Dengan langkah lunglai, aku berbalik dan menuju pintu gerbang. Mungkin akua akan menelepon Bik Sumi nantinya setelah aku menemukan tempat kontrakkan yang baru. Kugenggam kantong kresek yang ada dalam genggaman tanganku. “Aku harus memesan taksi sekarang dan kembali ke rumah sakit. Atau mungkin juga, aku bisa ke mall dulu untuk membeli beberapa lembar baju.” Kulangkahkan kakiku cepat-cepat menuju jalan utama. Tubuhku yang basah kuyup dan kedinginan seakan memacuku untuk terus maju dan mempertahankan harga diriku. *** Gabriel menyalakan laptopnya dan mulai sibuk bekerja, tapi hujan yang turun mengganggunya. Dia pun bangkit berdiri dan segera menurunkan atap ekstra untuk menghindari percikan
Read more

59. Hati yang Gundah

“Kalian semua, berbaris di depanku,” perintah Gabriel dengan suara menggelegar. Dengan wajah ketakutan, pria-pria itu berbaris dengan rapi, mereka bahkan tidak diizinkan untuk memakai payung.Gabriel membisikkan sesuatu di telingaku.“Grace, sekarang kamu berdiri membelakangi mereka.” Aku yang kebingungan, hanya menuruti permintaan Gabriel. Tak lama kemudian aku mendengar suaranya yang lantang, memerintahkan sesuatu kepada anak-anak buahnya.“Sekarang lepaskan pakaian kalian biar kalian tahu dan merasakan dinginnya tubuh kami berdua di bawah guyuran hujan.”Aku terkejut, tapi terdiam karena tidak mendengar suara protes dari pria-pria itu. Sepertinya mereka patuh dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Gabriel.“Celana kalian juga dilepas juga, hanya boxer atau kolor saja yang kalian boleh pakai.”Mereka kembali mengikuti perintah sang majikan. “Berdiri di bawah guyuran air hujan sampai kalian datang menemuiku dan mengatakan siapa yang telah memberikan perintah kepada kalian untuk
Read more

60. Akhirnya

“Aku ingin sekali bercinta denganmu saat ini, tapi aku ingin melakukannya di tempat yang nyaman." Gabriel menggigit ceruk leherku dan kembali memberikan jejak cinta di sana. Aku mendesah lirih menikmati cara Gabriel membuaiku. “Grace,” bisik Gabriel lembut. Aku menatapnya dengan pipi memerah. Ini terlalu intim dan intens, sialnya lagi, dia suami orang. “Sepertinya kita harus mandi bersama-sama karena sekarang aku sudah basah karena dirimu.” Usai mengatakan itu, dia menurunkanku dan menuntunku di dalam kabin shower. Perlahan dia melepaskan pakaiannya satu per satu. Aku berdiri mematung menatap tubuh Gabriel yang begitu kokoh. Roti sobek di perutnya membuat mata wanita mana pun pasti ingin menarikan tangan mereka dengan manja di sana. “Sentuh aku di mana pun kamu mau, Grace,” bisik Gabriel sambil meraih tanganku dan menaruhnya di dadanya yang terpahat sempurna. Glek! Aku menelan saliva dan menahan napas karena panasnya suasana yang ada. “Please, sentuh aku,” pinta Gabriel sambil m
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status