“Kalau aku ON sekarang, memangnya boleh minta lagi?” Aku membelalakkan mataku tak percaya. “Ada satu yang aku inginkan darimu,” ucap Gabriel sambil mengelus pinggiran bibirku dengan cara yang sensual. ‘Pria ini benar-benar hebat dalam membangunkan sisi liar dalam diriku,’ rutukku dalam hati. “Katakan apa yang kamu inginkan,” tanyaku nekat. “Aku ingin kamu menyebut namaku saat kita bercinta lagi nanti. Hanya namaku saja yang boleh keluar dari bibir seksimu itu.” Aku memicingkan mataku, lalu dengan tiba-tiba, aku berguling ke samping. Benda pusaka Gabriel lepas dariku. “Heeey!” Teriakan protes dari Gabriel terdengar begitu menggelikan. Dengan nekat, dia menangkup wajahku dan melumat bibirku dengan liar sampai napas kami berdua hampir putus. “Kau membuat aku ketagihan, Grace,” dengus Gabriel saat melepas ciuman panas kami. Wajahku memerah dan bibirku terasa membara. Aku kira Gabriel akan berhenti setelah ciuman itu, tapi dia kembali menyerang belakang telingaku dan menggigit ujun
Natalia memejamkan matanya membayangkan detail renda dan hiasan yang akan dia pilih, dan pastinya dia akan memilih dengan hati-hati nantinya. Dia juga sudah memutuskan akan menambahkan sentuhan klasik dan modern pada gaun pengantin muslimah tersebut. Dia ingin agar kedua elemen itu akan terpadu dengan sempurna.Diraihnya botol minum di sampingnya dan meneguk air segar. Punggungnya terasa pegal karena dia telah menunduk terlalu lama.“Tinggal sedikit lagi, sketsa ini akan selesai,” bisiknya memberi semangat kepada dirinya sendiri.Tangannya kembali menari-nari dengan lincah. Sekarang sketsa itu semakin terlihat lebih jelas bentuknya, dan tentu saja hal itu membuat Natalia semakin bersemangat. Dia merenggangkan tubuhnya sebentar sebelum melanjutkan rancangannya.Sekarang sketsa itu mulai terbentuk dengan indahnya, Natalia merasa semakin terinspirasi. Keberaniannya dalam memadukan elemen-elemen tradisional dengan sentuhan kontemporer berhasil menciptakan sesuatu yang unik dan memikat ma
“Natalia, apakah ada yang bisa aku bantu?” Bara menatap Natalia dengan wajah cemas. Dia bingung karena Natalia hanya menangis. Tanpa ragu-ragu, Bara menariknya ke dalam pelukannya.“Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padamu, tapi aku ada di sini untukmu.” Bara segera mempergunakan kesempatan itu untuk mengambil kembali hati Natalia. Dia ingin wanita itu memaafkannya dan tidak menghindar darinya lagi. Jujur saja, sudah berhari-hari dia merindukan Natalia.Bara mendorong pintu kamar hotel Natalia dan menuntun wanita itu ke dalam.“Duduk di sini sebentar, aku ambilkan minuman dulu,” bisik Bara lembut, lalu dengan gerak cepat, dia menyambar minuman yang dibeli Natalia di lobby hotel tadi.“Ini, minum dulu biar pikiran dan hatimu tenang.” Seperti robot, Natalia mengambil minuman dari tangan Bara dan menandaskannya hanya dalam sekejap.“Apakah kamu masih haus?” tanya Bara dengan pandangan sayu. Dia meraih selembar tisu dari atas meja dan menghapus air mata dari pipi Natalia.“Aku mau pu
Natalia menyeringai kejam. “Banyak omong, Kamu. Mulai hari ini, kita bukan partner kerja lagi, dasar laki-laki pecundang.”Wajah Bara memerah menahan amarah, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena keamanan di hotel itu sangat ketat. ‘Awas kamu, Natalia, sekali kamu merasakan goyanganku, maka kamu akan meminta setiap saat.’Dia terus berjalan menyusuri lorong lantai tiga sambil menyusun rencana untuk membuat Natalia jatuh ke dalam pelukannya secepat mungkin.“Akan kubuat kau bertekuk lutut di hadapanku, Natalia. Lihat saja nanti.”Bara menuju ke kamarnya yang berada di lantai lima. Setelah tiba di sana, dia masuk ke kamar mandi, lalu melepaskan pakaiannya satu per satu. Dia memandang tubuh dan tongkat keperkasaannya di depan cermin. Ucapan sadis dari Natalia kembali terngiang di kepalanya.“Arrrrggghh, kamu benar-benar telah mempermalukanku dan mengijak harga diriku, Natalia.” Wajah Bara memerah menahan rasa malu dan amarah, lalu tiba-tiba dia meninju pinggiran tempat cuci tang
“Gabriel!” ucapku dengan suara agak keras membangunkan pria yang terlihat mengantuk. “Biarkan aku tertidur, Natalia, aku sangat lelah.”Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak. ‘Apa? Jadi, sepanjang malam, saat dia memompakan tubuhnya ke dalam tubuhku, dia berpikir bahwa aku adalah istrinya?’ Entah kenapa, hatiku tiba-tiba sangat terluka. Kami bercinta begitu panas dari kemarin sore sampai mendekati malam, dan dia jatuh tertidur bersamaku. Lalu sekarang, dia berpikir bahwa aku adalah Natalia. Apakah selama bercinta, dia sedang memikirkan Natalia? Apakah aku hanya tempat pelampiasan nafsu sesaatnya?Aku berusaha menahan debaran dalam hati, kugoyang lengan. “Gabriel, bangun sekarang juga.” Aku kaget mendengar suaraku yang terdengar bergetar. Gabriel membuka matanya, terlihat kebingungan karena aku membangunkannya dengan paksa. “Bangun sekarang juga, dan keluar dari kamar ini.”Well, mungkin pembaca bertanya, apakah aku sudah mulai cemburu? Tidak, aku tidak cemburu sama sekali kar
Natalia membuka pintu kamarnya, tapi di dalamnya kosong melompong. Rupanya Gabriel tidak ada di sana, karena penasaran, Natalia menuju kamar mandi.“Gabriel?” panggil Natalia pelan. Namun, sosok Gabriel yang dicarinya tidak ditemukan juga.“Ke mana si Gabriel?” cetus Natalia penasaran. Jelas-jelas dia melihat siluet Gabriel dari halaman depan mansion.Natalia berpikir sebentar, tiba-tiba saja dia berlari ke luar dan menuju ke kamar Grace. ***Aku yang baru saja jatuh tertidur setelah kepergian Gabriel, langsung tersentak kaget ketika tiba-tiba ada sosok Natalia yang tiba-tiba menerobos masuk. Beruntungnya aku sudah memakai baju tidurku.“Mau apa kamu malam-malam ke sini?” tanyaku sambil menutupi mataku dengan salah satu tangan karena silau oleh sinar lampu yang telah dinyalakan oleh si Nyonya rumah.“Di mana Gabriel?” cicit Natalia sambil melayangkan pandangan matanya ke sana ke mari.“Orang yang kamu cari tidak ada di sini,” ucapku singkat sambil menarik selimut menutupi tubuhku. “
“Astaga! Aku tahu sekarang kenapa Grace sampai marah seperti itu,” Gabriel kini menyadari kesalahannya.Dengan sekali lompatan, ia berlari dari balkoni dan akan ke lantai bawah untuk menemui Grace dan meminta pengampunan.“Hei, Sayang!” sapa Natalia dari bawah tangga. Wanita itu baru saja keluar dari kamar Grace setelah puas mengobrak-abrik kamar Grace. Senyuman manis mengembang di kedua sudut bibirnya sambil mendekati sang suami yang berdiri mematung. Natalia berjinjit dan mengecup bibir Gabriel ringan.“Dari mana saja kamu?” tanya Gabriel dengan suara tertahan, tentu saja dia tidak ingin membangunkan Grace yang mungkin sudah tertidur lagi.“Oo, oohh …, apakah kamu merindukan aku, babe?” ucap Natalia dengan nada manja. Dia segera bergelayut di lengan suaminya. Gabriel hanya mendengus panjang, antara lega dan kesal. Namun, setidaknya Natalia sudah pulang dan dia dalam keadaan baik-baik saja.“Jawab pertanyaanku, Natalia! Kamu ke mana saja seharian?”Natalia menatap wajah Gabriel yang
“Natalia, kamu tahu kalau aku melakukan semua ini karena kemauanmu. Kamu yang secara tidak langsung mengijinkan semua ini terjadi,” ketus Gabriel tak mau disalahkan.“Kenapa sekarang kamu malah menyalahkan aku?”“Baik, kalau memang kamu tidak mau disalahkan, aku mau bertanya satu hal padamu.”“Apa itu?” tantang Natalia sambil bangkit berdiri dan menyilangkan tangannya di dadanya.“Kenapa kamu memerintahkan para penjaga untuk tidak mengizinkan Grace masuk ke mansion dan bahkan mengusir wanita itu dari sini?”Natalia menelan ludahnya dengan susah payah, tapi bukan karena dia takut kalau sampai ketahuan bahwa dialah yang telah memerintah ketujuh penjaga untuk mengusir Grace dari sana. Namun, Natalia sakit hati karena di saat seperti ini pun, Gabriel malah sibuk memikirkan wanita lain.‘Apakah otaknya sudah benar-benar tercemar karena kehadiran wanita sialan itu?’ dengus Natalia dalam hati.Melihat Natalia yang tidak merespon pertanyaannya, membuat Gabriel naik pitam. Dia segera memungut p