Semua Bab Kontrak Rahasia: Melahirkan Putra Tuan Presdir: Bab 31 - Bab 40

58 Bab

Bab 31. Rubah Mulai Menyerang

Tubuh Irene menegang, tetapi ia mengangguk menuruti perintah Adam dan mengekor di belakang sang CEO.“Ir … apa yang kalian bahas di ruang rapat tadi? Apa mengenai pekerjaan?” tanya Adam setelah mereka berada di dalam ruangan.Irene tak langsung menjawab. Ia tidak tahu harus memulai dari mana. Ia juga takut kalau Adam marah karena dirinya membiarkan orang lain mengetahui kondisinya. “Ir … Apa ini soal gosip yang dibuat Noora?”Deg!Irene yang tadinya menggantung kepalanya dan berusaha menata kalimat pun langsung menyentak naik menunjukkan wajah yang seolah bertanya, “Bagaimana bapak bisa tahu?!”Melihat Irene tak kunjung duduk di kursi yang ada di seberang mejanya, Adam memutuskan untuk duduk di sofa. Ia meraih tangan Irene dan menuntunnya ke salah satu sofa yang ada di ruangan.“Duduklah dulu, Irene. Jangan sampai kau kelelahan.”Sikap manis Adam membuat Irene terkejut. Ia tidak menyangka kalau Adam mau menggenggam tangannya hanya supaya ia duduk nyaman.“Sebenarnya, aku sudah mencur
Baca selengkapnya

Bab 32. Terbongkar

“Nggak usah sok peduli, Noora. Aku dengar sendiri bagaimana kamu—”Julia baru saja ingin menyerang Noora, tetapi seseorang masuk ke dalam ruangan dan berteriak murka, “Ada apa ini?! Membuat keributan di ruangan direksi, apa kalian sudah bosan kerja di sini?”“Bu Lily!” seru Noora bersikap seolah ia yang tersakiti. Julia dan Galleon kehilangan momen untuk menarik perhatian direktur pembelian itu lebih awal.“Saya ke sini cuma mau tahu kondisi Irene yang sempat muntah-muntah kemarin, Bu. Tapi mereka nuduh saya bikin gosip kalau Irene hamil.” Noora terlihat tak lagi menahan diri. Dan karena memang tidak ada yang tahu awal mula gosip itu menyebar, semua berpihak pada Noora. Julia jadi terlihat sebagai pihak yang melakukan perundungan pada Noora.“Irene hamil? Seharusnya itu kabar baik kan? Kenapa jadi masalah?” tanya Lily yang kemungkinan besar tertinggal gosip karena sejak kemarin beliau memang sibuk di luar kantor.Salah satu staf di sana menyahut, “Kalau dia sudah bersuami memang ngga
Baca selengkapnya

Bab 33. Bahaya yang Mengintai

“Nggak usah dipikirkan masalah itu. Jalani saja hubungan kita seperti di rumah. Dengan begini, kau nggak repot kan? Tinggal bersikap padaku seperti biasa kau di rumah saja.”Irene terdiam menatap Adam. Ia merasa ada yang tidak beres dengan otak pria itu. Di awal pertemuan mereka terasa sekali aura ‘lahirkan anakku dan kita selesai’. Namun sekarang, Irene sama sekali tidak merasakan hawa seperti itu lagi. “Apa benar nggak apa-apa? Apa aku bisa menganggap kita saling cinta dan bersikap layaknya pasangan di luar sana?” tanya Irene lagi. Hatinya meluap dengan harapan. Adam tertegun cukup lama ketika mendengar ucapan Irene. Untungnya dia bukan tipe pria yang wajahnya bisa memerah karena tersipu. Kemudian, pria itu mengangguk setuju. “Yeah. Sure. Yang penting kau senang dan nggak stres, Irene. Nggak baik buat kesehatanmu sekarang.”Diam-diam, Irene tersenyum kecut. Harapannya langsung hancur mendengar ucapan Adam. “Tapi begini juga sudah diluar perkiraan. Dulu, kupikir aku akan diabaika
Baca selengkapnya

Bab 34. Si Kambing Hitam

Satu minggu sudah berlalu sejak kejadian itu. Suasana kerja di ruang sekretariat sudah kembali normal. Sementara Irene tetap menyibukkan diri bekerja sebagai sekretaris, Adam pun tengah sibuk mencari keberadaan Jeremy. Sang CEO sudah memenuhi 2 permintaan Irene yaitu membayarkan denda pada perusahaan lama Irene dan membelikan city car. Ia bahkan sudah membersihkan nama Irene dari tuduhan-tuduhan jahat. Dan kali ini, ia berniat untuk menyelesaikan permintaan gadis itu yang terakhir, sebelum anaknya lahir. Mengambil kembali semua harta warisan yang sudah direbut Jeremy darinya. “Pria ini sepertinya cukup lihai bersembunyi. Kau benar-benar tak dapat info apapun Galv?”Pria dengan bekas luka memanjang dari atas alis sampai di bawah mata kanannya itu membungkuk. “Maaf, Bos. Kami belum berhasil melacaknya.”Adam mengurut dahinya. Frustrasi. “Apa kau sudah bisa membuat janji dengan pemilik rumah yang baru itu?”Lagi-lagi Galva membuat Adam kecewa dengan gelengan kepalanya. “Menurut kete
Baca selengkapnya

Bab 35. Taruhan Nyawa Ganti Mencari Kebenaran

Mendapat kabar baik dari Galva, Adam pun segera memanggil Irene untuk mendiskusikan kalau-kalau gadis itu ingin ikut menemui mantan tunangannya.“Aku memang bilang pada Galva kalau aku akan membawamu, hanya karena aku pikir kau akan memaksa untuk ikut, Ir,” ungkap Adam. Lagi, tambahnya, “Sebenarnya akan lebih baik kalau kau menunggu semua selesai dan menemui orang itu dari balik jeruji besi. Apalagi kondisi kesehatanmu sedang tidak terlalu baik.”Irene berpikir keras, menimbang ini dan itu. Jelas ia sangat ingin menemui Jeremy. Yang paling ingin diketahuinya adalah apa pernah sekali saja, Jeremy mencintainya? Apa sejak awal ia memang sudah merencanakan itu.“Terus kalau aku sudah tahu jawabannya apa, memang aku mau maafin dia kalau semisal dia punya alasan baik di balik tindakan kriminalnya ini?” batin Irene meragu.Namun, ia sangat ingin mendengarnya. Ia berharap kalau dirinya bukanlah wanita bodoh mudah diperdaya, seperti apa yang pernah dikatakan mendiang orang tuanya. “Kau ini s
Baca selengkapnya

Bab 36 - Bencana

Suasana ruangan serba putih itu terasa murung. Hanya suara-suara lembut Nannia yang berjalan mondar-mandir dari sofa duduk ke ranjang pasien, mengecek kondisi Irene yang baru saja keluar dari ruang operasi. “Belum sadar juga ya. Bagaimana ini? Aku takut terjadi sesuatu dengan nona-ku,” gumam Nannia dengan wajah berkerut-kerut, khawatir. Cklak!Blam!Nannia membalik tubuhnya hampir seketika, kala mendengar suara pintu kamar perawatan itu dibuka dan ditutup lagi. “Pak Leon?” sapa Nannia dengan nada berbisik. “Bagaimana dengan kondisi Tuan Adam?”Leon menggelengkan kepalanya dengan raut wajah pedih. “Beliau masih belum keluar dari ruang operasi.”Pria itu terdiam memandangi Irene yang masih terbaring tak sadarkan diri setelah lolos dari ruang operasi dan dinyatakan menjalani rawat jalan ringan. Pikirannya penuh dengan berbagai hal. “Kenapa semua ini bisa terjadi? Bagaimana aku harus memberitahu mereka mengenai bayi yang mereka tunggu-tunggu?” batin Leon merasa menyesal karena tidak b
Baca selengkapnya

Bab 37 - Barang Bukti Dilenyapkan

Netra Irene semakin dipenuhi oleh air mata, melihat kehadiran Giana di depan matanya. Seperti orang meracau, Irene mengeluarkan semua kesedihan dalam pelukan sang sahabat. “Aku kehilangan anakku! Dan sekarang Adam tidak lagi menginginkanku. Apa yang harus aku lakukan, Gi?” raung Irene tak peduli kalau ia harusnya menjaga kerahasiaan pernikahannya dengan Adam. Giana pun pusing dibuatnya. Semua yang diutarakan Irene, sama sekali tidak pernah tergambar dalam benaknya. “Kehilangan anak? Kapan dia nikah?” batin Giana penuh pertanyaan. “Apa sudah punya anak sebelum nikah? Siapa Adam ini?”Sementara mendengarkan semua curahan hati Irene, pikirannya terfokus pada nama yang selalu disebut Irene dalam ceritanya barusan. Hanya ada satu Adam yang bisa ia pikirkan. “Jangan bilang dia Adam Bright Allaster? Nggak mungkin kan? Aduh! Apa yang sudah dilakukan anak ini?!”Semua pertanyaan itu hanya bisa terlontar dalam benaknya. Giana memutuskan untuk tidak bertanya pada pasien yang sepertinya seda
Baca selengkapnya

Bab 38. Mengunjungi Adam

Sementara itu, di ruang perawatan Irene. Lagi-lagi gadis itu menangis diam-diam. Ia tahu kekecewaan hatinya lah yang membuat ia meneteskan air mata.Entah itu kecewa karena kehilangan bayinya, ataupun karena Adam sama sekali tidak ada beritanya. “Ir … kau harus makan.” Giana berusaha membujuk sahabatnya itu untuk setidaknya mengkonsumsi bubur yang dibeli oleh Nannia. “Gi, kalau Adam nggak butuh aku lagi, boleh nggak aku tinggal di rumahmu?” tanya Irene di sela isakan tangisnya. Setelah kemarin Leon menjelaskan pada Giana, Irene memutuskan untuk menceritakan kisahnya dari awal ia bertemu Adam. Jadi, Giana sudah mengetahui rahasia di balik hubungan Irene dengan Adam.Menjawab pertanyaan sahabatnya itu, Giana mengangguk beberapa kali dengan mantap. “Nggak usah nanya, Ir. Itu juga rumahmu. Kau bisa datang kapanpun kau mau.”Irene mengangguk. Ia kemudian memutuskan menuruti perkataan Giana untuk mengisi perutnya supaya ia bisa cepat keluar dari rumah sakit dan menyelesaikan urusannya de
Baca selengkapnya

Bab 39. Pertolongan Tak Terduga

“Berani sekali kamu menuduh Mama, Al! Kau pikir Mama setega itu?!”Ucapan Sarah terus terngiang di telinga Aldrich, sementara ia berkendara menuju rumah sakit di mana Adam dirawat. Sudah hampir satu minggu setelah ia mendengar pembicaraan Sarah dengan Liu Feng malam itu. Dan tentu saja, Aldrich melontarkan pertanyaan menuduh itu pada Sarah bukan karena tidak tahu. Entah bagaimana, ia berharap sang ibu mengaku dan menyesalinya, tetapi sepertinya itu hanyalah harapan kosong bagi Aldrich.Dan karena sama sekali tidak mendapat jawaban dari Leon terkait kondisi sang kakak, Aldrich memutuskan untuk berkunjung. Walau ia sempat mendengar Sarah menyebutkan bahwa Adam masih dalam kondisi koma, ia berharap sang kakak sudah sadarkan diri saat ini.“Mama masih bisa bilang begitu. Aku nggak tahu mana yang bisa kupercaya lagi,” gumamnya bermonolog. Netranya tertuju pada benda mungil yang ia letakkan di atas dashboard mobilnya. Dalam benda yang kecil itu, ia menyimpan bukti ucapan sang ibu yang me
Baca selengkapnya

Bab 40. Sadar

“Adam!” batin Irene sambil melompat dari sofa di mana ia duduk dan mengambil langkah besar mendekati ranjang rawat inap. “Saya akan panggil suster. Tolong jaga Tuan Adam sebentar, Nona.” Irene menganggukkan kepala atas permintaan Leon. Tanpa diminta pun, ia akan menjaga Adam di samping pria itu. Melihat mata yang sudah satu minggu tertutup kini terbuka membuat Irene menangis penuh syukur. “Thanks God, you’re awake, Adam,” ujar Irene sambil menyentuhkan dahinya dengan punggung tangan Adam yang ia genggam erat-erat. Adam mencoba memanggil Irene, tapi ia menyerah. Ia merasa tak punya kekuatan bahkan untuk mengangkat jemarinya lebih lagi. “Maaf, aku menyeretmu ke dalam kondisi bahaya. Seharusnya hari itu aku nggak perlu mengajakmu menemui Jeremy,” sesal Adam dalam hati.Tak lama kemudian suster datang dan mengecek kondisi Adam. Dokter pun menyusul kemudian dan menyatakan bahwa kondisi pasiennya kini sudah stabil. “Hanya butuh waktu untuk menyesuaikan saja. Seminggu tak sadarkan dir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status