“Kalian semua, berbaris di depanku,” perintah Gabriel dengan suara menggelegar. Dengan wajah ketakutan, pria-pria itu berbaris dengan rapi, mereka bahkan tidak diizinkan untuk memakai payung.Gabriel membisikkan sesuatu di telingaku.“Grace, sekarang kamu berdiri membelakangi mereka.” Aku yang kebingungan, hanya menuruti permintaan Gabriel. Tak lama kemudian aku mendengar suaranya yang lantang, memerintahkan sesuatu kepada anak-anak buahnya.“Sekarang lepaskan pakaian kalian biar kalian tahu dan merasakan dinginnya tubuh kami berdua di bawah guyuran hujan.”Aku terkejut, tapi terdiam karena tidak mendengar suara protes dari pria-pria itu. Sepertinya mereka patuh dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Gabriel.“Celana kalian juga dilepas juga, hanya boxer atau kolor saja yang kalian boleh pakai.”Mereka kembali mengikuti perintah sang majikan. “Berdiri di bawah guyuran air hujan sampai kalian datang menemuiku dan mengatakan siapa yang telah memberikan perintah kepada kalian untuk
“Aku ingin sekali bercinta denganmu saat ini, tapi aku ingin melakukannya di tempat yang nyaman." Gabriel menggigit ceruk leherku dan kembali memberikan jejak cinta di sana. Aku mendesah lirih menikmati cara Gabriel membuaiku. “Grace,” bisik Gabriel lembut. Aku menatapnya dengan pipi memerah. Ini terlalu intim dan intens, sialnya lagi, dia suami orang. “Sepertinya kita harus mandi bersama-sama karena sekarang aku sudah basah karena dirimu.” Usai mengatakan itu, dia menurunkanku dan menuntunku di dalam kabin shower. Perlahan dia melepaskan pakaiannya satu per satu. Aku berdiri mematung menatap tubuh Gabriel yang begitu kokoh. Roti sobek di perutnya membuat mata wanita mana pun pasti ingin menarikan tangan mereka dengan manja di sana. “Sentuh aku di mana pun kamu mau, Grace,” bisik Gabriel sambil meraih tanganku dan menaruhnya di dadanya yang terpahat sempurna. Glek! Aku menelan saliva dan menahan napas karena panasnya suasana yang ada. “Please, sentuh aku,” pinta Gabriel sambil m
Kelelakian Gabriel kini sudah memenuhi ruang bawahku, awalnya terasa tidak nyaman, tapi itu hanya sebentar. Gabriel benar-benar berhati-hati kali ini. Dia sudah berjanji untuk tidak menyakitiku. “Grace, kamu tahu apa yang paling suka aku lakukan saat sedang bercinta?” racau Gabriel sambil menatapku lembut. “Aku …, emm, aku tidak tahu,” desahku lirih. Gabriel tersenyum mendengar jawabanku yang polos sambil memejamkan matanya. Dia rupanya mulai menemukan tempo dan ritme yang pas agar aku merasa nyaman. Didorongnya bokongnya lebih dalam lagi, sehingga aku kembali melonjak kaget. Rupanya keperkasaan Gabriel belum masuk dengan penuh di dalam sana tadinya. “Apakah aku menyakitimu?” tanya Gabriel panik. Dia mencium ceruk leherku dengan lembut dan kembali memberikan jejak merah di sana, seakan menandai bahwa aku adalah miliknya seorang. Aku menggeliat lembut di bawah tindihan tubuhnya yang kekar. Sungguh, wanita mana pun akan ketagihan kalau diperlakukan oleh manusia maskulin dan perkasa
“Kalau aku ON sekarang, memangnya boleh minta lagi?” Aku membelalakkan mataku tak percaya. “Ada satu yang aku inginkan darimu,” ucap Gabriel sambil mengelus pinggiran bibirku dengan cara yang sensual. ‘Pria ini benar-benar hebat dalam membangunkan sisi liar dalam diriku,’ rutukku dalam hati. “Katakan apa yang kamu inginkan,” tanyaku nekat. “Aku ingin kamu menyebut namaku saat kita bercinta lagi nanti. Hanya namaku saja yang boleh keluar dari bibir seksimu itu.” Aku memicingkan mataku, lalu dengan tiba-tiba, aku berguling ke samping. Benda pusaka Gabriel lepas dariku. “Heeey!” Teriakan protes dari Gabriel terdengar begitu menggelikan. Dengan nekat, dia menangkup wajahku dan melumat bibirku dengan liar sampai napas kami berdua hampir putus. “Kau membuat aku ketagihan, Grace,” dengus Gabriel saat melepas ciuman panas kami. Wajahku memerah dan bibirku terasa membara. Aku kira Gabriel akan berhenti setelah ciuman itu, tapi dia kembali menyerang belakang telingaku dan menggigit ujun
Natalia memejamkan matanya membayangkan detail renda dan hiasan yang akan dia pilih, dan pastinya dia akan memilih dengan hati-hati nantinya. Dia juga sudah memutuskan akan menambahkan sentuhan klasik dan modern pada gaun pengantin muslimah tersebut. Dia ingin agar kedua elemen itu akan terpadu dengan sempurna.Diraihnya botol minum di sampingnya dan meneguk air segar. Punggungnya terasa pegal karena dia telah menunduk terlalu lama.“Tinggal sedikit lagi, sketsa ini akan selesai,” bisiknya memberi semangat kepada dirinya sendiri.Tangannya kembali menari-nari dengan lincah. Sekarang sketsa itu semakin terlihat lebih jelas bentuknya, dan tentu saja hal itu membuat Natalia semakin bersemangat. Dia merenggangkan tubuhnya sebentar sebelum melanjutkan rancangannya.Sekarang sketsa itu mulai terbentuk dengan indahnya, Natalia merasa semakin terinspirasi. Keberaniannya dalam memadukan elemen-elemen tradisional dengan sentuhan kontemporer berhasil menciptakan sesuatu yang unik dan memikat ma
“Natalia, apakah ada yang bisa aku bantu?” Bara menatap Natalia dengan wajah cemas. Dia bingung karena Natalia hanya menangis. Tanpa ragu-ragu, Bara menariknya ke dalam pelukannya.“Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padamu, tapi aku ada di sini untukmu.” Bara segera mempergunakan kesempatan itu untuk mengambil kembali hati Natalia. Dia ingin wanita itu memaafkannya dan tidak menghindar darinya lagi. Jujur saja, sudah berhari-hari dia merindukan Natalia.Bara mendorong pintu kamar hotel Natalia dan menuntun wanita itu ke dalam.“Duduk di sini sebentar, aku ambilkan minuman dulu,” bisik Bara lembut, lalu dengan gerak cepat, dia menyambar minuman yang dibeli Natalia di lobby hotel tadi.“Ini, minum dulu biar pikiran dan hatimu tenang.” Seperti robot, Natalia mengambil minuman dari tangan Bara dan menandaskannya hanya dalam sekejap.“Apakah kamu masih haus?” tanya Bara dengan pandangan sayu. Dia meraih selembar tisu dari atas meja dan menghapus air mata dari pipi Natalia.“Aku mau pu
Natalia menyeringai kejam. “Banyak omong, Kamu. Mulai hari ini, kita bukan partner kerja lagi, dasar laki-laki pecundang.”Wajah Bara memerah menahan amarah, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena keamanan di hotel itu sangat ketat. ‘Awas kamu, Natalia, sekali kamu merasakan goyanganku, maka kamu akan meminta setiap saat.’Dia terus berjalan menyusuri lorong lantai tiga sambil menyusun rencana untuk membuat Natalia jatuh ke dalam pelukannya secepat mungkin.“Akan kubuat kau bertekuk lutut di hadapanku, Natalia. Lihat saja nanti.”Bara menuju ke kamarnya yang berada di lantai lima. Setelah tiba di sana, dia masuk ke kamar mandi, lalu melepaskan pakaiannya satu per satu. Dia memandang tubuh dan tongkat keperkasaannya di depan cermin. Ucapan sadis dari Natalia kembali terngiang di kepalanya.“Arrrrggghh, kamu benar-benar telah mempermalukanku dan mengijak harga diriku, Natalia.” Wajah Bara memerah menahan rasa malu dan amarah, lalu tiba-tiba dia meninju pinggiran tempat cuci tang
“Gabriel!” ucapku dengan suara agak keras membangunkan pria yang terlihat mengantuk. “Biarkan aku tertidur, Natalia, aku sangat lelah.”Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak. ‘Apa? Jadi, sepanjang malam, saat dia memompakan tubuhnya ke dalam tubuhku, dia berpikir bahwa aku adalah istrinya?’ Entah kenapa, hatiku tiba-tiba sangat terluka. Kami bercinta begitu panas dari kemarin sore sampai mendekati malam, dan dia jatuh tertidur bersamaku. Lalu sekarang, dia berpikir bahwa aku adalah Natalia. Apakah selama bercinta, dia sedang memikirkan Natalia? Apakah aku hanya tempat pelampiasan nafsu sesaatnya?Aku berusaha menahan debaran dalam hati, kugoyang lengan. “Gabriel, bangun sekarang juga.” Aku kaget mendengar suaraku yang terdengar bergetar. Gabriel membuka matanya, terlihat kebingungan karena aku membangunkannya dengan paksa. “Bangun sekarang juga, dan keluar dari kamar ini.”Well, mungkin pembaca bertanya, apakah aku sudah mulai cemburu? Tidak, aku tidak cemburu sama sekali kar