Share

64. Hinaan

Author: MyMelody
last update Last Updated: 2024-09-13 23:07:10

“Natalia, apakah ada yang bisa aku bantu?” Bara menatap Natalia dengan wajah cemas. Dia bingung karena Natalia hanya menangis. Tanpa ragu-ragu, Bara menariknya ke dalam pelukannya.

“Aku tidak tahu apa yang telah terjadi padamu, tapi aku ada di sini untukmu.” Bara segera mempergunakan kesempatan itu untuk mengambil kembali hati Natalia. Dia ingin wanita itu memaafkannya dan tidak menghindar darinya lagi. Jujur saja, sudah berhari-hari dia merindukan Natalia.

Bara mendorong pintu kamar hotel Natalia dan menuntun wanita itu ke dalam.

“Duduk di sini sebentar, aku ambilkan minuman dulu,” bisik Bara lembut, lalu dengan gerak cepat, dia menyambar minuman yang dibeli Natalia di lobby hotel tadi.

“Ini, minum dulu biar pikiran dan hatimu tenang.”

Seperti robot, Natalia mengambil minuman dari tangan Bara dan menandaskannya hanya dalam sekejap.

“Apakah kamu masih haus?” tanya Bara dengan pandangan sayu. Dia meraih selembar tisu dari atas meja dan menghapus air mata dari pipi Natalia.

“Aku mau pu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (30)
goodnovel comment avatar
Anie Nhie
Gak nyangka sch bakal seSARKAS itu Natalia ke Bara,, aq fikir bakalan lancar affairnya,eh ternyata malah gagal
goodnovel comment avatar
Lestari Arsyila
walah dh bayangin mau ninu ninu sama nathalia mlh penghinaan yg didpt..ngapa td gk langsung di bungkam terus diperkosa aja si nat2
goodnovel comment avatar
Kaizan Ragiel Trate
Natalia mulutnya jahanam juga ya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   65. Mengigau atau?

    Natalia menyeringai kejam. “Banyak omong, Kamu. Mulai hari ini, kita bukan partner kerja lagi, dasar laki-laki pecundang.”Wajah Bara memerah menahan amarah, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, karena keamanan di hotel itu sangat ketat. ‘Awas kamu, Natalia, sekali kamu merasakan goyanganku, maka kamu akan meminta setiap saat.’Dia terus berjalan menyusuri lorong lantai tiga sambil menyusun rencana untuk membuat Natalia jatuh ke dalam pelukannya secepat mungkin.“Akan kubuat kau bertekuk lutut di hadapanku, Natalia. Lihat saja nanti.”Bara menuju ke kamarnya yang berada di lantai lima. Setelah tiba di sana, dia masuk ke kamar mandi, lalu melepaskan pakaiannya satu per satu. Dia memandang tubuh dan tongkat keperkasaannya di depan cermin. Ucapan sadis dari Natalia kembali terngiang di kepalanya.“Arrrrggghh, kamu benar-benar telah mempermalukanku dan mengijak harga diriku, Natalia.” Wajah Bara memerah menahan rasa malu dan amarah, lalu tiba-tiba dia meninju pinggiran tempat cuci tang

    Last Updated : 2024-09-14
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   66. Ini Hanya Tugas

    “Gabriel!” ucapku dengan suara agak keras membangunkan pria yang terlihat mengantuk. “Biarkan aku tertidur, Natalia, aku sangat lelah.”Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak. ‘Apa? Jadi, sepanjang malam, saat dia memompakan tubuhnya ke dalam tubuhku, dia berpikir bahwa aku adalah istrinya?’ Entah kenapa, hatiku tiba-tiba sangat terluka. Kami bercinta begitu panas dari kemarin sore sampai mendekati malam, dan dia jatuh tertidur bersamaku. Lalu sekarang, dia berpikir bahwa aku adalah Natalia. Apakah selama bercinta, dia sedang memikirkan Natalia? Apakah aku hanya tempat pelampiasan nafsu sesaatnya?Aku berusaha menahan debaran dalam hati, kugoyang lengan. “Gabriel, bangun sekarang juga.” Aku kaget mendengar suaraku yang terdengar bergetar. Gabriel membuka matanya, terlihat kebingungan karena aku membangunkannya dengan paksa. “Bangun sekarang juga, dan keluar dari kamar ini.”Well, mungkin pembaca bertanya, apakah aku sudah mulai cemburu? Tidak, aku tidak cemburu sama sekali kar

    Last Updated : 2024-09-15
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   67. Ternyata Aku Salah

    Natalia membuka pintu kamarnya, tapi di dalamnya kosong melompong. Rupanya Gabriel tidak ada di sana, karena penasaran, Natalia menuju kamar mandi.“Gabriel?” panggil Natalia pelan. Namun, sosok Gabriel yang dicarinya tidak ditemukan juga.“Ke mana si Gabriel?” cetus Natalia penasaran. Jelas-jelas dia melihat siluet Gabriel dari halaman depan mansion.Natalia berpikir sebentar, tiba-tiba saja dia berlari ke luar dan menuju ke kamar Grace. ***Aku yang baru saja jatuh tertidur setelah kepergian Gabriel, langsung tersentak kaget ketika tiba-tiba ada sosok Natalia yang tiba-tiba menerobos masuk. Beruntungnya aku sudah memakai baju tidurku.“Mau apa kamu malam-malam ke sini?” tanyaku sambil menutupi mataku dengan salah satu tangan karena silau oleh sinar lampu yang telah dinyalakan oleh si Nyonya rumah.“Di mana Gabriel?” cicit Natalia sambil melayangkan pandangan matanya ke sana ke mari.“Orang yang kamu cari tidak ada di sini,” ucapku singkat sambil menarik selimut menutupi tubuhku. “

    Last Updated : 2024-09-16
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   68. Saling Menyalahkan

    “Astaga! Aku tahu sekarang kenapa Grace sampai marah seperti itu,” Gabriel kini menyadari kesalahannya.Dengan sekali lompatan, ia berlari dari balkoni dan akan ke lantai bawah untuk menemui Grace dan meminta pengampunan.“Hei, Sayang!” sapa Natalia dari bawah tangga. Wanita itu baru saja keluar dari kamar Grace setelah puas mengobrak-abrik kamar Grace. Senyuman manis mengembang di kedua sudut bibirnya sambil mendekati sang suami yang berdiri mematung. Natalia berjinjit dan mengecup bibir Gabriel ringan.“Dari mana saja kamu?” tanya Gabriel dengan suara tertahan, tentu saja dia tidak ingin membangunkan Grace yang mungkin sudah tertidur lagi.“Oo, oohh …, apakah kamu merindukan aku, babe?” ucap Natalia dengan nada manja. Dia segera bergelayut di lengan suaminya. Gabriel hanya mendengus panjang, antara lega dan kesal. Namun, setidaknya Natalia sudah pulang dan dia dalam keadaan baik-baik saja.“Jawab pertanyaanku, Natalia! Kamu ke mana saja seharian?”Natalia menatap wajah Gabriel yang

    Last Updated : 2024-09-17
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   69. Pembelaan yang Menyakitkan

    “Natalia, kamu tahu kalau aku melakukan semua ini karena kemauanmu. Kamu yang secara tidak langsung mengijinkan semua ini terjadi,” ketus Gabriel tak mau disalahkan.“Kenapa sekarang kamu malah menyalahkan aku?”“Baik, kalau memang kamu tidak mau disalahkan, aku mau bertanya satu hal padamu.”“Apa itu?” tantang Natalia sambil bangkit berdiri dan menyilangkan tangannya di dadanya.“Kenapa kamu memerintahkan para penjaga untuk tidak mengizinkan Grace masuk ke mansion dan bahkan mengusir wanita itu dari sini?”Natalia menelan ludahnya dengan susah payah, tapi bukan karena dia takut kalau sampai ketahuan bahwa dialah yang telah memerintah ketujuh penjaga untuk mengusir Grace dari sana. Namun, Natalia sakit hati karena di saat seperti ini pun, Gabriel malah sibuk memikirkan wanita lain.‘Apakah otaknya sudah benar-benar tercemar karena kehadiran wanita sialan itu?’ dengus Natalia dalam hati.Melihat Natalia yang tidak merespon pertanyaannya, membuat Gabriel naik pitam. Dia segera memungut p

    Last Updated : 2024-09-18
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   70. Melelahkan

    “Oh, ya? Jadi kamu mulai menggunakan mama kamu, sebagai tameng untuk membela wanita penggoda ini?”“Natalia, wanita yang kamu anggap pelakor ini mempunyai nama, dan namanya adalah Grace!” bentak Gabriel sengit.“Arrgghh! Kamu kira aku peduli nama dia siapa? Dengar ya, Gabriel! Kalau kamu ingin melaporkan kepada mama tentang hal ini, silahkan saja. Aku masih bisa cari dana untuk proyekku.”“Baiklah, kalau itu memang maumu,” jawab Gabriel dengan wajah tegas. Natalia yang melihat Gabriel sungguh-sungguh, memberikan pandangan tajam kepada sang suami. Dia sepertinya tidak pernah mengira kalau Gabriel akan berada di posisiku.“Jadi kamu lebih memilih dia dan membelanya secara terang-terangan sekarang?” ketus Natalia sambil mendengus kesal.“Aku tidak membela siapa pun di sini, tapi aku ingin agar kamu mengakui perbuatanmu.”“Terus, kalau aku mengakuinya, apa yang akan kamu lakukan? Memukulku? Menghukumku? Menceraikan?”“Stop, Natalia! Kamu sudah keterlaluan sekarang.”“Hae? Siapa yang kamu

    Last Updated : 2024-09-19
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   71. Frustasi

    “Jawab, sayang …, kamu masih cinta sama aku atau tidak?” rajuk Natalia dengan manja.Gabriel meraih bahu Natalia dan memeluk lembut istrinya. “Kamu ngomong apa sih, Natalia? Tentu saja aku mencintaimu.”Mendengar kata-kata yang menenangkan dari suaminya, Natalia tersenyum lebar dari balik pelukan Gabriel. Kini dia bisa bernapas lega mendengar pengakuan langsung dari mulut suaminya.Gabriel mendorong tubuh Natalia dengan pelan. “Aku harus siap-siap ke kantor sekarang.”“Bisakah kamu mengantarkanku ke tempat kerja hari ini?”Gabriel mengerutkan keningnya dengan heran. “Loh, bukannya kamu lebih suka menyetir sendiri selama ini?” “Emm, tidak untuk hari ini. Mulai har ini, aku ingin suamiku mengantarkan aku ke tempat kerja setiap hari.” Natalia berjinjit dan memberikan kecupan ringan di pipi Gabriel. Tangannya melingkar dengan manis pada pinggang suaminya.“Tumben?” tanya Gabriel masih tidak puas dan dengan ucapan dan penjelasan Natalia. Dia juga merasa curiga dengan perubahan sikap dar

    Last Updated : 2024-09-20
  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   72. Kesedihan dan Kekecewaan

    “Nona Grace, silahkan dibaca dulu hasil laporan tentang kesehatan Ibu Kristianto,” ucap Dokter Mikael Pratama sambil menyerah beberapa lembar kertas di hadapanku. “Terima kasih, Dokter.” Lembaran kertas putih di hadapanku menarik perhatianku untuk segera membaca isinya.“Apakah Nona Grace mau minum sesuatu?” Aku mengangkat wajahku yang hampir tenggelam dalam lembaran-lembaran kertas di hadapanku dan tersenyum kecil.“Mungkin air putih? Kalau Dokter Mikael punya.”“Jangankan air putih, teh dan kopi juga aku punya, kalau Nona Grace mau.”“Air putih saja, terima kasih.”Aku kembali tenggelam dalam lembaran-lembaran putih di tanganku. Dengan tidak sabar, aku melahap isinya. Kondisi mama tidak terlalu banyak perubahan, bahkan terapi untuk mengurangi trauma yang sedang beliau jalani saat ini belum ada perkembangan yang signifikan. Sedangkan papa? Papa mengalami kerusakan otak yang parah. Kemungkinan besar, papa tidak akan pernah sadar lagi. Di hadapanku seperti terbentang tembok tebal yan

    Last Updated : 2024-09-21

Latest chapter

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   154. Rantai Besi

    Pria itu mendekati dan meraih wajahku. Aroma tubuh dan mulutnya membuat aku ingin muntah. Aku tidak mengenalnya sama sekali. Siapa gerangan pria ini sebenarnya."Diam!! bentaknya kasar.“Kenapa aku harus diam, orang jahat?!” sentakku tak mau kalah."Tutup mulutmu, sebelum aku yang menutupnya."Aku tidak peduli, sekuat tenaga, aku berteriak lagi dengan suara yang lebih keras, dan hasilnya si pria itu menutup mulutku dengan telapak tangannya. Dengan kasar, dia memerintah anak buahnya untuk mengambil lakban dan menempelnya secara sembarangan hanya untuk menutup mulutku yang masih ingin berteriak.“Sekali lagi kamu berteriak, maka aku akan menutup bibir seksimu itu dengan cara yang lebih menyenangkan. Akan kubuat rongga mulutmu penuh dengan ciumanku.”Mendengar ancamannya, aku langsung mual, dasar laki-laki mesum. Siapa sih dia sebenarnya? Perasaan selama ini, aku tidak pernah mempunyai musuh. Kenapa tiba-tiba aku disekap seperti ini?Pria itu berjalan mengelilingi kursi yang aku duduki, s

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   153. Diam!

    "Aku akan mencari tahu siapa kamu sebenarnya," guman Gabriel pelan penuh percaya diri.Ia merapikan jasnya yang sedikit kusut akibat kemarahan tadi, lalu melirik ke jam tangan. ‘Grace pasti sudah menunggu terlalu lama,’ pikirnya. Dengan langkah cepat, ia meninggalkan taman, pikirannya tetap berputar, merencanakan langkah selanjutnya. Taman itu kembali sunyi, hanya suara angin dan dedaunan yang menjadi saksi. Lampu-lampu taman yang redup, seakan memberikan arah kepadanya, ke mana dia harus melangkah.Gabriel mempercepat langkah kakinya, ia sudah tidak sabar lagi untuk menemui Grace. Begitu tiba di tempat parkir, dari kejauhan, dia tidak melihat sosok Grace di jok depan mobil. Jantung Gabriel seperti berhenti berdetak. Tanpa sadar, langkah kakinya terpacu untuk segera tiba di tempat tujuan.“Grace!” teriak Gabriel saat mendapati wanita itu tidak ada dalam mobil. Dengan kalut, Gabriel memeriksa kursi penumpang, berharap kalau Grace sedang bermain petak umpet atau sekedar menakuti dirinya

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   152. Ke mana Dia?

    “Ayo, aku antarkan kamu pulang,” putus Gabriel sambil berdiri di depanku, lalu mengulurkan salah satu tangannya. Begitu aku hendak menyambut uluran tangan Gabriel, tanpa sengaja, aku melihat bayangan seseorang dari balik pohon besar tidak jauh dari tempat kami berdiri.Deg! Perasaanku tidak enak, aku merasa bahwa ada seseorang yang sedang memperhatikan kami berdua sedari tadi. Kuraih tangan Gabriel dan memberi kode padanya dengan gerakan bibir yang sangat pelan.‘Ada seseorang di belakang pohon yang sedang memperhatikan kita, Gabriel.’ Awalnya, ia terlihat bingung, tapi kemudian, ia memicingkan matanya berusaha membaca gerakan bibirku.‘Coba ulangi apa yang kamu katakan tadi,' bisiknya nyaris tak terdengar.Aku mengulang kembali ucapanku dengan perlahan sampai kulihat Gabriel memahami apa yang aku maksud. Gabriel mengangguk pelan, tatapan matanya menjadi waspada, dan ia langsung melindungiku dengan cara melingkarkan tangannya ke bahuku. Sikapnya sangat protektif seperti itu membuatku

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   151. Mencari Jalan Keluar

    Begitu keluar dari lobi, aku menemui Gabriel yang sedang menungguku di taman rumah sakit. Dia terlihat begitu tegang dan bingung. “Ada apa?” tanyaku prihatin, Gabriel tidak menjawab pertanyaanku, tapi langsung memelukku erat. Merasakan bahunya bergetar dalam dekapanku, refleks membuatku mengelus kepalanya dengan pelan.“Aku merindukanmu, Grace,” bisik Gabriel nyaris tak terdengar. Pelukan dan belaian tanganku, ternyata mampu membuatnya kembali tenang.Tak lama kemudian, dia melepaskan pelukannya, menangkup wajahku dan membelainya dengan penuh kerinduan. Ya, kerinduan yang mungkin telah tersimpan setelah sekian hari kami tidak bertemu.“Are you alright?” Kutatap netranya dan mendapati ada kegelisahan yang menghantui pikirannya. Ingin rasanya aku menghapus kegelisahan itu dan menggantinya dengan perasaan nyaman dan aman.“Banyak masalah yang terjadi akhir-akhir ini sehingga aku tidak sempat menjengukmu.” “Jangan pikirkan hal itu, Gabriel. Aku baik-baik saja.” Aku tersenyum singkat, be

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   150. Cap-Cay

    Aku menahan napas, jantungku berdegup kencang. Aku harus menyembunyikan kehamilan ini. Tak boleh ada seorang pun yang tahu, termasuk mama. Biarlah aku sendiri yang menanggung semua ini.Tangan mama semakin dekat, dan aku tak tahu harus berbuat apa. Satu gerakan salah saja, semuanya bisa terbongkar.Kriiing …. Dering telepon dari dalam tasku, membuat kami berdua kaget, mama mengurungkan niatnya untuk menyentuh perutku. Sambil pura-pura sibuk mencari ponsel di dalam tas, aku melirik mama dengan sudut mataku. Beliau terlihat mengambil rantang makanan dan memeriksa isinya. Untungnya, tangan mama masih berfungsi, kaki beliau saja yang lumpuh total. Aku hanya berharap satu hal, yaitu agar terapi yang sedang mama jalani saat ini, bisa membantu mama keluar dari krisis ini.“Siapa yang telepon?” tanya mama memecah lamunan singkatku.“Emm, teman, Ma,” bohongku saat melihat nama Gabriel yang tertera di layar utama.“Oh, kenapa tidak diangkat?”“Tidak apa-apa, Ma. Paling kalau penting, dia akan

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   149. Curiga

    “Aku akan melakukan yang terbaik untuk papa.”“Bagus, Nona. Dalam minggu ini, kami akan memulai terapi saraf, dan memberikan rangsangan otak untuk mengaktifkan kembali jaringan-jaringan otak yang masih berfungsi dari Pak Kristanto.”Aku hanya mengangguk, menahan luapan bahagia yang nyaris pecah. Lalu pintu kamar terbuka perlahan, diikuti derit halus roda kursi. Mama muncul, dibantu oleh seorang suster. Sorot matanya nanar, bingung, mengamati kami yang berdiri dengan tegang di dekat ranjang papa.“Ada apa dengan papa? Kenapa kalian ngumpul di sana?” tanya mama sambil terus mendorong kursi rodanya ke arah kami.Aku berlutut di depan mama, meraih tangannya dan menempelkannya di pipiku, membiarkan dinginnya menenangkan rasa panikku. "Ma …, papa merespon dengan gerakan kecil. Ia merasakan sentuhan dan suara orang-orang di sekitarnya."Mama membeku. Wajahnya, yang selama ini selalu muram, kini cerah sekaligus penuh harap."A-apa?" suara mama tercekat. Dia bergantian menatapku dan Dokter Mik

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   148. Merespon

    "Tunggu! Apakah Nona Grace baik-baik saja?""Kenapa?" tanyaku sambil berbalik dengan alis bertaut."Nona terlihat pucat dan letih. Apakah Nona sedang sakit?"“A-aku baik-baik saja.” “Nona bisa tunggu di sini sampai Ibu Kristianto selesai terapi.”“Tidak, terima kasih.”Tanpa berkata apa-apa lagi, aku segera keluar dari ruang kerja Dokter Mikael dan menuju ke kamar inap mama. Bagiku, mendingan aku menunggu mama di sana, sambil menemani papa, dari pada aku duduk di kantor Dokter Mikael. Pandangan penuh curiga terlihat jelas dari sinar matanya.Begitu memasuki kamar, aku menghampiri papa yang seperti biasa, masih terlelap dalam tidur panjangnya.“Selamat pagi, Papa …,” bisikku pelan sambil mengelus lengannya yang terlihat begitu pucat karena sudah berbulan-bulan tidak terkena sinar matahari. Walaupun kadang-kadang mereka menjemur papa pagi harinya, tapi itu tidak cukup untuknya yang sehari-hari hanya menghabiskan waktu di dalam ruang. Kukecup kening papa dengan lembut, lalu meletakkan r

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   147. Pucat

    “Loh, Non. Biar Bibik saja yang masak,” protes Bik Mirna yang baru saja selesai melakukan rutinitas seperti biasanya, yaitu menyiram bunga di taman.“Tidak apa-apa, Bik. Santai saja. Aku juga mau masak untuk mama kok.”“Tapi kan biar saya saja yang masakin, Non. Nanti tinggal Nona Grace bilang, kalau mau masak bahannya seperti apa.”Aku tersenyum sambil menatap wanita paruh baya yang selalu menjagaku sejak aku pindah ke sini.“Yaudah, kalau begitu, Bibik bantu aku potong-potong sawi hijau dan iris bawang merah saja.”“Siap, Non. Ngomong-ngomong, Nona mau masak apa?” Bik Mirna mengambil sebuah pisau dari laci khusus penyimpanan benda-benda tajam dan mulai memotong sawi hijau.“Aku mau buat capcay untuk mama.” “Pakai daging atau jamur?” tanya Bik Mirna penasaran. Tak lupa tangannya terus bekerja dengan cekatan.“Rencananya aku mau pakai makanan laut saja, seperti udang dan cumi. Mama paling suka seafood soalnya.”Aku lalu membuka laci tempat penyimpanan alat-alat masak yang tajam dan m

  • Cinta dalam Rahim Sang Madu   146. Hampa

    “Ingat, siapa pun yang kamu pilih nantinya, aku sudah tidak peduli lagi, tapi apa pun yang terjadi, aku akan mempertahankan apa yang sudah menjadi milikku.”Tanpa menunggu jawaban, Natalia memutar tubuhnya dan melangkah pergi, meninggalkan Gabriel yang duduk terpaku di tempat, dengan wajah yang kini penuh sesal tapi kosong. Setelah punggung Natalia menghilang dari balik pintu dan langkah kakinya sudah tidak terdengar lagi, Gabriel seperti diseret kembali pada kenyataan yang ada.Dengan gerakan cepat, dia mengejar Natalia yang memasuki lift di ujung lorong kantor.‘Aku harus melakukan sesuatu,’ pikir Gabriel kalut. Keamanan dan keselamatan Grace ada di tangannya sekarang. Kalau sampai Grace dicelakakan oleh Natalia, maka ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.“Natalia! Tunggu! Dengarkan dulu penjelasanku!” Gabriel berhasil mengejar Natalia dan ikut masuk ke dalam lift. Ditatapnya wanita yang sudah menikah dengannya selama bertahun-tahun.“Please, listen to me! Aku mencintaimu,

DMCA.com Protection Status