All Chapters of DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA: Chapter 131 - Chapter 140

318 Chapters

BAB 71B

"Soal hidup anakmu, Mas Baim yang tanggungjawab. Kamu nggak perlu menyakiti dirimu sendiri, Lin," lirih Soraya saat mendengar Lina menggedor-gedor pintu kamarnya. "Cari bajingan itu sampai ketemu, Mas! Enak saja dia menikah dan bahagia dengan perempuan lain sementara aku dan bayi ini ditinggalkannya sendirian!" Lina berteriak. Kata-kata itu selalu diulangnya setiap waktu. Dia benar-benar tak terima diabaikan kekasihnya setelah dia menikmati apa yang seharusnya tak dinikmatinya. Lina tak hanya kecewa dan terluka, tapi kejiwaannya juga terguncang. Bayangan-bayangan Meira sering menyelinap di benaknya. Wajar jika itu terjadi karena dulu Lina sering kali membuat Meira menitikkan air mata. Kini, Allah memutar balikan keadaan. Lina bahagia dengan hidupnya, sementara Lina mulai diselimuti luka, air mata dan penyesalan. Lina dulu sering melukai hati Meira, memfitnahnya bahkan mendukung sang kakak untuk menceraikan istrinya, kini seolah mendapatkan balasan sepadan karena hidupnya yang jauh
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

BAB 72

Baim bergeming. Kata-kata sang ibu begitu membekas di hatinya. Baim tak menyangka jika ibunya masih sematrealistis itu, padahal berbagai ujian sudah datang di saat mereka hanya mengejar materi dan kekayaan. Andai dulu tak mendzalimi Meira dan mengusirnya dari rumah hanya demi Vonny yang kaya, tentu dia benar-benar memiliki besan kaya raya. Namun, begitulah balasan Allah. DIA membuktikan jika keserakahan dan kedzaliman hanya akan menciptakan kesengsaraan. Sayangnya, sudah diberi teguran seperti itu pun mereka belum sadar juga. Masih saja licik dan mencari segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. "Mau kemana, Im?" tanya Soraya saat melihat Baim keluar kamar dengan kopernya. "Mau jenguk Pak Wicaksono sama Vonny, Bu. Sekalian minta maaf karena sudah mempermalukan mereka. Sekalipun aku sudah minta maaf sama Vonny lewat WhatsApp, tapi nggak ada salahnya minta maaf langsung. Rasanya benar-benar nggak tenang saat tahu Vonny kecelakaan bahkan sekarang masih koma," ujar Baim l
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

BAB 72B

Baim menginap di hotel yang tak jauh dari mall ternama di Jogja. Dia sengaja menginap di sana agar tak terlalu jauh saat ingin ke rumah Vonny, sekalian bertemu dengan Aldo karena sudah cukup lama tak bertemu dengan anak semata wayangnya itu. Selama berpisah dengan Meira, Baim tak pernah memberi nafkah pada anaknya karena dia merasa jika keluarga Meira sudah punya segalanya. Uang satu atau dua juta yang dia berikan tentu tak ada apa-apanya dibandingkan kekayaan yang Adrian punya. Awalnya Baim juga ingin mengirimkan nafkah bulanan, hanya saja lagi dan lagi ibunya melarang. Soraya selalu membujuk dan mengompori Baim agar tak ikut campur masalah Aldo karena dia sudah memiliki kakek sultan, katanya. Soraya lantas membandingkan Aldo dengan Angga, anak semata wayang Rumi. Angga yang tak mendapatkan jatah bulanan dari bapaknya dan Rumi yang harus berjuang sendirian untuk anak lelakinya. Soraya meminta Baim untuk memberikan jatah Aldo pada Angga saja karena dia jauh lebih membutuhkan, pada
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

BAB 73

Dua hari sudah Wicaksono dan Vonny sama-sama dirawat di rumah sakit. Vonny masih koma, sementara Wicaksono mulai membaik meski masih terlihat shock. Setelah membaca pesan dari Raka kemarin, Wicaksono tak banyak bertanya dan bicara. Dia lebih banyak diam dan murung seolah ada beban berat yang dipikulnya. Berulang kali Sundari mencoba bertanya dan menawarkan makanan, tapi Wicaksono selalu menggeleng pelan. Laki-laki itu masih memikirkan Vonny dan almarhum istri keduanya. Wicaksono bingung bagaimana status Vonny yang sebenarnya. Dia masih tak percaya jika Vonny bukanlah darah dagingnya. Tak ingin menduga-duga, akhirnya Wicaksono mengambil keputusan terberat dalam hidupnya. "Ka, tolong panggilkan dokter. Papa ingin minta tolong padanya," lirih Wicaksono saat melihat istri dan kedua anak lelakinya duduk tak jauh dari ranjang. "Iya, Pa. Biar kupanggilkan dulu," balas Raka tanpa membantah. Laki-laki itu beranjak dari kursi lalu keluar kamar. Sundari hanya bergeming meski dalam hati berta
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

BAB 73B

"Papa sudah membaik, salah satu dari kalian bisa mengantar mama pulang. Raka saja yang antar, sekalian istirahat sebentar di rumah. Kasihan Dee pasti kangen sama papanya. Mama juga butuh istirahat karena dari kemarin sudah jaga papa di sini. Biar Ken yang jagain Vonny," pinta Wicaksono kemudian. "Mama nggak apa-apa, Pa. Nanti papa sendirian di sini," ujar Sundari cemas. "Nggak sendirian, Ma. Ada perawat juga kan? Nanti kalau papa butuh sesuatu tinggal tekan bel saja. Nggak masalah kok. Mama harus istirahat. Jangan sampai kita dirawat ramai-ramai di sini," balas Wicaksono dengan senyum tipis. Sundari masih bersikukuh ingin menjaga suaminya, tapi Raka dan Ken sama-sama membujuk mama mereka untuk mengikuti permintaan papanya. Tak ingin membuat Wicaksono cemas akhirnya Sundari mengiyakan. Dia pamit pulang setelah menyiapkan camilan dan sebotol air mineral di meja. Tak lupa meminta Wicaksono untuk segera memanggil perawat jika membutuhkan sesuatu. Sundari terlalu mengkhawatirkan keadaa
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

BAB 74

Baim bergeming di kamar hotel setelah pulang dari rumah sakit menjenguk Vonny yang masih koma. Sundari benar, kaki Vonny cidera cukup parah sampai membuatnya lumpuh. Meski nggak lumpuh permanen, tapi membutuhkan waktu cukup lama untuk mengembalikannya seperti semula. Itu pun kalah Vonny benar-benar semangat terapi dan optimis sembuh. Jika tidak, kelumpuhannya dipastikan akan semakin lama. Bukan soal itu yang membuat Baim berpikir ulang. Namun, ucapan Sundari saat bertemu dengannya pagi tadi membuat Baim berpikir lagi dan lagi. Benarkah Vonny bukan anak kandung Wicaksono? Jika memang begitu, lantas dia anak siapa? Apakah Vonny tak akan mendapatkan warisan seperti yang pernah dijanjikan Wicaksono dulu? Bagaimana dengan rumah dan perusahaan yang pernah diceritakan Vonny, apakah semua akan ditarik kembali? Berbagai pertanyaan itu lalu lalang di benak Baim. Laki-laki itu tak tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah pertunangannya dengan Vonny yang batal beberapa bulan lalu. Sepertinya me
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

BAB 74B

Seminggu sudah Vonny dirawat di rumah sakit. Dia sudah sadar di hari ketiga. Tangis dan jeritan tak pernah sepi dari kamarnya. Tiap kali mengingat soal kakinya yang cidera, tiap itu pula dia kembali histeris. Dia berusaha menggerakkan kaki kanannya, tapi semua sia-sia. Kakinya benar-benar tak bisa berfungsi secara normal. Dia lumpuh. Kursi roda sudah disiapkan Wicaksono di samping ranjang untuk memudahkan Vonny jika ingin keluar kamar sesekali. Tiap kali melihat kursi roda itu, tiap itu pula dia kembali tergugu. Dia kembali menyalahkan Meira atas semua yang dialaminya. Padahal semua terjadi karena kesalahan dan keegoisannya sendiri. Sundari selalu berusaha menenangkan, tapi yang dia dapatkan hanya makian. Akhirnya wanita bermata teduh itu menyerah. Dia malas membujuk Vonny agar lebih tenang dan menerima segala takdirNya. Sundari mulai enggan apalagi saat mengingat golongan darah Vonny yang kemungkinan besar tak sesuai dengan golongan darah kedua orang tuanya."Mama keluar saja, biar
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

BAB 75

"Mau ngapain ke sini?" tanya Vonny ketus saat Sundari menjenguknya. Vonny masih saja tak terima dan merasa Wicaksono lebih mencintai Sundari dibandingkan maminya yang telah pergi. "Mau ajak papa kamu ke ruangan dokter," balas Sundari ramah dengan senyum tipisnya. Sundari masih saja sabar menghadapi anak tirinya yang terlalu liar dan susah diatur. Meski tak pernah dianggap, tapi Sundari masih tetap berusaha mencuri hati Vonny. Dia tak menyerah sekalipun disakiti berkali-kali. Berusaha menjadi ibu tiri yang baik meski Vonny selalu menganggap kebaikan Sundari hanya sandiwara belaka. "Kalian mau bahas soal kondisiku kan?" tebak Vonny dengan wajah cemas. Sundari menggeleng. Dia berusaha mengusap lengan Vonny perlahan untuk menenangkan, tapi ditepisnya kasar. Wicaksono menatap istrinya dengan mata berkaca. Dia berusaha menasehati Vonny, tapi lagi-lagi hanya jeritan yang terdengar. Vonny tak ingin melihat Sundari berada di kamarnya bahkan di hadapannya. "Pergi dari sini!" sentak Vonny s
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

BAB 75B

"Menurut tes DNA yang dilakukan minggu lalu, hasilnya memang menyatakan begitu, Pak," balas Dokter Ismail sembari memeriksa berkas di tangannya lagi. "Maksudnya gimana, Dok? Berarti memang benar kalau Vonny bukan anak kandung saya?" tanya Wicaksono begitu gugup. Dokter mengangguk pelan lalu menghela napas panjang. "Benar, Pak. Berdasarkan tes DNA ini, Mbak Vonny memang bukan darah daging bapak." Penjelasan Dokter Ismail bagai petir di siang bolong bagi Wicaksono. Meski sejak awal dia sudah menebak hasil tes itu, tapi mendengar ucapan dokter Ismail benar-benar membuatnya shock. Wicaksono bergeming beberapa saat mendengar kenyataan yang ada tentang status anak kesayangannya. Dia semakin tak menyangka jika Susi tega berselingkuh di belakangnya, padahal selama ini Wicaksono sudah berusaha adil dan memberikan fasilitas mewah untuk kedua istrinya. Tak ingin melihat suaminya shock di depan dokter, Sundari pamit keluar ruangan setelah berterima kasih pada lelaki berlesung pipit itu. Sund
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

BAB 76

Wicaksono mengambil handphone di saku celananya. Dia memotret laki-laki di depan kamar Vonny beberapa kali. Tak membuang waktu, dia memerintahkan anak buahnya untuk menyelidiki laki-laki itu. Setelah selesai mengirimkan pesan pada Surya, asisten pribadinya di kantor, Wicaksono menarik tangan istrinya perlahan. Wicaksono menepuk pundak laki-laki berkaos hitam dengan celana panjang berwarna navy itu. Keduanya saling tatap beberapa saat. Terlihat jelas keterkejutan di wajah laki-laki itu saat tahu Wicaksono dan Sundari memergokinya. Baru saja Wicaksono mengucap sepatah kata, laki-laki itu sudah pergi dan berlari menjauh dari kamar Vonny. Sepasang suami istri itu berusaha mengejar, tapi sia-sia karena yang dikejar sudah menghilang entah kemana. Sundari dan Wicaksono duduk di kursi tunggu dengan napas terengah-engah. Kepergian laki-laki itu dengan segala sikap anehnya semakin membuat Wicaksono curiga."Jangan dikejar lagi, Pa. Capek. Mama yakin dia masih ada di rumah sakit ini, cuma ngga
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
32
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status