Semua Bab Primadona Kesayangan CEO Dingin: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

11. Boss Galak

"Apa maksudmu kirim pesan begitu?" Pertanyaan Sandra dibarengi tatapan dingin wanita cantik itu tepat di mata Jo. Sang suami santai duduk bersandar ke tumpukan bantal, bahkan tidak melihat ke arah Sandra, sibuk dengan ponselnya. Geram bukan main hati Sandra melihat ulah suaminya itu. Setelah membaca pesan yang dikirim oleh Jo, Sandra meninggalkan teman-temannya begitu saja dan langsung mencari Jo. "Jelaskan, Jo!" pekik Sandra membahana. Jo baru melirik istrinya, membalas tatapan tajam Sandra padanya. "Apa itu masih kurang jelas? Aku mau bercerai. Itu saja maksudku." "Apa ini karena pe la cur itu?" Jo menegakkan duduk, ponselnya ia letakkan di nakas. "Kau selalu bilang begitu. Pe la cur mana yang kau maksud?" "Perempuan yang kau bawa ke kantor dan kau bilang itu sekretarismu, pengganti Liana!" Jo tahu yang dimaksud Sandra adalah Evi. "Dia wanita baik-baik, bukan pe la cur!" bentak Jo. Sandra malah jadi tambah murka. Ia tam par pipi kiri Jo. "Aku jadi makin yakin ini semua kar
Baca selengkapnya

12. Siapa yang Jatuh Cinta?

Dua hari sekali Erman datang ke depan villa Jo di pinggiran kota, ia mengintai gerakan penghuni rumah. Sampai dua Minggu rutinitas itu ia lakukan, Erman tidak mendapat hasil apapun. Orang yang rutin datang dan pergi hanya Jo sendirian. Dua sekuriti penjaga gerbang bergantian shift, Erman kadang heran bagaimana bisa petugas keamanan itu tidak bosan menjaga rumah yang sepertinya kosong. Hari ini Erman tertawa puas melihat pemandangan yang tersaji di depan villa mewah itu. Ia melihat Evi dijemput Jo, berpakaian resmi kantoran. Eda juga keluar memakai seragam SMA. Jo dan Evi naik di mobil hitam dan Eda naik di mobil lain yang berwarna putih, sepertinya Eda dapat supir pribadi. Erman dan motornya mundur, ia mengamati dari seberang jalan, di balik sebuah pohon asam besar. Gerbang ditutup dan dikunci lagi oleh Ris, sang satpam. Erman memutar akal, ia harus bisa masuk ke rumah itu. Setelah semua pergi berarti hanya ada Ibu di dalam. Ibu selalu ada di pihaknya. Apapun yang Erman lakukan, Ibu
Baca selengkapnya

13. Ibu Diusir!

Pukul sebelas siang, menjelang istirahat, meja Evi didatangi tamu istimewa. Seorang pria tinggi besar berpakaian serba hitam muncul di hadapan Evi. "Nona Evita Maharani, anda diharapkan datang ke ruang CEO sekarang juga. Bawa semua barang milik anda," kata lelaki itu. Evi terpana kaget mendengar perintah itu. "Ada masalah apa?" "Nanti dijelaskan di ruang CEO bersama Pak Jonathan. Ayo." Tidak banyak barang yang dikemas oleh Evi karena ia baru delapan hari menghuni kubikelnya. Hanya satu dus kecil saja bawaannya. Ia melangkah mengikuti bodyguard yang menjemputnya. Evi menyeberangi koridor memasuki ruang berdinding kaca di depan ruang pegawai. Ia terus dipersilakan berjalan melintasi ruang tamu menuju sebuah ruang di sudut yang pintunya diberi tulisan nama Jonathan Setiadi. Membaca nama itu, ada yang bergetar dalam hati Evi. "Silakan masuk." Sang bodyguard membukakan pintu. Evi masuk ke ruang pimpinan untuk pertama kalinya. Ruang itu bernuansa hitam putih dan luas. Ada sepa
Baca selengkapnya

14. Eda Pilih Siapa?

Apartemen tempat tinggal Erman sangat bagus bagi Ibu yang sejak kecil hidup susah. Pandangan matanya berkeliling mengamati keadaan sekitarnya. Perabot rumah Erman kelihatan mahal semua. Erman membantu Ibu duduk di sofa."Tante sudah makan?" tanya Erman sambil berjalan ke meja dapur."Sampai kapan kau panggil Ibu pakai sebutan Tante, Man?""Ya selamanya, lah! Memangnya aku harus panggil apa? Mbak?" Erman tersenyum lebar. Tangannya cekatan membuat teh panas."Panggil Ibu, Man."Erman tertawa ringan. Lelaki berambut panjang sebahu yang dikuncir satu itu menatap Ibu. Ia menghampiri Ibu di sofa sambil membawa dua gelas minuman. Satu gelas berisi teh panas ia letakkan di meja di depan Ibu. Satu lagi berisi minuman bersoda, ia teguk sampai tandas."Ibuku, oh, maksudku Mama, Mamaku sudah meninggal, Tante. Kita jujur saja, jangan saling berbohong.""Ibu selalu berdoa untukmu, Man.""Terima kasih. Sebaiknya doakan Evi saja, Tante. Dia sudah jauh tersesat. Evi pacaran sama suami orang!"Ibu meny
Baca selengkapnya

15. Eda Dalam Bahaya

Eda menyentak lengan Erman yang mencekalnya. Gadis itu menatap Evi dan Erman bergantian."Cepat pilih, Da! Mau pulang sama aku dan ketemu Ibu atau ikut si Evi pulang ke rumah lelaki hidung belang itu!" Erman kembali memberi ultimatum."Sebenarnya ada apa sih, Mbak?" Eda mulai menangis. Ia bingung."Ikut aku, Eda. Kamu tahu siapa Erman, kan? Jangan ikut dia!" Evi berusaha meraih tangan Eda. Ia terkejut karena Eda menghindarinya."Jelaskan ada apa dengan Ibu, Mbak!"Evi menatap Jo sebentar. Jo terbatuk sebelum menjawab"Istriku mengusir ibumu. Dia salah paham dan mengira aku ada hubungan terlarang dengan Evi. Kebetulan Erman ada di sana saat kejadian dan membawa ibumu pulang ke apartemennya. Aku dan Evi akan menjemput Ibu kembali ke rumahku."Erman maju mendekati Jo. Matanya penuh amarah."Apa maksudmu? Kau mau ambil ibuku? Siapa kamu?""Ibumu layak dapat tempat yang lebih pantas. Aku masih ada rumah lain yang nyaman." Jo membalas tatap Erman."Enyahlah kau, hidung belang. Kamu belum bo
Baca selengkapnya

16. Ibu Untuk Jaminan

Suasana seketika hening. Evi menatap Erman seolah minta tolong. Setelah beberapa detik lewat, Erman menghampiri Ibu."Kok belum tidur, Tante?""Kalian ribut apa tadi? Kenapa sebut-sebut pe la cur? Siapa maksudnya?" Ibu menatap Erman."Itu, Tante, tetangga sebelah kelihatannya kaya raya banget padahal nyari uangnya pakai jual diri. Gitu.""Naudzubillah," bisik Ibu. Erman meraih kursi roda Ibu, memutarnya kembali ke arah kamar."Kalau sampai ada anak Tante uang ketahuan jual diri, gimana sikap Tante?" Erman bertanya sambil melirik dua gadis yang berdiri tegang berpelukan di dekat sofa. Wajah Evi pucat sekali."Ibu gak akan ngakuin anak lagi kalau sampai Evi atau Eda mengambil jalan itu," sahut Ibu dengan suara gemetar. Erman mengedipkan sebelah mata pada Evi sambil mendorong kursi roda Ibu kembali ke kamar. Lelaki itu ikut masuk.Eda mendorong tubuh Evi menjauh. Tatapannya aneh."Bang Erman bilang Mbak kerja jual diri," kata Eda pelan, takut Ibu dengar."Jangan percaya!" desis Evi. "Man
Baca selengkapnya

17. Evi Dilamar

Kamar istirahatnya di tempat Riska belum diubah. Ranjang sempit berbau harum yang sangat ia benci masih ada di tengah ruangan, bersebelahan dengan nakas. Evi masuk ke ruangan itu diantar Riska."Bekerjalah semaksimal mungkin seperti biasanya dulu ya, Vi." Riska berdiri di ambang pintu sementara Evi masuk dan duduk di tepi tempat tidur. Kasur empuk itu adalah saksi bisu berapa ratus pria telah menyentuhnya. Kencan di kamar ini tarifnya delapan ratus ribu untuk satu jam. Itu tarif primadona. Jika level biasa, hanya lima ratus ribu saja.Jo tidak pernah masuk ke kamar ini, bisik hati Evi. Ia terpikir sesuatu. Ditatapnya wajah Riska."Mi, klien yang namanya Jonathan Setiadi pernah ke sini lagi selama aku gak ada?" tanya Evi. Riska menggeleng."Tidak. Dua hari yang lalu dia menelepon menanyakan apa kamu kesini. Karena kamu belum kesini, ya aku jawab apa adanya."Jo mencarinya. Ada rasa sejuk dalam hati Evi mengetahui hal itu. Entah rasa apa itu namanya."Kalau dia mau booking lagi, aku kas
Baca selengkapnya

18. Apakah Ibu Tahu?

"Tolong ya, Mi, kalau pak Salman itu cari aku lagi, bilang aja aku lagi sama tamu lain." Riska menghela napas panjang. Kalau Evi sudah ngambek begitu biasanya Riska mengalah dulu. Ia menebak apa yang terjadi antara Evi dan Salman. "Kenapa? Kamu gak kuat layanin dia?" "Salah satunya itu. Umurnya memang sudah tua, Mi, tapi tenaganya luar biasa. Aku gak sanggup. Terus, tadi dia maksa ngajak aku nikah. Gi la, kan?' Mata Riska melotot lebar. Dipukulnya pelan bahu Evi. "Serius kamu? Salman ngajak nikah?" "Iya. Aku tolak aja langsung." "Wah, wah, wah! Gak waras kamu, Vi! Kenapa kamu tolak? Salman itu pengusaha sukses! Aku kan sudah bilang dia itu konglomerat! Kalau dia serius ajak kamu nikah, itu anugerah, Vi!" "Jadi istri kedua, Mi! Istri yang disembunyikan!" "Sembunyi kek, terang-terangan kek! Buat perempuan kayak kamu, nikah sama klien tajir itu impian, Evi!" Evi cemberut. Ia tidak suka prinsipnya dicela oleh Riska. "Kalau aku nikah kan berarti aku gak kerja di Mami l
Baca selengkapnya

19. Mengatur Pertemuan

Andai Evi bisa lihat bayangan wajahnya sendiri di cermin saat itu, ia pasti akan ketakutan. Matanya melotot bulat dan mulutnya terbuka lebar, ia sangat terkejut.Ibu masih menatapnya, jelas melihat perubahan ekspresi Evi itu. Si anak gadis gugup sekali dan berusaha menutupinya dengan senyum yang dipaksakan."Si-siapa yang bilang gitu, Bu? Itu ... Jahat sekali!""Lelaki yang seret Ibu keluar yang pertama bilang begitu. Dia datangi Ibu di kamar terus bilang bahwa Ibu gak berhak tinggal di rumah boss Jo itu. Dia bilang, kamu adalah wanita panggilan langganan boss Jo dan selingkuhannya. Si orang gede tinggi itu suruhan Nyonya Sandra, istri boss Jo. Apa maksud semua itu, Vi? Coba jelaskan."Evi menunduk. Ia tidak sanggup menentang pandang Ibu. Apakah ini waktu yang tepat untuk bercerita tentang semuanya pada Ibu? Di saat itu terdengar suara batuk dari ruang tamu, Jo memberi kode. Evi lupa ada tamu di depan!"Aku akan jelaskan, Ibu. Semua itu tidak benar. Di depan ada Jo, Bu. Dia mau ketemu
Baca selengkapnya

20. Ibu Sakit

Jam dua dinihari, Erman berjalan terhuyung menuju apartemennya, nomor 15 di lantai 3. Walau sedang tidak sepenuhnya sadar, Erman hapal jalan mana yang harus ia tempuh sampai ke pintu tempat tinggalnya.Itu dia nomor 15. Erman menekan tombol kode kunci pintu. Satu kali, gagal. Dua kali juga gagal. Erman mulai kesal dibuatnya. Kepalanya sudah pusing sekali dan ia ingin berbaring, kenapa pintu apartemennya tidak bisa dibuka? Apa dia lupa kodenya?Lelaki yang sedang mabuk itu mulai menggedor pintu dan berteriak. Erman memanggil nama Evi.Di dalam, di ruang tamu, Evi berdiri dan bersikap siaga. Sepertinya usahanya berhasil. Erman tidak bisa masuk. Tadi sore Evi mengganti kode kunci pintu. Ia mendapatkan ide itu mendadak saat sedang bersama Eda dan Ibu. Evi tidak takut andaikan nanti Erman memanggil pengawas apartemen dan mengadukannya. Apartemen itu disewa atas nama Evi dan pembayarannya juga didebit langsung dari rekening Evi. Erman tidak ada andil apapun dalam soal apartemen itu.Evi kem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status